Jakarta, Itech- Surge, melalui anak usahanya Weave, secara resmi menggandeng perusahaan infrastruktur telekomunikasi PT Prasetia Dwidharma dan perusahaan infrastruktur perkeretaapian PT Sarida Utama untuk akselerasi proyek infrastruktur jaringan serat optik berkapasitas besar di sepanjang rel kereta api di Pulau Jawa. Tergabung dalam Konsorsium Prasetia dan Saridah, kedua perusahaan ini hadir sebagai partner proyek pada fase penggelaran jaringan serat optik Weave yang segera memasuki fase selanjutnya, di luar ruas Jakarta – Cikarang – Bandung dan Jakarta – Bogor yang hampir rampung, yakni ruas Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, hingga Jawa Timur. Dengan pengalaman serta kapasitas yang dimiliki konsorsium Prasetia dan Sarida, Surge optimis rencana untuk penyelesaian keseluruhan jaringan serat optik sepanjang 2800 km ini dapat di akselerasi sebelum akhir tahun 2021.
CEO Surge Hermansjah Haryono menyatakan optimismenya dengan kerjasama tersebut “Sejak awal Surge menggodok proyek infrastruktur fiber optik ini melalui Weave, kami memposisikan Weave sebagai neutral carrier provider & collaborator. Walau kami memiliki infrastruktur yang lengkap dari serat optik hingga edge data center, prinsip gotong royong akan selalu kami kedepankan, yang tercermin dari kerjasama kami dengan sesama anak bangsa yakni Konsorsium Prasetia Dwidharma – Sarida Utama. Setelah kami merampungkan ruas Jakarta – Cikarang – Bandung, dan Jakarta – Bogor sepanjang total 180km pada September 2021, kami akan fokus pada penyelesaian ruas-ruas lainnya yakni mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, sampai Jawa Timur. Pembangunan ruas tersebut akan dikerjakan secara bersamaan dengan penambahan fase-fase proyek dan alokasi human resource yang sangat efektif. Kami optimis jaringan serat optik ini dapat selesai pembangunannya sesuai rencana pada tahun ini, yang secara paralel akan mempercepat transformasi digital para UMKM dan startup maupun pemerataan ekonomi digital di Indonesia.”
PT Prasetia Dwidharma yang berdiri sejak 2008, memiliki pengalaman panjang dalam proyek infrastruktur seperti pembangunan hingga perawatan dan perbaikan menara BTS dan menara PLN, penggelaran serat optik hingga solusi-solusi smart city. Di satu sisi, PT Sarida Utama yang sudah membangun infrastruktur negeri sejak 1976, berpengalaman dalam infrastruktur perkeretaapian, telekomunikasi, hingga konstruksi bangunan berbagai proyek strategis seperti pembangunan dan perawatan jaringan serat optik beberapa perusahaan telekomunikasi, maupun jaringan Trans Indonesia Network yang membentang di Pulau Sumatera dan Jawa, pembangunan jalur Light Rapid Transit (LRT) double track di Jakarta hingga pembangunan dan pengoperasian jalur kereta api di Sulawesi Selatan.
“Pengalaman dan kapasitas kedua anggota konsorsium baik dalam infrastruktur telekomunikasi maupun perkeretaapian menjadi pertimbangan penting mengingat jaringan serat optik Weave dibangun sepanjang jalur kereta api Pulau Jawa. Penggelaran di sepanjang jalur kereta milik PT KAI sangat didukung dari sisi keamanan dan minim gangguan, sehingga menghasilkan konektivitas jaringan yang handal, berkualitas, dan berkecepatan tinggi bagi pengguna akhir nantinya. Keberadaan serat optik Surge yang berada di sepanjang rel kereta api akan sangat mendukung Edge Data Center (EDC) yang juga kami bangun, yang mana mensyaratkan konektivitas berkualitas, berkecepatan tinggi, handal, dan minim gangguan.” tambah Hermansjah.
Sejak akhir 2019, Surge melalui Weave memulai pembangunan serat optik 144 core di sepanjang rel kereta api milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) sepanjang 2.800 km, atau lebih dari 580 stasiun yang terletak di 9 daerah operasional PT KAI. Pengembangan ini didesain untuk meningkatkan jaringan infrastruktur data yang sangat cepat, stabil dengan latency yang rendah di pulau Jawa yang dapat memfasilitasi konektivitas internet dengan kapasitas bandwidth sangat besar.
Perkiraan terbaru dari Bank Dunia[1] menyebutkan perkiraan total jumlah pelanggan fixed broadband di Indonesia sekitar 9,7 juta, yakni sebesar 4 persen dari populasi atau 16 persen rumah tangga. Dengan demikian, meskipun kinerja Indonesia relatif baik dibandingkan dengan beberapa negara tetangga regional dalam hal penetrasi mobile broadband, Indonesia masih tertinggal dengan beberapa negara tetangga regional seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam pada mobile broadband berkecepatan tinggi(4G/LTE) maupun fixed broadband. Hal ini penting, karena studi lain dari Alpha-JWC dan Kearney[2] menjelaskan bahwa dengan dukungan yang tepat seperti infrastruktur digital, kota-kota Tier-2 dan Tier-3 di Indonesia dapat berkontribusi 30-50% dari ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025. (red)
Comments are closed.