Jakarta, Itech – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Bioteknologi BPPT bermitra dengan Komisi VII DPR RI menyelenggarakan kegiatan diseminasi teknologi hasil kajian perekayasa BPPT di daerah-daerah di Indonesia. Kegiatan ini untuk mendorong kemandirian dan peningkatan ekonomi petani di Indonesia.
Adalah teknologi Mikro Irigasi dengan memanfaatkan input produksi budidaya tanaman, berupa air irigasi bahkan sekaligus pupuk.
Dikatakan Kepala Balai Bioteknologi BPPT, Agung Eru Wibowo, teknik mikro irigasi dapat diterapkan secara efisien dan efektif berdasarkan kebutuhan air tanaman, ketersediaan air setempat, musim tanam, cara budidaya, pola tanam, harga air dan kuantitas kebutuhan pasar untuk mendukung agribisnis tanaman bernilai jual tinggi.
“Teknologi mikro irigasi ini mampu menyediakan air irigasi suatu komoditi hortikultura (cabe, tomat) dengan hemat berdasarkan media tanah ataupun kondisi iklim tanaman yang dibudidayakan,” paparnya di Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (11/12).
Dalam pelatihan bertajuk Diseminasi Teknologi Aplikasi Mikro Irigasi untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Hortikultura ini juga disampaikan, bahwa mikro irigasi ini dapat digunakan untuk berkali-kali masa penanaman.
“Sistem mikro irigasi ini bisa bertahan lama jangka waktu pemakaiannya. Jika dikelola dan dirawat dengan baik, bisa optimal hingga 5 tahun,” sebutnya.
Teknologi mikro irigasi lanjutnya, sudah dikenal luas di dunia internasional, utamanya di kalangan pelaku pertanian. Meski begitu, belum banyak pelaku pertanian di Indonesia mengenalnya.
“Metode irigasi ini dilakukan dengan cara pemberian langsung air untuk tanaman pada area perakaran, sehingga menekan jumlah penggunaan air,” jelasnya.
Lebih lanjut diungkapnya bahwa penerapan mikro irigasi di Indonesia dapat menjadi solusi masalah kekeringah lahan, serta sulitnya distribusi air menuju lokasi lahan. Sistem ini juga imbuhnya, masih terbatas pada usaha tani komersial. Padahal, semakin langkanya ketersediaan air, nilai ekonomi air semakin tinggi.
Sejauh ini, praktik irigasi mikro di seluruh dunia tidak hanya diterapkan pada daerah kering, namun juga di daerah perkotaan dan daerah-daerah dengan tingginya harga air. Terdapat beberapa jenis irigasi mikro, yaitu irigasi tetes (drip irrigation), irigasi percik (spray irrigation), bubbler irrigation, irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation), dan mini sprinkler.
“Masing-masing jenis irigasi tersebut dapat dibedakan dari cara pengeluaran air. Cara irigasi ini dapat dilakukan di lahan terbuka dan rumah kaca. Selain itu, penerapannya juga sangat fleksibel,” ujarnya.
Baca Juga : Akhir Tahun, Ristekdikti Gelar Jambore Pusat Unggulan Iptek
Menurutnya, upaya budidaya tanaman hortikultura yang lebih baik, menjadi pilihan utama untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian di Papua.
Untuk itulah dikatakan Agung, BPPT dengan dukungan Komisi VII DPR RI, terus berkomitmen melakukan inovasi dan layanan teknologi untuk masyarakat, salah satunya melalui kegiatan diseminasi teknologi Mikro Irigasi.
“Melalui kegiatan diseminasi teknologi ini, diharapkan inovasi teknologi hasil pengembangan Balai Bioteknologi BPPT dapat diterapkan secara berkelanjutan oleh petani di Timika dan dapat mendorong tumbuhnya dan meningkatkan produktivitas menuju petani sejahtera,” harap Agung.
Tingkatkan Produktivitas
Pada kesempatan yang sama Anggota Komisi VII DPR RI, Peggi Patrisia Pattipi menuturkan bahwa kerjasama yang dilakukan DPR RI dengan BPPT ini ditujukan khususnya untuk meningkatkan kompetensi para petani di Timika, Papua.
Papua katanya berpotensi besar menjadi sentra produksi pertanian di wilayah Indonesia bagian timur.
“Kami di DPR RI juga berupaya agar Papua tidak tertinggal secara teknologi. Kami terus berusaha untuk mengangkat produktivitas pertanian di Papua,” pungkasnya.
Pada gelaran diseminasi teknologi ini juga disampaikan bahwa tanaman hortikultura memiliki potensi besar dalam meningkatkan devisa negara. Namun disampaikan oleh Perekayasa Balai Bioteknologi BPPT, Roni Kartiman hingga saat ini masih mengalami kendala untuk memasuki pasar yang lebih besar.
“Masih terkendala jumlah produksi dan kualitas. Selain itu manajemen usahanya juga belum optimal. Semoga masyarakat Kabupaten Mimika dapat meningkat kompetensinya dengan pelatihan dari BPPT ini,” katanya.
Salah seorang petani dari Desa Naina Muktipura (SP6) Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Atmokuru (60), meyakini bahwa dirinya dan kelompok tani di papua mampu untuk melaksanakan sistem mikro irigasi
Diakui olehnya teknologi mikro irigasi ini akan membuat pertanian lebih efisien. Dirinya mengharapkan ongkos produksi dalam bertani seperti tanaman cabe, dapat berkurang biaya produksinya, dengan adanya teknologi mikro irigasi. (red)
Comments are closed.