INDI 4.0 BPPT Solusi Penurunan muka Tanah

92

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Permasalahan terkait penurunan tanah (land subsidence) akibat tekanan lingkungan dari pembangunan perkotaan terjadi di beberapa kota besar di Asia, termasuk juga Jakarta. Biasanya fenomena penurunan muka tanah, banyak disebabkan oleh kondisi alam seperti pergerakan struktur geologi ataupun aktivitas manusia.

Di DKI Jakarta sendiri, aktivitas manusia menjadi penyebab utama dari permasalahan penurunan muka tanah yang terjadi. Direktur Pusat Teknologi Reduksi dan Resiko Bencana (PTRRB) BPPT, M. Ilyas, mengatakan, dari hasil kajian teknis menunjukkan bahwa perkembangan Kota Jakarta selama 50 tahun terakhir, yang diiringi oleh peningkatan aktivitas lainnya, telah menyebabkan penurunan muka tanah.

“Kami di BPPT melalui Tim INDI 4.0 (Indonesian Network for Disaster Information), menemukan bahwa DKI Jakarta dengan segala jenis kegiatan dan pemukiman penduduk, mengalami permasalahan penurunan muka tanah,” ungkapnya dalam keterangan resmi, (2/2).

Ke depannya, menurut Ilyas, permasalahan penurunan muka tanah di Kota Jakarta harus dapat dikendalikan, terutama di wilayah tertentu. “Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi eksploitasi air tanah di area-area tersebut,” terangnya.
Menambahkan pernyataan Ilyas, Peneliti Kebencanaan pada PTRRB BPPT, Joko Widodo memaparkan, dari berbagai hasil kajian studi, terdapat empat jenis penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta. Pertama akibat ekstraksi air tanah, kedua akibat beban konstruksi, ketiga akibat konsolidasi alami tanah aluvium dan terakhir penurunan tanah tektonik.

Adsense

Dari Keempat hal tersebut, penurunan muka tanah akibat ekstraksi atau pengambilan air tanah menjadi fenomena yang dominan terjadi di Jakarta. Tim INDI 4.0 BPPT lanjutnya telah melakukan analisis dengan menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) yang berdasarkan data satelit Radar Sentinel 1A untuk melihat laju penurunan tanah di Jakarta. “Hasil analisis data InSAR yang direkam sejak 20 Maret – 22 Oktober 2019 memperlihatkan bahwa laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun,” jelas Joko.

Kondisi penurunan muka tanah yang terjadi di Kota Jakarta ini menurut Tim INDI 4.0 BPPT sangat berkaitan erat dengan genangan banjir, dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat adanya banjr. Permasalahan ini menurutnya harus diantisipasi, khususnya di wilayah DKI Jakarta dengan laju amblesan yang besar.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi eksploitasi air tanah di area-area tersebut. Sudah saatnya Pemerintah Kota Jakarta mengeluarkan perda pelarangan pengambilan air tanah terutama di area-area yang kritis mengalami amblesan, dan sekaligus harus dapat menyediakan sumber air baku yang bersumber dari air permukaan sebagai penggantinya. “Hal yang tidak kalah pentingnya, menurut Joko Widodo, Pemerintah Kota Jakarta perlu melakukan monitoring amblesan secara berkala dengan menggunakan teknologi yang tepat. Teknologi InSAR adalah salah satu pilihan teknologi yang tepat untuk memantau kondisi ini, dimana INDI BPPT telah mengaplikasikan selama ini,” pungkasnya.

Sebagai informasi, pengembangan INDI 4.0 di PTRRB BPPT ini digagas guna menjadi pusat pengkajian dan penerapan teknologi multi bencana yang akan fokus pada analisis data-data kebencanaan, dalam rangka memperkuat mitigasi bencana, baik bencana geologi maupun hidrometeorologi. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More