itechmagz.id – Direktur PT Barata Indonesia (Persero) Hertyoso Nursasongko menjadi salah satu pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakaan oleh Kementerian Perindustrian RI, di Hotel Royal Padjajaran Bogor (9/7). Topik yang dibahas pada pertemuan tersebut adalah, Potensi Lokalisasi Komponen dan Kebutuhan Bimbingan Teknis untuk Peningkatan Industri Kereta Api.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur PT Barata Indonesia (Persero), Hertyoso Nursasongko menjelaskan bahwa potensi untuk pengembangan roda kereta api di Indonesia secara mandiri dinilai krusial, mengingat manufaktur kereta api di Indonesia masih mengandalkan impor, terutama komponen roda kereta api.
Barata yang telah memiliki pengalaman dan keahlian di bidang manufaktur komponen perkeretaapian berbasis casting menyatakan bercita-cita untuk menjadi manufaktur roda kereta api pertama di Indonesia. Untuk mencapai cita-cita tersebut, Hertyoso Nursasongko juga menyampaikan perlunya dukungan dari stakeholder terkait dalam mewujudkan cita-cita ini.
Lantaran saat ini Industri kereta api masih menjadi pilar utama dalam pengembangan transportasi masal orang dan barang yang paling efisien di Indonesia. Kemandirian kemajuan industri ini menjadi faktor krusial untuk mampu mendorong kemajuan negara secara lebih besar.
Dalam paparannya, Yoso panggilan akrab Hertyoso Nursasongko menjelaskan kompetensi serta kapasitas Barata Indonesia sebagai Industri Manufaktur dalam mendukung kemandirian kereta api nasional. Pengalaman produk komponen perkeretaapian yang telah diterima pasar global melalui ekspor menjadikan bukti eksistensi Barata di industri ini.
Keseriusan ini turut dibuktikan dengan keberhasilan Perseroan dalam mempertahankan sertifikat standar internasional dari lembaga AAR (The Association of American Railroads) untuk produk unggulan Foundry (pengecoran) yang digunakan pada komponen kereta api. Tak hanya itu, Perseroan turut menaruh komitmen tinggi atas pengoptimalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap produk yang dihasilkan. Barata mampu menghasilkan komponen perkeretaapian dengan TKDN diatas 40%, sesuai dengan ketentuan wajib penggunaan produk dalam negeri.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan produk substitusi impor, pemanfaatan material lokal dan penyediaan peluang tenaga kerja lokal yang diharapkan dapat mendongkrak produktivitas dan daya saing industri nasional. “Dengan sumber daya dan kemampuan terbaik yang dimilki, sudah sepatutnya kita bangun close loop economy mendorong terwujudnya Kemandirian Industri Kereta Api Nasional,” tutur Yoso.
Lebih lanjut dirinya berharap pemerintah mampu memberikan dukungan regulasi yang mendukung keberlanjutan ekosistem industri manufaktur khususnya komponen perkeretaapian, kemudahan fasilitas investasi serta regulasi atau kebijakan yang mendorong iklim ekspor berupa insentif fiskal dan moneter.
Sementara itu, Direktur Industri Permesinan dan Alat Pertanian, Kemenperin RI, Yan Sibarang Tandiele menjelaskan bahwa pemerintah senantiasa mendukung program transformasi industri dengan orientasi penguasaan teknologi khususnya dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Lokalisasi komponen perkeretaapian ini sangat pantas dan layak untuk dilakukan. Pada akhirnya, salah satu faktor pendorong utama terciptanya implementasi ini adalah adanya goodwill dari segenap stakeholders yang tercermin dari keberpihakan terhadap industri dalam negeri,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Kemenperin RI juga akan melakukan penyederhanaan penghitungan TKDN dalam rangka mendorong optimalisasi penggunaan produk lokal.
Comments are closed.