Jakarta, Itech- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengapresiasi terlaksananya Taiwan Higher Education Fair (THEF) 2019. Event ini merupakan yang kedua kalinya
Staf Ahli Bidang Infrastruktur-Kemenristekdikti, Hari Purwanto mengatakan, kerjasama Indonesia Taiwan dibidang pendidikan memang sudah terjalin dengan sangat baik. “Melalui kerjasama dibidang pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan SDM kita” kata Hari Purwanto pada pembukaan Taiwan Higher Education Fair (THEF) 2019 di Ballroom Hotel Pullman Central Park, Sabtu (28/9).
Menurutnya, mahasiswa Indonesia dipersilahkan untuk belajar di Taiwan. Hanya saja untuk meuntut ilmu di Taiwan, mahasiswa Indonesia belajarnya harus 3 kali lipat lebih dari belajar di Indonesia. “Tidak hanya Ipteknya yang kuat, tetapi juga Bahasa Inggrisnya harus kuat dan Bahasa Mandarin. Belum lagi, kita harus belajar dengan culture yang berbeda,” kata Hari.
Hari menegaskan Taiwan adalah salahsatu Universitas yang berkelas dunia oleh karena itu pelajar-pelajar Indonesia dipersilahkan untuk melanjutkan pendidikannya di Taiwan. “Kita itu harus bisa belajar di seluruh dunia, dimana ada kesempatan bagus kita serbu, itu prinsip bahwa orang-orang Indonesia harus bisa menguasai dunia,” ujarnya.
Menurutnya, ada beberapa program studi (prodi) yang diprioritaskan antara lain sains, teknologi, enginering, kesehatan, maritim dan sebagainya. Penyelenggaraan THEF 2019 di Jakarta atas kerjasama TEC Indonesia dengan Ikatan Citra Alumni Taiwan Indonesia (ICATI) Jakarta, Kadin-Komite Taiwan dan ITBC.
Chairman TEC Indonesia, Rini Lestari mengatakan sebanyak 43 Perguruan Tinggi di Taiwan yang berpartisipasi pada THEF tahun ini diantaranya, Tunghai University, National Taiwan University dan Chinese Culture University. “Tujuan diadakan THEF di Indonesia adalah untuk menjaga kerjasama yang sudah terjalin antara Indonesia dan Taiwan di bidang pendidikan. Pameran ini juga menjadi sebuah implementasi nyata kebijakan baru Pemerintah Taiwan yaitu New Southbound Policy’ yakni kebijakan yang fokus untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan di Indonesia,” ungkap Rini.
Lebih lanjut Rini Lestari mengungkapkan dari tahun ke tahun, jumlah pelajar Indonesia yang melanjutkan studi di Taiwan semakin meningkat. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Taiwan, jumlah pelajar Indonesia pada tahun 2017 sudah mencapai 12 ribu orang. Dari jumlah itu, sebagian besar mengambil Pendidikan Bahasa Mandarin (degree ataupun non degree) dan sisanya di jurusan lain.
“Taiwan Education Center adalah organisasi nirlaba didukung dan beroperasi dibawah pengawasan Kementrian Pendidikan Taiwan, Fichet,Study in Taiwan, sedangkan utk TEC Indonesia di Jakarta ini dikelolah oleh Tunghai University. Taiwan Education Center sudah banyak beroperasi di negara-negara lain dengan tujuan untuk mempromosikan pendidikan Taiwan dan sebagai pusat informasi untuk murid-murid luar negeri yg ingin melanjutkan studynya ke Taiwan,” kata Rini.
Menurutnya, dengan menempuh pendidikan di Taiwan, para pelajar tidak hanya dibekali dengan ilmu dari program S1 ,S2 ,S3, tetapi juga bisa mengenal culture/kebudayaan dan mendalami Bahasa Mandarin dan bagi pelajar yang beragama Islam yang ingin melanjutkan studi di Taiwan tidak perlu khawatir karena sudah tersedia musholla di berbagai kampus dan kota-kota Taiwan. Taiwan juga sudah melakukan dan menerapkan sertifikat makanan halal. (red/ju)
Comments are closed.