Haryono Soeparno : Cybersecurity Jadi Penggerak Garis Depan Transformasi Digital
Jakarta, Itechmagz.id – Majalah Itech menggelar ajang penganugerahan bergengsi Digital Technology & Innovation Award (Digitech) 2023. Acara ini bekerjasama dengan FORDIGI BUMN, Kementerian Ristek Dikti, DRN dan juga BPPT yang sekarang telah menjadi BRIN di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan pada Rabu (29/03/2023).
Digitech Award ini diikuti oleh sekitar 400 perusahaan BUMN, BUMD, dan Swasta yang menjadi nominasi. Dewan juri bersama tim penyelanggara telah menyaring, menyeleksi, mengevaluasi kinerja maupun Digital Technology & Innovation dari perusahaan-perusahaan tersebut, dan hanya sekitar 40 perusahaan yang memenuhi syarat yang diundang untuk memberikan presentasi maupun wawancaranya. Hasilnya 36 perusahaan terbaik yang terpilih oleh dewan juri sebagai pemenang.
Chairman of Board of Jury Digital Technology & Innovation Award (Digitech) 2023, Haryono Soeparno memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh peserta Digital Technology & Innovation Award (Digitech) 2023
“Saya ingin memberikan apresiasi yang settinggi-tinginya kepada para peserta dan nominator Digital Technology & Innovation Award (Digitech) 2023 yang telah menampilkan kinerja perusahaan melalui paparan yang sangat impresif, selama penjurian; Impresif, karena mampu melakukan transformasi baik incremental maupun lateral berupa terobosan-teroboan baru, terutama terkait penerapan Arsitektur baru Perusahaan, Cybersecurity dan Teknologi Cloud, sebagai bagian dari inovasi perusahaan yang berkelanjutan,” ungkap Haryono.
Haryono berharap, Peserta dan nominator Digital Technology & Innovation Award (Digitech) 2023 ini dapat terus membangkitkan, memacu kemajuan perusahaan di Indonesia, dan mengungkit keberhasilan kita mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Strategi Sukses Mengutamakan Transformasi Teknologi Untuk Menang
Haryono menuturkan, di masa perubahan portofolio TI yang signifikan dan semakin cepat, sebuah survei terbaru dari Consulting Firm (2022), menunjukkan bahwa teknologi dasar perusahaan ternyata tidak menjadi yang paling utama. Dalam Survei Global tersebut, terkait erat dengan pentingnya kehadiran Business and Technology Leader (BTL), pemimpin teknologi dan sekaligus bisnis dan sebaliknya, dengan fokus yang jauh lebih besar pada keamanan siber dan investasi dalam teknologi cloud.
“Survei tersebut juga menegaskan bahwa kesenjangan kompetitif antara pemenang dan yang lainnya hanya meningkat selama pandemi. Dibandingkan dengan organisasi TI di perusahaan yang kurang maju, perusahaan yang berada di puncak, telah membuat lebih banyak kemajuan dalam pergerakan cyber, digital, dan cloud mereka,” lanjutnya.
Haryono juga membeberkan beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk tetap bertahan ditengah perkembangan zaman, yaitu :
- Agenda yang lebih agresif dan holistik untuk transformasi teknologi,
- Keterlibatan yang lebih besar para pemimpin teknologi dalam strategi bisnis, dan
- Pendekatan yang lebih proaktif untuk pengembangan SDM.
“Seperti yang telah kita pahami dalam beberapa tahun terakhir, sebagai pengalaman empiris, SDM merupakan tantangan yang lebih besar dari pada teknologi selama transformasi teknologi,” ucapnya.
Realitas Baru, Dimana Cybersecurity Telah Menjadi Penggerak Di Garis Depan
Tak hanya itu, hasil survei tersebut juga mengkonfirmasi percepatan investasi perusahaan dalam transformasi teknologi dan nilai keseluruhan yang tinggi dari transformasi ini, terutama di perusahaan di mana menciptakan strategi TI merupakan upaya bersama antara para Business and Technology Leader (BTL).
Lebih lanjut, Haryono menerangkan, di perusahaan seperti itu, transformasi mereka berdampak positif pada setiap satu dari empat ukuran Value Creation yaitu : (a) Peningkatan pendapatan melalui lini bisnis yang ada, (b) Peningkatan pendapatan dari lini bisnis baru, (c) Penurunan biaya, dan (d) Peningkatan kepuasan karyawan.
“Dengan melihat ke depan terhadap kemungkinan peningkatan ancaman dunia maya, mengharuskan transformasi berubah secara signifikan, yaitu peningkatan signifikan dalam transformasi keamanan siber, diikuti oleh transformasi infrastruktur dan arsitektur,” tambahnya.
Terlebih lagi, meningkatnya jumlah insiden dunia maya, seiring dengan meningkatnya ketergantungan pada digitalisasi, dan meningkatnya kerentanan dalam pengaturan kerja hibrid dan jarak jauh, bukanlah fenomena era pandemi, melainkan bagian dari realitas bisnis baru.
Ia menegaskan, Cybersecurity adalah transformasi yang paling mungkin sebagai transformasi yang akan dikejar oleh perusahaan-perusahaan, tak terkecuali perusahaan BUMN dan Swasta Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Dalam hal ini, talenta keamanan siber sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ini; dan ini merupakan nomor dua setelah Advanced Business Intelligence dan Analytic.
Perusahaan yang memiliki Business and Technology Leader (BTL) yaitu pemimpin teknologi yang lebih terlibat dalam bisnis, dipastikan mengadopsi teknologi yang lebih maju. Mereka melakukan lebih banyak transformasi teknologi, yang berujung dengan lebih banyak Value Creation.
“Perusahaan yang melakukan peningkatkan pertahanan keamanan siber dan penerapan teknologi cloud, dapat menciptakan infrastruktur yang lebih fleksibel, mempercepat penyebaran teknologi, dan membawa produk digital ke pasar dengan lebih cepat,” pungkas Haryono.
Comments are closed.