UNDP, CITI dan Kemenpora Soroti Peluang Bisnis Pasca Pandemi

557

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech — United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Citi Foundation dan Kemenpora menggelar Ideathonesia, sebuah pertemuan crowdsourcing untuk ide-ide bisnis yang berdampak, menargetkan kaum muda sebagai bagian dari inisiatif Youth Co: Lab di Indonesia.

Dibentuk bersama pada tahun 2017 oleh UNDP dan Citi Foundation, Youth Co: Lab bertujuan untuk memberdayakan dan berinvestasi pada kaum muda, sehingga mereka dapat mempercepat implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui kepemimpinan, inovasi sosial, dan kewirausahaan.

Selama dua tahun terakhir, proyek Youth Co: Lab telah dilaksanakan di 20 negara dan wilayah di kawasan ini, dengan dialog nasional, KTT regional, dan kompetisi inovasi sosial yang menjangkau lebih dari 48.000 peserta. Inisiatif ini telah memberi manfaat bagi lebih dari 2.500 wirausahawan sosial muda dan membantu meluncurkan atau meningkatkan hampir 500 wirausaha sosial.

“Meskipun ada dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya pada bisnis, pandemi COVID-19 telah menghadirkan peluang unik untuk menyesuaikan model bisnis guna membantu melayani kebutuhan berbagai komunitas sekaligus menyediakan lapangan kerja bagi kaum muda. Oleh karena itu, UNDP wajib mempertahankan acara tahunan Ideathonesia tahun ini untuk terus menjajaki peluang baru di saat krisis, ”kata Muhammad Didi, Kepala Unit Keuangan Inovatif UNDP Indonesia.

Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Puni A. Anjungsari mengatakan, “Citi melalui Citi Foundation telah berfokus untuk memperluas peluang ekonomi bagi generasi muda Indonesia di bawah payung Citi Peduli dan Berkarya (Citi Peka). Pendekatan Youth Co: Lab dalam mendengarkan perspektif dan ide kaum muda, dan memberdayakan mereka untuk mendorong solusi bisnis yang mengatasi masalah yang paling mendesak di dunia mendorong perubahan nyata. Hanya dengan menggabungkan kekuatan berbagai aktor dari sektor publik dan swasta, mitra sosial, masyarakat madani, dan seterusnya, kita dapat bekerja menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.”

Tahun ini, Ideathonesia memilih wirausaha yang berfokus pada “planet, manusia, keuntungan” sebagai intinya. Wirausaha tersebut juga harus memiliki nilai-nilai yang berkontribusi untuk mengatasi ketimpangan. Peserta terpilih akan mengambil bagian dalam sesi bimbingan selama sebulan dari PLUS dan UNDP yang akan membantu mengembangkan wirausaha mereka, memvalidasi ide bisnis mereka, dan mempercepat dampak dalam komunitas mereka. Selain workshop mentorship, Ideathonesia menggelar serangkaian seminar online tentang berbagai topik kewirausahaan yang terbuka untuk umum.

Adsense

“Ideathonesia sebagai salah satu unsur penting dalam memberikan ruang berkreasi dan berinnovasi anak muda untuk  membuat dampak social yang lebih luas melalui ide dan aksi utk menciptakan perubahan menuju kondisi global yang lebih baik. Ideathonesia memperbaiki ekosistem dengan optimalisasi peran pemangku kepentingan kewirausahaan di dalamnya” Sebut Imam Gunawan, Deputy Assistant of Youth Entrepreneurs, Ministry of Youth and Sport.  

Seminar online bertajuk “Theory of Change and Design Thinking” menghadirkan pembicara antara lain Dr. Ari Margiono, Kepala Pusat Riset Inovasi, Desain, dan Kewirausahaan Universitas Binus dan Borrys Hasian, Direktur DesignOps Gojek Indonesia.

Dengan dukungan dari Platform Usaha Sosial (PLUS), pemerintah daerah, dan inkubator lokal, acara tersebut melibatkan 180 peserta dari enam daerah antara lain Papua, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat yang aktif mengembangkan ekosistem wirausaha muda.

Acara ini memberikan kesempatan bagi para wirausahawan untuk berdiskusi tentang pemantapan model bisnis, mengembangkan ide bisnis serta berjejaring dengan wirausaha muda lainnya melalui workshop selama 1 bulan dan pendampingan online oleh PLUS dan Akademi Kewirausahaan Masyarakat.

Beberapa minggu setelah pengumuman kasus pertama positif COVID-19 di Indonesia, UNDP dan Citi Foundation, melalui Youth Co: Lab, dan UNICEF melakukan survei cepat terhadap wirausahawan muda di seluruh Indonesia di berbagai sektor. Survei tersebut berusaha untuk memahami dampak pandemi dan respon para pengusaha. Menyasar remaja berusia 16 – 30 tahun, survei tersebut mendapatkan hasil dari 756 responden dari seluruh Indonesia.

Survei tersebut mengungkapkan bahwa 79% pengusaha yang merespon mengalami dampak negatif pandemi, 21% usaha harus berhenti beroperasi, dan 50% mengalami penurunan keuntungan. 91% responden menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui mekanisme dukungan yang tersedia bagi mereka. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More