Jakarta, Itech- Sumber energi fosil yang makin menipis mendorong para periset meneliti dan mengembangkan teknologi untuk mendukung optimalisasi energi baru terbarukan (EBT). Indonesia memiliki potensi sumber EBT diantaranya cahaya matahari, angin, air, bahkan uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Di masa mendatang, EBT diharapkan berkontribusi lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional.
Untuk mendiskusikan arah kebijakan nasional dan hasil riset terkini dalam pemenuhan EBT, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN menggelar Webinar Nasional SDM dan Iptek Nuklir (SDMIN) 2021 dengan tema ‘Clean and Safe Energy: Tantangan dan Peluang Energi Nasional’ pada Sabtu (4/12).
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, Poltek Nuklir merupakan tulang punggung pembinaan SDM terkait nuklir di Indonesia. “Nuklir di Indonesia saat ini dan di masa depan tidak hanya untuk PLTN, tetapi juga untuk berbagai manfaat di luar PLTN seperti kebutuhan untuk berbagai terapi medis dan analisis berbasis metode nuklir, serta radiofarmaka,” jelas Handoko dalam siaran pers pada Sabtu (4/12/2021).
Handoko mengatakan, BRIN sedang merencanakan penguatan penguasaan teknologi nuklir pada 2023-2028 dalam bentuk revitalisasi fasilitas nuklir di Serpong – Bandung – Yogyakarta, termasuk di dalamnya pembangunan fasilitas non-reaktor berbasis akselerator seperti sinkrotron, siklotron dan akselerator linier.
“Berbagai fasilitas ini sangat strategis untuk membalik kondisi agar Indonesia dapat menjadi produsen radioisotop global, dari saat ini yang masih menjadi importir. Dengan populasi yang besar dan kebutuhan medis yang terus meningkat, Indonesia harus mandiri dalam produksi radioisotop,” tambahnya.
Handoko mengungkapkan, BRIN juga sedang mempersiapkan kawasan khusus untuk riset pengembangan PLTN generasi baru bekerja sama dengan berbagai mitra swasta. Strategi ini tidak hanya untuk kesiapan Indonesia memiliki dan menguasai teknologi PLTN di masa mendatang, tetapi sekaligus untuk memastikan bahwa Indonesia turut ‘memiliki sebagian teknologi’ tersebut dapat menjadi bagian dari produsen PLTN dunia.
Seluruh perencanaan tersebut mensyaratkan penyiapan sumber daya manusia (SDM) muda dengan penguasaan ilmu dan teknologi di berbagai bidang. Untuk itu BRIN mulai 2022 menyiapkan program khusus pembinaan SDM nuklir secara masif untuk mencetak ilmuwan dan teknisi terkait setidaknya minimal 50 orang sampai dengan 2024. Program ini akan dilaksanakan secara terbuka dan kompetitif untuk menjaring generasi muda terbaik Indonesia.
Anggota Dewan Energi Nasional Bidang Teknologi As Natio Lasman menyatakan, sesuai dengan kondisi global, Indonesia turut mendukung lingkungan yang lebih baik, hal ini ditandai dengan keikutsertaan Presiden RI Joko Widodo dalam COP-26. Menurutnya, pemilihan teknologi yang tidak banyak mengeluarkan karbon, atau bahkan tanpa pelepasan karbon sama sekali menjadi pilihan tepat.
Indonesia masih memerlukan transisi energi untuk menuju energi yang rendah atau nir karbon. “Transisi energi ini merupakan peluang penggunaan tenaga nuklir untuk pembangkitan energi listrik menjadi semakin terbuka,” terang Lasman.
Hanya saja, menurutnya, pemanfaatan teknologi nuklir ini harus memperhatikan faktor keselamatan, keamanan, dan pemanfaatan tenaga nuklir yang hanya dan hanya untuk maksud damai (safeguards).
Gagasan ini didukung oleh Zaki Su’ud dari Departemen Fisika ITB yang menyatakan bahwa semua potensi clean & safe energy di Indonesia harus dikembangkan secara optimal agar menjadi bagian dari ketahanan energi kita di masa depan.
Plt. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra menegaskan, guna mewujudkan ketahanan energi, Indonesia perlu menyiapkan SDM yang menguasai teknologi nuklir. “Untuk itulah, Poltek Nuklir BRIN berupaya meningkatkan kapasitas mahasiswanya sekaligus meningkatkan kompetensi baik mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikannya dengan beberapa skema yang sudah disiapkan,” ujar Edy.
Ia menambahkan, Poltek Nuklir Yogyakarta telah menerapkan program Nuclear Teaching Laboratory maupun Nuclear Teaching Industry yang merupakan link-and-match antara perguruan tinggi dengan lembaga riset maupun industri dalam kurikulum pembelajarannya, yang diharapkan mengakselerasi transfer knowledge and experience dalam penguasaan teknologi pembangkit listrik berbasis energi baru, termasuk energi nuklir. (red)
Comments are closed.