Menristek Dorong Penguatan Kolaborasi dan Sinergi Riset

34

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Tatanan kehidupan dunia yang semakin global dan isu tentang kesehatan yang semakin kompleks di masa pandemi Covid-19, menjadikan keterkaitan antar berbagai bidang ilmu dalam penelitian menjadi hal sangat penting.

Untuk itu, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menekankan perlunya menghilangkan egoisme keilmuan guna menciptakan berbagai hasil riset dan inovasi yang menjawab tantangan tersebut.

“Tidak boleh ada namanya egoisme keilmuan. Semua ilmu menurut saya harus diupayakan untuk bisa saling mengerti ilmu lainnya,” pesan Menteri Bambang saat memberikan sambutan pada acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX yang digelar oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada Jumat (28/8).

Menristek menambahkan semua disiplin ilmu harus saling mengisi untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa. Kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak khususnya peneliti ataupun Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) di bawah keluarga besar Kemenristek/BRIN harus menjadi semakin kuat.

“Saya harapkan di situasi pandemi ini sinergi kolaborasi antar lembaga semakin kuat, tidak boleh ada hambatan yang membuat egoisme bidang ilmu apalagi egoisme institusi muncul. Saat ini adalah waktu yang terbaik untuk menunjukkan bahwa semua ilmuwan, semua orang yang mempunyai kemampuan untuk bekerja bersama,” tambah Menteri Bambang.

Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko mengatakan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX merupakan tradisi keilmuan yang menjadi puncak rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 LIPI. Kuliah umum ini digelar untuk mengedepankan dan mendorong peran LIPI dalam membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kuliah Umum LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture, lanjutnya, disampaikan oleh seseorang yang sudah mumpuni di bidangnya, baik dari kalangan ilmuwan sendiri, maupun dari para praktisi, pakar, dan tokoh masyarakat yang sudah terbukti kontribusinya memajukan ilmu pengetahuan bagi bangsa dan negara Indonesia. Pada kesempatan tersebut LIPI memberikan kehormatan kepada Prof. dr. Herawati Supolo-Sudoyo, Ph.D., dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk memberikan orasi ilmiah.

“Dedikasi, kontribusi dan produktivitas publikasi karya ilmiah di berbagai jurnal internasional telah menjadikan Prof. Herawati sebagai peneliti berkelas dunia dan dapat menjadi inspirasi bagi dunia penelitian serta sivitas peneliti untuk secara sungguh-sungguh fokus dan mengembangkan kepakarannya,” terangnya.

Adsense

Handoko mengatakan, saat ini peran penelitian biologi molekuler untuk penanganan Covid-19 sangat penting. Bidang biologi molekuler adalah ilmu dasar untuk kajian ilmu kedokteran, genetika manusia dan penyakit. Pendeteksian virus bukan merupakan hal baru bagi Prof. Herawati.

“Pandemi Covid-19 membuat kita semua harus bekerja, berinovasi dan mencari solusi nyata guna penanggulangan wabah virus ini. LIPI secara bersama melalui Konsorsium Riset Covid 19 yang dikoordinasikan oleh Kemenristek/BRIN maupun juga tengah berupaya melakukan riset dan inovasi termasuk menciptakan vaksin Covid-19,” tuturnya.

Untuk mencapai proses uji klinis vaksin Covid-19 membutuhkan waktu panjang. Namun pihaknya optimis, dengan membangun kerja sama antar para peneliti, antar lembaga-lembaga penelitian, seperti dengan Lembaga Eijkman, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) maupun perguruan tinggi upaya menciptakan vaksin untuk Covid-19 dapat terealisasi.

“Saya yakin pandangan dan sharing pengalaman panjang Prof. Herawati di Lembaga Eijkman terkait penelitian virus, khususnya virus Corona atau penyakit Covid-19, akan memberikan inspirasi bagi peneliti-peneliti Indonesia, baik dari sisi ilmiah maupun sebagai panduan bagi kita untuk menghadapi tantangan wabah Covid-19 yang menjadi permasalahan berbagai bangsa di dunia,” kata Handoko.

Dalam orasi berjudul “Peran Riset Covid-19 untuk Indonesia Maju” Herawati menyampaikan bahwa untuk memahami pandemi baru Covid-19, kita harus belajar dari kejadian yang sama yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pandemi influenza pada 1918.

“Kita harus mencari tahu, memahami, dan menganalisis. Itu akan memperkuat pendalaman kita mengenai situasi saat ini dan cara penanganannya,” ujar Herawati.

Herawati Supolo-Sudoyo pada saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala bidang Penelitian Fundamental LBM Eijkman dan juga merupakan Ketua Komisi Ilmu Kedokteran dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). red

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More