Jakarta, Itech– Indonesia adalah salah satu negara paling menarik bagi pemasar seluler. Terdapat peningkatan pesat dalam adopsi seluler dan Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan tercepat untuk pemasar aplikasi – dengan tingkat penetrasi seluler 47,6%.
Bagi pengembang aplikasi seluler, langkah penting dalam memasarkan aplikasinya adalah mengetahui peraturan dan metode monetisasi yang berlaku agar ditampilkan di berbagai app store. Akan tetapi, persyaratan ini seringkali menimbulkan mitos dan kesalahpahaman umum yang dapat menghambat pengembang untuk dapat memanfaatkan solusi alternatif yang menjanjikan.
Menurut CEO dan Co-Founder AVOW, Robert Wildner, banyak pemasar menghindari app store alternatif karena mereka meyakini bahwa penagihan terpisah untuk setiap Original Equipment Manufacturer (OEM) bersifat wajib. Mitos ini menghalangi banyak pengembang game untuk memanfaatkan pasar OEM yang belum dijangkau.
“Kesalahpahaman ini terjadi karena implementasi solusi penagihan dapat menjadi proses yang rumit bagi pengembang yang mengandalkan pendapatan dari dalam aplikasi, contohnya perusahaan yang ingin mendaftarkan game seluler mereka di beberapa app store. ? Jika ingin menawarkan aplikasi di Google Play, pengembang harus memastikan bahwa snippet penagihan di app store tersebut dapat berfungsi untuk game mereka,” tuturnya.
Akan tetapi, tambah Robert, ada solusi lain bagi pengembang game untuk memanfaatkan app store Samsung, Huawei dan Xiaomi yang mengintegrasikan solusi penagihan sehingga pengembang dapat menawarkan aplikasi mereka di app store tersebut. Saat bekerja sama dengan OEM seperti ini, perusahaan perlu menegosiasikan perjanjian bagi hasil antara publisher dan pemilik app store berupa tarif default atau persentase pembelian dalam aplikasi. Oleh karena itu, pengembang game perlu mengevaluasi setiap OEM secara terpisah dan mengetahui apakah mereka memberikan izin untuk sistem penagihan Google.
“Setiap app store alternatif memiliki karakteristik masing-masing dan ini akan memengaruhi implementasi solusi penagihan. Misalnya, jika pengembang game ingin menjalankan promosi berbayar dengan Huawei, aplikasi harus terdaftar di Huawei App Gallery dan harus mengintegrasikan solusi penagihan Huawei. Akan tetapi, sebagian besar pengembang lebih memilih untuk tetap menggunakan solusi penagihan Google Play dalam OEM seperti app store OPPO, Vivo dan Xiaomi, guna menghindari beban kerja tambahan dalam menyiapkan dan menambahkan beberapa kontrak dengan berbagai macam perjanjian bagi hasil yang akan perlu dipantau.”
Jika ingin mengiklankan aplikasi game di OEM seperti Oppo, Vivo dan Xiaomi, pengembang tidak perlu dilibatkan. Menurut Robert, AVOW dapat mengelola proses ini dengan menggunakan solusi penagihan dan API yang sama. Banyak pengembang meyakini bahwa mereka tidak akan dapat memonetisasi inventaris mereka jika instalasi aplikasi tersebut tidak berasal dari Google Play Store.
“Ini adalah mitos lain yang membuat para pengembang game tidak dapat memanfaatkan OEM. Para pengembang merasa khawatir bahwa pendistribusian di app store alternatif berarti monetisasi mereka tidak akan diakui oleh perusahaan video iklan, seperti AppLovin atau Unity, yang menjual inventaris mereka. Ini adalah mitos yang terus menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengembang yang meyakini bahwa ini akan memengaruhi build rate mereka karena proses distribusi tidak dilakukan melalui Google.”
Faktanya, katanya lagi, sebagian besar jaringan monetisasi tidak perlu mempertimbangkan sumber instalasi. Selama app store alternatif tidak keberatan mendistribusikan aplikasi yang menginstalasi layanan Google Play, tidak ada batasan dari sisi pengembang aplikasi. Bahkan, Google Admob baru-baru ini meluncurkan opsi untuk memilih app store OEM sebagai salah satu channel distribusi. Dengan mempertimbangkan hal ini, pengembang aplikasi game memiliki peluang untuk mengisi ruang iklan di aplikasi mereka tanpa mengkhawatirkan masalah-masalah terkait monetisasi aplikasi.
Saat ini AVOW bermitra dengan berbagai OEM di seluruh dunia dan mencakup 42% pasar android global.
“Pasar aplikasi berkembang dengan pesat dengan lebih banyak persaingan daripada sebelumnya. Rata-rata 1.153 aplikasi baru dirilis setiap hari di App Store dan 3.119 aplikasi baru setiap hari di Google Play Store. Tujuan kami adalah membuat sebanyak mungkin pengembang aplikasi menyadari peluang besar yang ada jika bekerja dengan OEM dan inventaris pengguna mereka yang belum dijangkau,” tutupnya.
Comments are closed.