Kaspersky: Perlindungan data Jadi Isu Keamanan Prioritas

28

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Kaspersky mengumumkan hasil riset di kalangan pebisnis kawasan Asia Tengga soal isu keamanan. Riset tersebut  menemukan bahwa perlindungan data menjadi isu keamanan paling pertama atau prioritas yang terus dibahas.

Setelah organisasi dan bisnis menyaksikan besarnya pelanggaran data yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara telah menandai perlindungan data sebagai prioritas utama dalam hal tantangan terkait dengan keamanan TI. Temuan ini dan beberapa hal lain diungkapkan oleh Survei Risiko Keamanan TI Perusahaan Global Kaspersky.

Hasil survei menunjukkan, perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara sudah menyaksikan beragam kasus yang menunjukan rentannya perlindungan data. Hal ini berkaitan langsung dengan menjaga hubungan dengan mitra dan pelanggaran di era digital yang kian berkembang pesat dewasa ini. Di sisi lain, masalah keamanan data ini juga memiliki tantangan. Misalnya terkait adopsi infrastruktur cloud dan biaya untuk meningkatkan keamanan lingkungan teknologi yang semakin kompleks bagi beberapa sektor bisnis.

Disebutkan, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan hampir 300 pengambil keputusan bisnis TI di Asia Tenggara tahun lalu, perusahaan paling banyak menaruh kecemasan pada serangan yang ditargetkan dan kehilangan data (34%), selanjutnya diikuti oleh kebocoran data elektronik dari sistem internal (31%). Sebanyak 22% responden survey lainnya mengungkapkan kegelisahan terhadap kemungkinan pengawasan atau spionase oleh pesaing. Selain itu, dua dari sepuluh perusahaan di wilayah tersebut juga mengaku bahwa mereka khawatir dalam mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan pada sistem TI yang digunakan.

Adsense

Insiden yang memengaruhi infrastruktur TI yang diselenggarakan oleh pihak ketiga dan kesalahan penggunaan sumber daya TI oleh karyawan, kedua indicator ini menjadi keprihatinan kritis bagi 18% perusahaan di kawasan ini.

“Dalam kurun waktu tahun terakhir kita telah menyaksikan akibat buruk yang ditimbulkan dari suksesnya aksi serangan siber. Mulai dari pencurian US$ 81 juta terhadap bank sentral hingga pelanggaran data kebocoran nama kasus HIV, berbagai kejadian di masa lalu ini menjadi pelajaran abadi tentang keamanan siber yang harus dipelajari oleh organisasi dan bisnis dalam segala bentuk dan ukuran,” komentar Yeo Siang Tiong, General Manager for Asia Tenggara.

Belajar dari kasus ini kata Yeo, kini semakin banyak perusahaan lokal yang mulai mempriroitaskan keamanan TI mereka. Riset Kaspersky menemukan rata-rata bisnis di wilayah Asia Tenggara menghabiskan US$14,1 juta untuk meningkatkan keamanan siber. “Sebanyak 84% dari para profesional yang kami survei juga mengonfirmasi rencana untuk meningkatkan anggaran pada area ini dalam tiga tahun ke depan. Ini menjadi hal sangat penting, mengingat kita berada pada era di mana jaringan menjadi lebih maju dan juga semakin kompleks,” ungkap Yeo.

Ditambahkan, dengan kehadiran teknologi 5G dan adopsi industri 4.0 yang cepat, hal ini mendorong perusahaan atau bisnis untuk makin meningkatkan anggaran untuk perlindungan keamanan. Sekitar lima dari sepuluh responde mengaku bakal meningkatkan anggaran untuk mendukung kompleksitas infrastruktur TI. (red)

 

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More