Jakarta, Itech – Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia menjelaskan, bisnis Qualcomm tidak hanya bergerak di smartphone saja, sudah merambah ke berbagai bidang lain, dengan teknologi dasarnya adalah mobile technology tersebut.
Terlebih, ketika IoT itu sudah mulai mengalami pertumbuhan yang signifikan, maka bisnis mobile technology ini akan menjadi sangat besar sekali. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa tahun 2020 nanti akan ada 20 miliar device yang terkoneksi. Bayangkan, berapa besar bisnis Qualcomm pada tahun 2020 nanti.
“Pada era IoT itu, bukan hanya people connected to people, tetapi people connected to device dan device to device,” ujar Shannedy menggambarkan betapa besar pasar saat era IoT nantinya.Saat ini saja, sudah mulai terjadi konektifitas antara people dan ‘things’ dan konektifitas dengan device. Jadi, semuanya sudah mulai berubah dan nantinya akan menjadi life style dan akan mengubah cara berinteraksi juga. Itu sebabnya, saat itu disebut dengan beyond the people. Bukan lagi connected the people.
Tak heran, Shannedy memperkirakan bahwa Qualcomm akan tetap menjadi pemain utama di ekosistem yang baru tersebut karena basic dari era IoT itu nantinya adalah mobile technology.
Untuk di Indonesia sendiri, IoT ini memang sudah mulai terlihat. Hanya saja, masih belum saling terhubung semua. Dan, boleh dibilang masih sedikit sekali. Perkembangannya juga belum terlalu terasa. Tapi dari pandangan Qualcomm sendiri, perkembangan dari IoT sendiri diluar dugaan.
“Misalnya, salah satu operator beberapa waktu lalu sudah mengundang corporate costumer nya yang bergerak dibidang perbankan, logistik, utilities atau energi seperti Perusahaan Gas Negara dan Perusahaan Listrik Negara dan lainnya yang berhubungan dengan infrastruktur juga. Yang semuanya menggunakan networknya dari pihak operator. Di sisi lain, operator saat ini sedang melakukan migrasi dari 2G ke 4G atau dari 3G ke 4G. Migrasi ini, sudah tentu mempengaruhi services yang diberikan operator pada corporate costumer nya,” ujar Shannedy menjelaskan.
Artinya, bisnis operator pun akan berubah. Tidak hanya melayani people, tetapi juga machine to machine. Di mana, corporate costumer operator itu gunakan. Sebagai contoh adalah POS atau point of sales yang sudah pasti akan menggunakan teknologi IoT ke depannya karena akan membuat effisiensi semakin tinggi.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi operator karena harus mengedukasi para costumer nya untuk ikut migrasi. Untuk saat ini, memang masih belum terasa effisiensinya, tapi ke depan, akan lebih berdampak pada perusahaan yang menggunakan. Bagi Qualcomm, hal ini menjadi pasar yang sangat menggiurkan karena perusahaan asal Amerika ini memiliki solusinya. Selain itu juga untuk energi, Gas, dan lainnya.
Untuk PLN misalnya, Shannedy menjelaskan bahwa monitoring akan sangat mudah dilakukan oleh perusahaan listrik tersebut. Termasuk juga melakukan analisa yang dibutuhkan.
Qualcomm sendiri merasa tidak perlu banyak melakukan perubahan dari sisi bisnis nya untuk menyambut era IoT ini. Pasalnya, Qualcomm sudah memiliki segmentasi produk yang sudah memenuhi kebutuhan tersebut. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan para konsumennya.
“Qualcomm memiliki produk dari enty level, mid segmen, high segmen hingga yang premium. Jadi untuk device yang affordable, cukup menggunakan yan entry level. Bahkan, semuanya sudah 4G enable karena sekarang ini sudah waktu nya 4G. Jadi chipset untuk IoT pun sudah 4G. Apalagi, teknologi 4G and beyond ini sangat effisien dalam pengiriman data. Ditambah, life cycle nya juga masih sangat panjang. Hanya saja, untuk IoT, 4G Qualcomm masih di level Cat1. Kalau yang di smartphone sudah Cat4,” ujar Shannedy. (telko.id)
Comments are closed.