Jakarta, Itech- Menjadi pelaku usaha yang kreatif dan adaptif merupakan salah satu
kunci penting agar bisnis semakin berkembang, terlebih bagi industri kuliner yang selama pandemi menerima tantangan cukup besar. Seperti yang dilakukan Alif Rachmat (25), seorang pedagang angkringan asal Tasikmalaya, Jawa Barat yang memiliki sifat gigih dan optimis mencari peluang hingga mampu menaikkan omzet hingga 50% di saat usaha sedang melesu.
Usaha bernama Angkringan Pak Rachmat yang dijalankan tersebut berawal dari ketertarikan Alif menjelajah Yogyakarta, kota yang menyuguhkan budaya dan keramahan bagi setiap orang yang berkunjung. Bermodal rasa penasaran dan coba-coba, di awal 2020 akhirnya ia mencoba menghadirkan cita rasa khas Jawa ke tanah Sunda lewat usahanya merintis angkringan di dekat sebuah universitas ternama di Tasikmalaya.
Kehadirannya pun mendapat antusias yang cukup baik dari berbagai kalangan,
dari mulai mahasiswa, bapak-bapak, hingga keluarga. Namun, hal itu tidak berlangsung lama saat munculnya kasus pertama COVID-19 hingga akhirnya ada pembatasan kegiatan masyarakat skala besar.
“Ketika awal buka usaha angkringan ini, kita kaget banget harus menghadapi kondisi pandemi. Awalnya sempat bingung bagaimana caranya meneruskan usaha. Namun, melihat antusiasme pelanggan yang cukup baik di awal karena sedikitnya usaha angkringan di kota Tasikmalaya, kami pun tetap optimis meneruskan usaha dengan terus memutar otak. Secara operasional, kami tetap membuka usaha dengan
mengikuti peraturan pemerintah saat itu. Dari awalnya kita mulai di jam 4 sore sampai jam 12 malam, saat masa PPKM kami hanya buka sampai jam 9 malam,” cerita Alif.
Semangat dan sifat optimisme dari salah satu pelaku usaha baru ini membuatnya selalu ingin belajar dan memahami tren yang ada di masyarakat terutama tren pasar di dunia kuliner. Di bulan kelima, ia menilik ntren pasar yang bergeser ke arah digital, dimulai dari adanya pembayaran digital, tampilan menu digital, hingga pengelolaan keuangan atau kasir secara digital.
Melihat tren tersebut, Alif akhirnya tergerak untuk mengadopsi digitalisasi menggunakan Aplikasi Usaha Youtap.n “Dengan diberlakukannya new normal pada saat itu, saya melihat adanya berbagai pergeseran perilaku masyarakat agar dapat memutus rantai penularan virus, dari mulai pembayaran nontunai hingga pergeseran tren tampilan menu yang berubah menjadi digital atau e-menu. Saya pun mengenal Youtap dari Juni 2020. Akhirnya, saya coba gunakan secara gratis selama satu bulan,” ujar Alif. (red)
Comments are closed.