Jakarta, Itech- Telkomsel sebagai salah satu operator seluler di Indonesia mulai melakukan diversifikasi dengan merambah sektor Internet of Things atau IoT. IoT adalah sebuah konsep dimana objek tertentu memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan wifi, jadi proses ini tidak memerlukan interaksi dari manusia ke manusia atau manusia ke komputer. Semua sudah dijalankan secara otomatis dengan program. Dan teknologi ini sudah berkembang pesat mulai dari teknologi nirkabel, micro electromechanical systems (MEMS) dan internet.
GM Fleet Management Telkomsel, Arief Teguh Hermawan mengatakan Telkomsel mulai mengembangkan bisnis IoT. Namun, Arief memaparkan sektor IoT masih perlu waktu, sehingga ia menyebutnya sebagai ‘long run business’.
Dirinya menuturkan saat ini sudah ada lebih dari satu juta perangkat IoT yang terkoneksi dengan Telkomsel. Menurut Arief, jumlah itu kemungkinan akan meningkat jika operator pelat merah itu berhasil menguasai infrastruktur pemerintah.
Arief mencontohkan segmen infrastruktur pemerintah yang bisa menggunakan IoT adalah listrik dan PDAM. Dia berkata ke depan pengukuran penggunaan listrik hinggga PDAM menggunakan sensor smart meter yang merupakan bagian dari IoT.
“Kalau government (pemerintah) sudah merunut bahwa, SMART meter PLN, smart meter PDAM, sudah harus pakai smart meter dan bagian dari IoT itu sendiri buat Telkomsel bisa sudah puluhan juta dalam 1 atau 2 tahun. Which is buat kami memang itulah route map (peta jalan) kami,” terang Arief.
Lebih lanjut, diversifikasi bisnis Telkomsel ini terjadi akibat menurunnya pendapatan dari segi sms dan voice. Arief menjelaskan penurunan cukup drastis jika dibandingkan 3-4 tahun lalu, yakni sekitar 70% didapat dari voice dan sms.
Meski tergolong baru, Arief mengungkap sektor IoT yang dimiliki Telkomsel mulai membuahkan hasil. Sayangnya, persentasenya masih kecil dibanding layanan retailnya. Namun, pihaknya sangat yakin dengan pertumbuhan bisnis IoT ke depannya. “Telkomsel yakin IoT jadi salah satu penggawa diversifikasi. Revenue Telkomsel masih 30 juta USD, masih kecil dari revenue lini bisnis lainnya. Tapi, huge population is potential business it self,” kata Arief.
Sementara itu, Kasubdit Standarisasi Teknologi Informasi Kominfo Andi Faisa Achmad mengaku IoT memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar. Berdasarkan data, IoT diprediksi akan memberikan dampak terhadap produktivitas sebesar US$121,4 miliar pada tahun 2025.
Lima perusahaan yang paling mendapat keuntungan pertama dari IoT adalah manufaktur dengan US$34,4 miliar; retail US$24,5 miliar; transportasi US$15,5 miliar; mining US$14,8 miliar; dan pertanian US$11 miliar. “Jadi bisa dilihat sendiri bahwa pasti jutaan bahkan ratusan juta, untuk Indonesia itu perangkat yang akan terhubung dengan IoT. Jadi potensi pasarnya sangat banyak,” pungkas Andi. (red)
Comments are closed.