Balitbangtan Perketat Biosecurity Budi Daya Sapi

79

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyebar di beberapa provinsi di Indonesia. Penyakit hewan menular ini menyerang hewan berkuku belah/genap baik hewan ternak maupun hewan liar seperti sapi, kerbau, domba, rusa, onta, gajahdan lain-lain.

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) disebabkan oleh virus tipe A dari family Picornaviridae dengan genus Apthovirus. Penyakit ini menular cepat dengan cara kontak langsung, menular melalui peralatan ternak/kandang dan diakhiri dengan lepasnya kuku sehingga hewan susah berdiri.

Salah satu upaya pencegahan agar penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak menular ke ternak adalah melalui budi daya atau pemeliharaan ternak dengan baik yang diperketat dengan biosecurity.

Kepala Loka Penelitian Sapi Potong (Lolitsapi) Balitbangtan, drh. Dicky M. Dikman, M. Phill mengemukakan bahwa budi daya sapi dimulai dari manajemen pemeliharaan hingga manajemen kesehatan ternak.

“Pada dasarnya, manajemen budi daya dilakukan untuk menghasilkan ternak yang sehat. Hanya saja memang ada perlakuan khusus selama wabah PMK ini, terutama dengan pengetatan biosecurity,” kata Dikman seperti dikutip Technology-Indonesia.com dari laman litbang.pertanian.go.id pada Senin, 30 Mei 2022.

Pola pemeliharaan dapat dilakukan secara intensif, semi-intensif, dan ekstensif. Namun, budi daya ternak di daerah wabah PMK dianjurkan untuk menerapkan pola intensif yaitu dengan cara ternak dikandangkan serta kebutuhan pakan dan air minum disediakan.

“Untuk daerah wabah, kita arahkan sistem intensif untuk mengurangi risiko penularan melalui udara. Untuk pakan yang diberikan dapat berupa hijauan dan konsentrat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan produksinya,” jelasnya.

Menurut Dikman, budi daya tersebut dapat diperketat dengan biosecurity sebagai upaya preventif penyebaran PMK. Dikman menjelaskan bahwa biosecurity adalah segala upaya fisik dan tata laksana untuk meminimalkan risiko masuknya agen penyakit ke dalam peternakan, mencegah berkembangnya penyakit, serta mencegah keluarnya agen penyakit dari peternakan.

Biosecurity itu vital, baik oleh peternakan rakyat ataupun peternakan perusahaan swasta. Untuk perkandangan, kita melakukan pengetatan personel yang keluar-masuk kandang. Kunjungan tamu atau kunjungan lainnya juga ditutup sampai wabah mereda,” ucapnya.

Adsense

Dikman menjabarkan contoh implementasi biosecurity di Loka Penelitian Sapi Potong, Pasuruan, Jawa Timur. Pertama-tama diterapkan sistem one gate dan ditetapkan zona merah, zona kuning, dan zona hijau di perkandangan.

“Zona merah berada di pos sekuriti paling depan yaitu tempat agen penyakit leluasa untuk berkembang karena lalu-lalang masyarakat yang tinggi. Zona kuning berada di tengah kantor yaitu wilayah yang dilengkapi biosecurity untuk petugas yang akan memasuki kandang. Zona hijau dilengkapi semprotan disinfektan untuk masuk ke area kandang yang harus steril,” jelas Dikman.

Beberapa fasilitas yang disiapkan antara lain dipping dan spray disinfektan untuk kendaraan yang keluar-masuk, kelengkapan sanitas untuk petugas kandang seperti loker, kamar mandi, dan shower, bilik penyemprotan untuk petugas, dan sanitasi kandang.

Usaha lain yang perlu dilakukan adalah penyemprotan insektisida pembasmi serangga, lalat, dan hama lainnya di sekitar kandang ternak. Hal ini dilakukan guna menjaga lingkungan kandang tetap bersih dan mencegah penyebaran penyakit.

Lebih lanjut, ternak yang sakit harus segera diobati. Sementara itu, bangkai ternak yang mati karena PMK harus segera dibakar atau dikubur.

“Pada ternak yang terinfeksi dilakukan pemotongan dan pembuangan jaringan terinfeksi. Kaki yang terinfeksi diterapi dengan chloramphenicol atau larutan cuprisulfat. Injeksi intravena preparat sulfadimidine juga dinilai efektif terhadap PMK,” ungkap Dikman.

Tidak kalah penting adalah evaluasi manajemen pemeliharan ternak sapi serta meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar.

“Saran saya, peternak harus aware dan waspada dengan lingkungan sekitar, selalu membangun komunikasi dengan dinas terkait, petugas BB Veteriner, atau Ditjen PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan) untuk meng-update informasi perkembangan terkini dari wabah PMK,” tutupnya.

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More