Jakarta Itech – Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan kedelai nasional, Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengatakan pihaknya berencana mengimpor kedelai 2,5 juta ton.
Menurut dia, kebutuhan kedelai dari perajin tahu dan tempe dalam setahun mencapai sekitar 3 juta-3,5 juta ton. Sementara hasil produksi dalam negeri masih berkisar 1 juta ton.
“Jadi sisanya 2,5 juta ton itu impor. Harapannya step by step, meningkatkan produksi dalam negeri, sehingga kedelai itu akan dipenuhi dalam negeri. Ini kami harapkan dan kami percayakan,” ujarnya, saat mengunjungi kompleks pergudangan modern Perum Bulog bersama Wapres Ma’aruf Amin di kawasan Kepala Gading, Jakarta, Jumat (11/3).
Buwas, sapaannya, menyatakan, sebenarnya bahan baku kedelai dalam negeri lebih cocok dan bagus untuk produksi tahu. Sementara untuk produksi tempe, lebih bagus menggunakan kedelai impor.
“Kenapa? Ini yang perlu kita ketahui, kedelai impor itu besar-besar, jadi lebih bagus untuk produksi tempe,” tuturnya.
Buwas menyebut, pihaknya masih belum bisa menentukan negara mana yang akan dipilih menjadi eksportir kedelai. Sebab, saat ini Bulog masih melakukan pemetaan untuk harga yang ditawarkan oleh negara mitra yang nantinya dipilih menjadi eksportir kedelai.
“Kami menjajakinya dari Thailand, Brazil, Amerika, semuanya sedang kami jajaki. Kami petakan, mana yang lebih cepat dan murah,” tandasnya.
Adapun, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong para petani meningkatkan kualitas dan produktivitas kedelai untuk melepaskan ketergantungan impor.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, konsumsi kedelai impor cukup tinggi karena harganya jauh lebih murah dibandingkan kedelai lokal. Saat ini, kenaikan harga terjadi secara global, sehingga menimbulkan kendala di pasar lokal.
“Masyarakat kita rata-rata pemakan tahu tempe, jadi kedelai ini tidak boleh bersoal. Kami segera lakukan langkah konkret sebagai upaya menyetabilkan harga dulu. Mudah-mudahan harga stabil bukan hanya di Jakarta, tetapi di Jawa, serta daerah lain juga,” jelasnya.
Mentan pun mendorong perajin tahu tempe menggunakan kedelai lokal. Pasalnya, kualitas kedelai lokal dinilai lebih bagus dibanding kedelai impor.
“Kami siapkan pasokan kedelai lokal, produksi kami genjot. Kedelai kita pendek-pendek, manis, dan disukai masyarakat, sehingga ke depan akan didorong budidayanya,” ujarnya.
“Sesuai arahan Presiden Jokowi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan pengrajin tahu tempe. Kami carikan jalan keluarnya agar harga tahu tempe dengan kedelai lokal harganya terjangkau,” tambah Mentan. (AF)
Baca juga :Pegadaian Bersama BRI, PNM Bentuk Tim Sinergi Budaya Kerja
Comments are closed.