jakarta, Itech- Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin menyampaikan bahwa pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir produk halal di dunia. Sejumlah strategi telah disusun untuk mencapai tujuan itu
“Kita perlu bersungguh-sungguh untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir produk halal terbesar di dunia,”tegas Wapres Ma’ruf dalam webinar The 4th International Halal Conference yang digelar Pusat Unggulan Iptek PT Institute of Halal Industry and System (PUI-PT IHIS) Universitas Gadjah Mada, Sabtu (14/11/2020).
Ma’ruf mengatakan potensi pasar halal sangat besar. Data The State of Global Islamic Economy Report 2019/2020 mencatat besarnya pengeluaran konsumen muslim dunia mencapai 2,2 triliun USD pada 2018 dan diproyeksikan akan mencapai 3,2 triliun USD pada 2023. Karenanya, Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar dunia harus bisa memanfaatkan potensi tersebut.
Ma’ruf berharap Indonesia dapat memanfaatkan potensi pasar halal dunia dengan meningkatkan ekspor nasional yang saat ini baru berada di kisaran 3,8 peresn dari total pasar dunia. Guna mencapai tujuan itu, Ma’ruf menyebutkan Indonesia harus segera melakukan lima langkah strategis berikut ini.
Pertama, memperkuat riset bahan dan material halal untuk industri serta melaksanakan substitusi atas bahan non halal material impor dengan bahan material halal industri dalam negeri. “Tanpa riset kuat akan sulit bersaing dan menguasai pasar halal dunia,” terangnya.
Kedua, membangun kawasan industri halal (KIH) yang diharapkan mampu menarik perhatian investor global. KIH yang tumbuh dan berkembang diharapkan akan menarik investor global yang menjadikan Indonesia sebagai global hub produk halal dunia.
Ketiga, membangun sistim infromasi manajemen perdagangan produk halal. Ma’ruf mengatakan saat ini data-data produksi dan nilai perdagangan produk halal Indonesia belum teredeteksi dengan jelas dalam sistem yang terintegrasi. Karena itu diperlukan kodifikasi yang dapat mengintegrasikan sertifikasi produk halal dengan data perdagangan dan data ekonomi.
Keempat, memperkuat implementasi program sertifikasi halal produk ekspor. Sebab dengan penguatan implementasi program sertifikasi halal ini akan menjadikan produk Indonesia diperhitungkan dan memiliki daya saing global.
Kelima, meningkatkan kapasitas UMKM agar dapat mendukung Indonesia menjadi produsen halal terbesar di dunia. Untuk memacu hal itu perlu dibangun pusat-usat inkubasi usaha halal di berbagai daerah dan pusat-pusat bisnis syariah yang didukung dengan infrastruktur digital sebagai sarana interaksi dan transaksi antar pelaku bisnis syariah.
Dalam kesempatan itu Ma’ruf turut menyampaikan apresiasi kepada UGM telah memiliki pusat unggulan iptek perguruan tinggi untuk riset halal.
“Saya sangat bangga dan memberikan apresiasi tinggi pada UGM yang sejak tahun 2007 telah memiliki pusat unggulan iptek perguruan tinggi, khususnya yang menangani penelitian dalam pengembangan dan sistim industri halal,”ucapnya.
Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengbdian kepada Masyarakat, Ika Dewi Ana mengatakan persoalan halal telah menjadi isu internasional, tidak hanya untuk negara dengan mayoritas penduduk Islam namun juga hampir di seluruh negara dunia. Hal tersebut telihat dari produk halal dunia banyak diproduksi negara-negara minoritas muslim seperti Brazil, Amerika Serikat, Tiongkok, Australia, serta Selandia baru. Sementara itu, konsumen terbesar produk-produk halal antara lain Indonesia, Turki, Paksitan, Saudi Arabia, Mesir, dan Bangladesh.
“Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk mengembangkan industri halal yang dimulai dari riset halal di berbagai bidang interdipiliner harus menjadi fokus negara besar seperti Indonesia,” tandasnya. (red)
Comments are closed.