Jakarta, Itech- Memilih tempat magang jadi tantangan tersendiri. Jangan sampai, mahasiswa tidak memperoleh ilmu dari proses magang karena hanya ditugaskan sebagai tukang fotokopi. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan hak belajar tiga semester di luar Program Studi kepada Mahasiswa, termasuk kesempatan untuk magang.
Dosen Universitas Trunojoyo, Wahyudi Agustiono PhD mengungkapkan bahwa memilih tempat magang jadi tantangan tersendiri. Terkadang ada mahasiswa yang magang di tempat tidak layak atau digaji minim. Ada pula kasus dimana mahasiswa juga tidak memperoleh ilmu dari proses magang karena hanya ditugaskan sebagai tukang fotokopi. Sehingga kualitas lulusan magang sesuai dengan capaian pembelajaran yang diharapkan kampus.
“Untuk mendapatkan nilai dan hasil kegiatan yang bermanfaat, perguruan tinggi perlu bekerjasama atau memilih tempat magang yang tepat. Jangan di tempat-tempat yang zonk (tidak bonafide)! Sehingga, output yang didapatkan saat di tempat magang tersebut bisa seimbang,” ujar Wahyudi sebagai narasumber dalam Webinar SEVIMA, pada Selasa (18/1).
Bersama 36 Rektor kampus se-Indonesia, 3.000an peserta, dan Qausya Faviandhani selaku Direktur Kerjasama Universitas Narotama dan Praktisi Industri, webinar ini kemudian berbagi tips bagi civitas akademika untuk menyusun kurikulum dan rancangan pembelajaran semester di Era Kampus Merdeka yang baik, dalam rangka menyukseskan magang para mahasiswa.
Berikut tips sukses magang dan anti ‘zonk’ dari Wahyudi dan Qausya:
Siapkan Kegiatan yang Relevan, Jangan Asal Magang
Agar program MBKM di perguruan tinggi bisa berjalan dengan lancar, maka dosen perlu berperan dalam menyiapkan kegiatan mahasiswa yang relevan. Misalnya, mengarahkan agar magang sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di kampus, atau sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa.
Jangan sampai, magang dilakukan mahasiswa hanya dilakukan sekedar untuk ikut-ikutan. Karena magang sebagai pelatihan kerja, adalah kegiatan yang cukup panjang dan melelahkan. Selain itu, magang tidak hanya bertujuan untuk cari uang, namun juga memperoleh ilmu dan kesempatan praktek lapangan.
“Terdapat delapan program MBKM, termasuk magang, yang diberikan sebagai hak kepada mahasiswa untuk memilih program tersebut. Namun tentunya kampus dan dosen perlu menyertai dengan arahan yang terbaik. Misalnya mahsiswa Teknik Informatika, kita arahkan untuk magang di bidang pemrograman,” tegas Wahyudi.
Setiap kampus dan mahasiswa juga telah memiliki keunggulannya masing-masing. Misalnya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, adalah kampus teknik di Surabaya. Sedangkan Universitas Narotama, adalah kampus yang banyak mahasiswanya kuliah sambil bekerja di Surabaya.
Ditambahkan oleh Qausya, keunggulan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan magang dalam memilih lokasi magang dan mitra industri.
“Kampus-kampus yang basisnya adalah teknik, vokasi, maupun kelas karyawan, akan sangat cocok bekerja langsung di pekerjaan teknis di kawasan industri. Sedangkan dari kampus-kampus yang kekuatannya ada di sosial, bisa mempelajari segi manajerial. Yang penting, keunggulan kampus itu kita tawarkan ke dunia industri, sehingga kita dapat menemukan mitra yang tepat,” imbuh Qausya.
Temukan Perusahaan yang Bonafide sebagai Tempat Magang
Kesuksesan dalam belajar ketika magang juga dipengaruhi oleh industri tempat mahasiswa bekerja itu sendiri. Ketika kampus dan mahasiswa berhasil memilih perusahaan yang bonafide, yang didefinisikan sebagai perusahaan yang telah mapan secara proses kerja dan keuangan, serta memiliki legalitas yang jelas, maka perusahaan tersebut bisa menghadirkan pembelajaran dalam magang yang baik.
Selain itu, perusahaan yang bonafid juga akan mampu untuk memberikan uang saku kepada mahasiswa sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Disinilah peran penting kampus dan mahasiswa untuk melakukan filter dan seleksi mitra industri. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, juga sudah memiliki kerjasama resmi magang merdeka dengan ratusan industri yang bisa jadi pilihan para mahasiswa untuk magang. Sehingga yang dijadikan lokasi magang para mahasiswa, bukan tempat abal-abal.
“Misalnya ketika saya menyusun kerjasama magang kampus merdeka antara Universitas Trunojoyo Madura dengan SEVIMA, saya mempelajari dulu seputar proses bisnis dan peluang belajarnya. Bahkan aturan seputar gaji magang, yang sempat viral di media-media bahwa Dosen dan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura ketika magang di SEVIMA akan memperoleh gaji hingga 15 juta per bulan untuk jabatan Product Manager, itu tertulis dalam perjanjian kerjasama. Jadi, piih mitra magang dengan sebaik-baiknya,” lanjut Wahyudi.
Membuat Panduan Kurikulum yang Jelas di Kampus
Program MBKM merupakan salah satu program baru di dunia pendidikan di Indonesia. Sehingga persiapan di tingkat kampus menjadi sangat penting. Kampus perlu memberi panduan yang jelas kepada mahasiswa, apa yang perlu dilakukan, apa yang tidak, bagaimana proses penilaiannya, diakui sebagai berapa kredit semester (SKS), bagaimana pelaporannya ke Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDDikti)
Selain itu, panduan kurikulum MBKM diharapkan dapat terus dikembangkan kampus. Karena sebagai program baru, tentu ada banyak tantangan dan pelajaran selama proses pelaksanaan. Langkah terbaik dalam penyusunan panduan ini, menurut Wahyudi, adalah musyawarah dan penggunaan fasilitas online seperti sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud). Sehingga pelaporan dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara otomatis dan berbasis data.
“Dalam beberapa kasus, ada kampus tidak rela jika magang mahasiswa selama beberapa bulan, terlebih lagi di tempat magang yang tidak tepat, dikonversi (diberi nilai) sejumlah 20 SKS. Hal ini sangat wajar, karena memang setiap kebutuhan program studi berbeda, sehingga baiknya dimusyawarahkan dan diambil keputusan berbasis data yang telah dihimpun secara otomatis dan integrasi ketika menggunakan Siakadcloud,” ujar Wahyudi. (red)
Comments are closed.