Indonesia dan Singapura Juara Kompetisi Atasi Sampah Plastik ASEAN

67

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Alterpack dari Singapura dan Siklus dari Indonesia berhasil menjadi pemenang di ajang Final Pitching Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 pada Jumat (10/12/2021). EPPIC merupakan kompetisi terbaru di tingkat ASEAN yang mengajak semua inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik.

Sebagai pemenang, Alterpack dan Siklus akan melanjutkan ke fase akselerasi dan perjuangannya untuk mengimplementasikan solusinya di Mandalika, Lombok, Indonesia. Sementara itu, TrashCash dan PureOcean dari Filipina berhasil keluar sebagai pemenang EPPIC Fase II dan akan mengimplementasikan inovasinya di Pulau Samal, Filipina.

EPPIC 2021 digelar oleh United Nation Development Program (UNDP) Indonesia dan Filipina melalui project Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), dan Kementerian Luar Negeri Norwegia, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenkomarves).

Setelah melalui inkubasi selama 3 bulan, dari 17 finalis yang berasal dari berbagai negara di ASEAN, terpilihlah 4 tim terbaik yang berhasil memenangkan pendanaan awal proyek sebesar 72.000 USD dan juga pendampingan selama 9 bulan yang akan dilakukan oleh UNDP Innovation Hub, bekerjasama dengan para investor.

Norimasa Shimomura, Resident Representative UNDP Indonesia berharap 17 inovator tersebut berhasil mengubah tantangan tersebut menjadi peluang untuk menerapkan ekonomi sirkular dan pengembangan masyarakat. “Semoga semua inovasi dari peserta mampu mendorong perubahan positif dan melibatkan masyarakat sekitar untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di laut,” imbuhnya.

Vismina Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Filipina menekankan bahwa permasalahan sampah plastik dapat diselesaikan dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan. “Target ambisi untuk memerangi masalah sampah plastik ini dapat dilakukan dengan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk 17 inovator dalam kompetisi ini,” ujar Vismina.

Dalam sambutannya, Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenkomarves, Nani Hendiarti berharap EPPIC dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, bahkan di ASEAN. “Melalui EPPIC, para peserta dapat belajar dari inovator luar negeri. Begitu juga sebaliknya. Kami berharap inovator dapat membuat solusi yang dapat mengatasi sampah plastik di ASEAN,” ujar Nani.

Selva Ramachandran, Resident Representative UNDP Philippines menekankan bahwa “Melalui proyek EPPIC, kami berharap dapat memperkenalkan solusi inovatif yang akan menawarkan pendekatan sistemik untuk mengatasi polusi plastik dan akan memfasilitasi transisi ke ekonomi sirkular”.

Adsense

Acara yang turut didukung oleh Kementerian Luar Negeri Norwegia dan Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) ini juga menghadirkan Director of Department for Climate and Environment NORAD, Stig Traavik. Dalam Sambutannya, Traavik menyampaikan bahwa lautan yang bersih dan sehat dapat menjamin ketahanan pangan. Kita bisa mencegah plastik masuk ke lingkungan. Ia berharap Para finalis EPPIC merepresentasikan perbedaan solusi dalam menangani permasalahan sampah.

Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2018 menunjukkan bahwa 0,26-0,59 juta ton sampah plastik mengalir ke laut. Merespon temuan ini, Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) berkomitmen untuk mengurangi 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025.

Di samping itu, AIS Forum dibawah naungan Kemenkomarves yang mencakup 47 negara kepulauan dan pulau dengan tujuan menyelesaikan permasalahan negara kepulauan dan pulau serta pengembangan berkelanjutan secara bersama-sama. EPPIC ini merupakan bagian dari aksi dan edukasi dalam pelaksanaan RAN PSL dan AIS Forum untuk mencapai target tersebut. Harapannya dapat mendorong masyarakat dalam menciptakan beragam inovasi untuk mempercepat pengurangan sampah plastik di laut.

EPPIC merupakan kompetisi di tingkat ASEAN yang mengajak semua inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. EPPIC berupaya untuk mengurangi pencemaran plastik di kawasan pesisir di Vietnam dan Thailand pada 2020, kemudian diikuti oleh Indonesia dan Filipina pada 2021, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian SDG 14 (Life Below Water) and SDG 12 (Responsible Production and Consumption).

Sebelumnya, EPPIC 2020 telah dilaksanakan di Vietnam dan Thailand. Pada 2021, EPPIC dilaksanakan di Indonesia dan Filipina. Pada pelaksanaannya, telah terpilih 17 besar dari inovasi-inovasi yang dihimpun. Inovasi terpilih berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi inkubasi selama 3 bulan oleh AIS Blue Startup Hub dan harus mempresentasikan inovasinya dalam kesempatan acara final pitching ini.

Pemenang Kompetisi EPPIC Fase II diumumkan oleh H.E. Rut Krüger Giverin, Ambassador of Norway to Indonesia, H.E. Bjørn Staurset Jahnsen, Ambassador of Norway to the Philippines, Sitti Rohmi Djalilah, Vizminda Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Republic of the Philippines, dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat Republik Indonesia.

Harapannya, keempat pemenang yang berhasil mendapatkan pendanaan awal dan pendampingan selama 9 bulan dari UNDP Innovation Hub dapat mengatasi permasalahan sampah di Mandalika, Indonesia dan Pulau Samal, Filipina.(red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More