LIPI Gelar Pelayaran Riset Ekspedisi Indonesia Timur 2021

71

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech– Wilayah laut Indonesia mencakup hampir 70% luas wilayah Nusantara. Di dalamnya terdapat Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang menjadi kanal penghubung perairan Indonesia Pasifik dan Samudra Hindia. Arlindo berperan penting dalam mengangkut panas global dan memengaruhi iklim dunia.

Untuk menguak karakter Arlindo, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Oseaonografi melakukan pelayaran riset Ekspedisi Indonesia Timur 2021 menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Ekspedisi ini terlaksana atas kerjasama antara LIPI dengan Institute of Oceanology, Chinese Academny of Science (IOCAS) melalui Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Laut Dalam dengan First Institute of Oceanography (FIO, China) dan University of Maryland, USA. Ekspedisi ini juga melibatkan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk observasi oseanografi. “Ekspedisi ini ditujukan untuk mengetahui sifat-sifat oseanografi fisika dari arus laut lintas Indonesia atau disebut juga dengan Indonesia Throughflow, percampuran air, dan kenaikan permukaan air laut,” jelas Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko saat membuka kegiatan Sapa Media: Ekspedisi Indonesia Timur Kapal Riset Baruna Jaya VIII pada Selasa (30/3).

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Ocky Karna Radjasa memaparkan bahwa Ekspedisi Indonesi Timur 2021 juga mempelajari massa air laut dengan atmosfir dan dampaknya pada iklim global. Pelayaran riset ini juga penting untuk akuisis dan preservasi hayati laut Indonesia, baik potensi dan pengembangannya. “Banyak potensi hayati laut dalam dan Sumber Daya dari laut yang belum tersentuh. Laut Banda memiliki palung dengan kedalaman 8000 meter. Jika kita bisa melihat keanekaragaman hayati di sana, maka bisa menjadi potensi baru yang belum terkuak,” sambung Ocky.

Pelayaran riset tersebut dipimpin oleh peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Nugroho Dwi Hananto. Dia mengungkapkan bahwa pelayaran riset tersebut dilakukan secara selama 72 hari efektif dimulai dari 7 Januari. Waktu yang cukup lama dimanfaatkan dengan maksimal untuk mengambil data kelautan dan biodiversitas. “Berlayar di masa pandemi bukan menjadi hal yang mudah, ditambah dengan gelombang tinggi di Samudra Hindia dan Selat Makassar. Namun riset tetap dapat dijalankan. Ini membuktikan peneliti kelautan Indonesia mampu bersaing secara global, karena dalam pelayaran ini tidak hanya membutuhkan kepandaian, namun juga nyali yang kuat,” ucap Nugroho.

Peneliti bidang Oseaonografi Fisika LIPI, Adi Purwana menjelaskan, setiap laut memiliki ‘sidik jari’ karena karakteristik dan massa air yang sangat kontras pada masing-masing laut. ‘Sidik jari’ laut ini dibedakan dengan temperatur dan dan salinitas. Arlindo memiliki arus sebanyak 12 Sverdrup (Sv) atau 12 juta kubik air per detik, setara dengan 631.578.947 galon/detik. “Kapal Riset Baruna Jaya VIII dilengkapi dengan perlengkapan observasi ADCP 75 kHz RDI untuk mengukur arus dan echo intensity. Ada pula CTD untuk mengukur daya konduksi, temperatur dan kedalaman laut,” papar Adi.

Peneliti Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Mummad Fadli yang pada pelayaran tersebut masuk dalam tim mooring menjelaskan bahwa data-data yang didapatkan dari Ekspedisi Indonesia Timur 2021 penting untuk memprediksi kondisi laut dan atmosfir yang dapat digunakan untuk mitigasi fenomena ekstrim dan perubahan iklim. “Atmosfir berhubungan dengan kondisi laut, oleh karena itu memahami laut adalah hal penting. Jika suhu laut dingin maka akan memengaruhi iklim, begitu pula jika tidak terjadi pencampuran arus laut, maka dapat menyebabkan bleaching atau karang-karang yang mati, sehingga memengaruhi ekosistem laut. Mooring bertujuan untuk mengukur suhu, arus, dan salinitas laut,” papar Fadli.

Sementara itu, Nahkoda Kapal Riset Baruna Jaya VIII, Indrayana Hasan menyebutkan bahwa pengumpulan data kelautan pada Ekspedisi Indonesia Timur 2021 berhasil mengumpulkan data lebih banyak dan lebih komprehensif atas kolaborasi riset yang dilakukan. “Biasanya masing-masing bidang penelitian kelautan melakukan survey masing-masing. Kolaborasi riset ini ternyata menghasilkan data yang lebih baik dibandingkan dengan survey parsial. Semoga ini dapat memulai tren yang baik dalam pemanfaatan kapal riset,” ujar Indrayana. (red)

Adsense
Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More