Teknologi Anak Bangsa Atasi Limbah Medis Covid-19

110

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyampaikan beberapa teknologi yang sudah proven karya para peneliti BRIN untuk mengatasi kurangnya kapasitas pengolahan limbah medis. Para peneliti BRIN berhasil mengembangkan beberapa teknologi pengolah limbah ramah lingkungan untuk mengatasi limbah berbahan bahaya dan beracun (B3) khususnya limbah medis berskala kecil dan mobile.

“Kondisi saat ini, penambahan jumlah dan volume limbah khususnya limbah medis saat ini semakin meningkat, tetapi kapasitas dari pengolahan masih belum masih memenuhi peningkatan tersebut,” ungkap Handoko dalam keterangan pers virtual setelah mengikuti rapat terbatas tentang pengelolaan limbah B3 medis Covid-19 yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (28/7).

Beberapa teknologi pengolah limbah B3 khususnya limbah medis berskala kecil dan mobile antara lain teknologi pengolahan limbah cair dengan Plasma Nano-Bubble sedangkan untuk limbah padat dengan Plasma, pengolahan limbah plastik medis menggunakan teknologi Pelletizing dan Rekristalisasi, serta untuk pengolahan limbah jarum suntik menggunakan mesin daur ulang APJS GLP Destromed 01 Needle Destroyer yang sudah memiliki paten dan izin edar. “Ada beberapa teknologi yang sudah proven yang dikembangkan oleh teman-teman kita untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas pengolahan limbah ini secara signifikan. Khususnya adalah teknologi yang bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya mobile,” ujar Handoko.

Adsense

Kepala BRIN meyakini teknologi ini cocok untuk menjangkau daerah-daerah yang penduduknya relatif sedikit dengan dengan skala limbah tidak banyak dibandingkan dengan membangun insinerator yang besar dengan harga mahal dan terkendala dengan pengumpulan limbah yang terpusat. “Kalau kita harus membangun insinerator besar itu tentu akan jauh lebih mahal dan juga menimbulkan masalah terkait dengan pengumpulan, karena pengumpulan dari limbah ke insinerator yang terpusat juga menimbulkan biaya tersendiri,” imbuhnya.

Selain mampu meningkatkan kapasitas pengolahan limbah medis, teknologi daur ulang limbah medis besutan anak bangsa ini berpotensi memunculkan nilai tambah dan ekonomi baru dalam rangka meningkatkan kepatuhan fasilitas kesehatan karena ada insentif finansial dari sisi bisnis yang dapat mengurangi biaya pengolahan limbah. “Tadi kami menyampaikan contoh itu adalah alat penghancur jarum suntik yang bisa menghasilkan residu berupa stainless steel murni, dan juga daur ulang untuk APD (alat pelindung diri) dan masker yang bahannya adalah polypropylene, sehingga kita bisa peroleh propylene murni (PP), jenis plastik propylene murni yang nilai ekonominya juga cukup tinggi,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Handoko mengungkapkan data bahwa baru 4,1 persen rumah sakit yang memiliki fasilitas insinerator berizin serta 20 pelaku usaha pengolahan limbah di Indonesia yang hampir semuanya terpusat di Pulau Jawa dan distribusinya pun tidak merata. Handoko berharap inovasi teknologi karya anak bangsa ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pengolahan limbah medis dan memberikan motivasi untuk mengumpulkan dan mengolah limbah, meningkatkan kepatuhan, dan menciptakan potensi bisnis baru bagi para pelaku usaha skala kecil. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More