Jakarta, Itech– Membangun kekuatan riset dan inovasi membutuhkan konsolidasi dan kolaborasi dukungan berbagai pihak, salah satunya menghubungkan industri dengan hasil riset oleh para periset dan perekayasa. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko saat menjadi pembicara dalam sesi Leaders’ Talk & Scientists’ Talk dalam Webinar ‘Riset dan Inovasi untuk Merah Putih’ yang digelar oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (18/8).
“Kalau kita bicara terkait mitra pelaku usaha, katakanlah tidak mungkin mitra pelaku usaha masuk ke dalam research and development (R&D) industri karena membutuhkan investasi, biaya, dan risiko yang tinggi. Sesuatu yang high cost and high risk inilah pemerintah harus hadir,” jelas Kepala BRIN.
Dalam kondisi ini, BRIN sebagai representasi dari pemerintah akan hadir untuk memfasilitasi dan memudahkan bagaimana R&D industri bisa tumbuh di Indonesia. Dalam kaitannya dengan industri maka tidak akan lepas akan adanya standardisasi, Handoko menjelaskan tidak mungkin hasil riset yang baru keluar laboratorium dapat langsung masuk proses produksi. “Apalagi kalau kita bicara obat, vaksin, dan seterusnya, pemenuhan standardisasi sangat diperlukan sebelum masuk ke industri. Belajar dari pengalaman pandemi ini kita perlu hadir mengisi kekosongan apa yang dihasilkan di hulu untuk diteruskan ke hilir,” ujar Handoko.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Suparno mengatakan harus ada affirmative policy yang menggabungkan aspek riset, inovasi, industri, dan politik anggaran yang mendukung atau pro akan kemandirian bangsa. Lebih dari itu pada pandemi ini diperlukan political will untuk menciptakan sektor kesehatan yang mandiri, maju secara teknologi dan setara dengan negara lain. “Komisi VII DPR RI adalah mitra yang siap mendukung strategi dan kebijakan riset inovasi ke depan. Siap mendengar, siap bekerja sama, mendorong, dan mendukung BRIN beserta segenap perangkat riset dan inovasi nasional agar kita menjadi negara maju, berdaya saing dan memiliki SDM yang unggul,” terang Eddy Suparno.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Harian Kepala LIPI, Agus Haryono menyatakan LIPI berupaya menciptakan ekosistem yang ramah riset inovasi, sehingga menghasilkan produk berdaya saing. Komitmen LIPI yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di lingkungan LIPI dengan program SDM Unggul, Diaspora Indonesia, dan Manajemen Talenta. “Selain itu, untuk memperluas akses dan memperbesar peluang kolaborasi penelitian, dilakukan program kolaborasi internasional dan infrastruktur riset terbuka. Tidak kalah pentingnya adalah penguatan inovasi teknologi tepat guna serta peluang kerja sama dengan sektor industri,” urainya.
Puspita Lisdiyanti, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi dan menjadi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di LIPI menjabarkan tantangan Indonesia dalam mengelola keanekaragaman hayati. Tantangan Indonesia adalah menguasai teknologi konservasi dan pemanfaatannya, sehingga keanekaragaman hayati dapat digunakan sebagai penghela perekonomian bangsa. “Hal itu harus dipikirkan oleh anak bangsa sendiri, karena negara lain tidak mendapatkan anugerah sebagai negara tropis, yang memiliki lebih dari 42 ekosistem daratan dan lima ekosistem lautan. Karena itu, konsistensi dan komitmen dari ilmuwan dan pemangku kepentingan adalah keharusan,” tegasnya.
Indonesia membutuhkan representatif di tingkat nasional maupun internasional yang menyuarakan perkembangan riset dan inovasi, juga menciptakan kemungkinan berkolaborasi. Bagus Muljadi, Assistant Professor of Chemical and Environmental Engineering di University of Nottingham, Inggris, yang berafiliasi gabungan dengan Virginia Tech, Amerika Serikat, dalam sesi paparannya menyampaikan bahwa pendidikan luar negeri sangat menghargai peneliti atau ilmuwan yang memiliki pengalaman dan pengetahuan interdisipliner karena biasanya mereka mempunyai pengalaman dalam menghadapi permasalahan.
Sementara Deni Shidqi Khaerudini dari peneliti dan akademisi untuk Manajemen Energi Berkelanjutan dari Pusat Penelitian Fisika LIPI, mengungkapkan pentingnya riset dan inovasi di bidang material dan energi berkelanjutan. “Pengembangan riset dan inovasi material berbasis sumber daya lokal untuk energi bersih adalah kunci untuk menciptakan peradaban baru low carbon economy, sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri sesuai dengan karakter dan kultur Indonesia,” pesan Deni. (red)
Comments are closed.