Hendro Subagyo-LIPI: Transformasi Perpustakaan di Era Industri 4.0

124

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Seiring kemajuan teknologi informasi, kebutuhan publik atas akses informasi yang terbuka, cepat, dan mudah diakses semakin mengemuka. Begitu juga dengan perpustakaan yang dulunya terdiri dari rak-rak berisi kumpulan buku harus bertransformasi dengan melakukan digitalisasi koleksi.

Plt. Kepala Pusat Dokumentasi dan Data Ilmiah (PDDI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hendro Subagyo mengatakan digitalisasi koleksi perpustakaan menjadi tantangan saat pemanfaatan teknologi digital dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan sumber literatur dan data ilmiah semakin luas. Selain itu, pengguna yang semakin milenial serta makin tingginya penetrasi internet, infrastruktur digital dan aksesibilitas.

“Mau tidak mau kita harus menghadapi dunia yang lebih digital. Pengguna semakin digital sehingga kita harus berubah. Apalagi dari sisi koleksi atau dokumen sejak lahir sudah digital, sehingga akan lebih mudah kalau kita terima dalam bentuk digital,” kata Hendro dalam Diskusi Publik Transformasi Perpustakaan di Era Industri 4.0.

Hendro mengisahkan, sebelum tahun 2000 proses perekaman di PDDI mengandalkan fotokopi dan mikrofis untuk mendokumentasikan thesis dan disertasi tahun 1990-1998. Tahun 2002 PDDI mendapat scaner yang digunakan untuk digitalisasi pertama. “Koleksi yang digitalisasi antara lain riset unggulan terpadu (RUT), laporan penelitian dan paten. Sayangnya, digitalisasi tersebut berhenti pada 2007,” ungkapnya.

Pada 2010 PDDI mengajukan pembelian alat untuk memindahan data mikrofis ke digital yang baru terlaksana pada 2016. Namun, proses digitalisasi mikrofis itu hanya berjalan hingga 2017 karena fasilitas ruangan yang tidak memungkinkan. Mikrofis membutuhkan ruangan yang cukup memadai dengan kelembaban dan suhu tertentu, terangnya.

Kemudian sejak 2009 – sekarang, PDDI mulai fokus ke digitalisasi jurnal dan artikel ilmiah. Sebab untuk RUT masing-masing lembaga sudah memiliki repositori, sementara kebutuhan pengguna saat itu meningkatkan di jurnal dan artikel ilmiah.

Adsense

Hasil digitalisasi jurnal dan artikel ilmiah dalam negeri disimpan dan dapat diakses publik di http://isjd.pdii.lipi.go.id/. “Saat ini telah terkumpul metadata sebanyak 382.568 artikel dari 14.801 jurnal ilmiah,” tutur Hendro.

Ia menjelaskan, meningkatnya jumlah jurnal dan artikel ilmiah mendorong PDDI untuk memperkuat proses dokumentasi dan digitalisasi. “Pengadaan fisik jurnal ilmiah dialihkan kepada layanan akses online dengan melanggan penyedia jurnal internasional. Sedangkan untuk akses koleksi jurnal dalam negeri digunakan ISJD, Garuda dan repositori-repositori milik universitas dan lembaga,” papar Hendro.

Melalui program Repositori-Depositori Ilmiah, jelasnya, PDDI fokus pada preservasi data primer hasil penelitian dan kekayaan intelektual. “Kami melakukan proses digitalisasi aset-aset koleksi bersejarah agar tetap awet serta lebih mudah diakses masyarakat tanpa harus datang langsung ke perpustakaan PDDI LIPI,” ujarnya.

Dalam proses digitalisasi, PDDI LIPI menjalankan strategi seperti memperkuat infrastruktur berupa server atau cloud untuk mengumpulkan data secara sentralistik dalam satu pusat termasuk data kekayaan hayati sehingga bisa diakses oleh masyarakat. Pihaknya juga akan melakukan perbaikan proses bisnis serta meningkatkan kolaborasi antar unit dan lembaga.

Dari sisi SDM, PDDI LIPI akan melakukan upgrading kompetensi dan penguatan manajemen. “Selama ini SDM kita lebih kepada perpustakaan literatur padahal tuntutannya mulai bergerak ke perpustakaan digital,”ungkapnya. (red/ju)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More