Survey Fortinet :72% Pelanggaran cybersecurity di Asia Berasal dari Kesenjangan Keahlian

154

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Fortinet, pemimpin global di bidang solusi keamanan siber yang luas,
terintegrasi, dan otomatis, baru-baru ini merilis hasil penelitian baru tentang permasalahan utama seputar ketidaktersediaan, rekrutmen, keberagaman, dan kesadaran keamanan tenaga ahli keamanan siber. Sebagai bagian dari laporan global, survei yang digelar di Asia Tenggara dan Hong Kong menunjukkan bahwa 71% perusahaan yang terlibat mengaku kesulitan merekrut tenaga ahli yang berkualifikasi, khusus di bidang keamanan siber (cybersecurity).

“Survei yang digelar di Asia Tenggara dan Hong Kong menunjukkan bahwa 71% perusahaan yang terlibat mengaku kesulitan merekrut tenaga ahli yang berkualifikasi khusus di bidang keamanan siber (cybersecurity), sementara 63% di antaranya setuju bahwa konsekuensi dari kurangnya tenaga ahli tersebut menjadi ancaman bagi keamanan siber perusahaan,” ungkap Rashish Pandey, Vice President of Marketing and Communications Asia, Fortinet dalam paparan pers yang disampaikan (21/6), di Jakarta.

Ditambahkan, bertambahnya perusahaan yang menggunakan teknologi berbasis cloud dan automasi pun semakin memperburuk permasalahan ketidaktersediaan tenaga ahli keamanan siber ini. Dalam hal ini, Fortinet berkomitmen mengatasi kesenjangan keahlian ini dengan membuat agenda peningkatan pelatihan yang dinamakan Training Advancement Agenda (TAA) dan menyusun program lembaga pelatihan guna meningkatkan akses dan jangkauan sertifikasi serta pelatihan keamanan siber yang dianggap penting bagi perusahaan yang akan merekrut tenaga ahli.“Fortinet menjanjikan 1 juta tenaga ahli terlatih pada tahun 2026 nanti, dan melalui kerja sama dengan mitra lokal, kami telah menerbitkan lebih dari 840.000 sertifikat sejak program dimulai,” ujarnya.

Sementara itu, Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia mengatkan, mengantisipasi kesenjangan ini, Fortinet Indonesia berinisiatif membantu upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai kesadaran keamanan siber dengan mengadakan program dan acara pendidikan bersama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). “Kami juga telah bermitra dengan institusi lokal untuk meningkatkan ketahanan keamanan siber dan kesadaran mereka terhadap pentingnya IT security ini melalui berbagai program. Bahkan Fortinert juga memiliki program pelatihan gratis -online training untuk IT Security di mana untuk level 2-3 free (gratis) dan untuk program sertifikasi level 4 ke atas baru dikenakan biaya. Program ini tak hanya berlaku untuk mitra usaha Fortinet, namun juga terbukan untuk umum,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, program ini juga sejalan untuk mendukung inisiatif nasional Making 4.0 Policy menuju era industry 4.0 yang sarat penggunaan teknologi informasi, perangkat digital yang terkoneksi dengan jaringan internet. Termasuk adanya tren adopsi beberapa teknolohi baru, seperti cloud, IoT dan sejenisnya yang juga rentan terhadap serangan siber. Termasuk ancaman terhadap critical infrastruktur yang harus segera diantisipasi sejak dini.

“Adalah kunci bagi organisasi atau perusahaan untuk meningkatkan keterampilan baru dan melatih kembali tenaga IT mereka yang ada saat ini, karena organisasi dapat dengan cepat mengadopsi teknologi cloud dan teknologi baru lainnya dalam tantangan lanskap keamanan siber yang juga makin tinggi,”ujarnya.

Diungkapkan dari laporan yang mengupas kesenjangan keahlian keamanan siber—di kawasan Asia menunjukkan bahwa kurangnya tenaga ahli keamanan siber kerap menimbulkan berbagai tantangan dan dampak beruntun bagi perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk terjadinya pelanggaran keamanan yang diikuti dengan kerugian finansial. “Oleh karena itu, permasalahan kesenjangan keahlian untuk meningkatkan pengetahuan karyawan ini juga harus jadi focus untuk diatasi melalui training pelatihan dan sejenisnya,” kata Edwin.

Adsense

Dampak yang Meluas Akibat Kurangnya Tenaga Ahli Keamanan Siber

Berdasarkan laporan yang termuat dalam 2021 (ISC)2 Cybersecurity Workforce Study (penelitian (ISC)2 yang menyoroti permasalahan tenaga kerja keamanan siber pada tahun 2021) Asia-Pasifik adalah kawasan dengan kesenjangan tenaga kerja terbesar, yaitu 1,42 juta orang.

Meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya, kawasan ini masih harus banyak berbenah.
Mengingat semakin besarnya kerugian yang dialami perusahaan dalam hal laba dan reputasi akibat pelanggaran, keamanan siber semakin diprioritaskan di tingkat dewan. Di Asia, 89% perusahaan yang memiliki dewan direksi melaporkan bahwa mereka secara khusus mengajukan pertanyaan tentang keamanan siber. Sementara itu, 79% perusahaan memiliki dewan direksi yang merekomendasikan peningkatan tenaga kerja di bidang TI dan keamanan siber.

Laporan kesenjangan keahlian Fortinet juga menunjukkan betapa pentingnya pelatihan dan sertifikasi bagi perusahaan untuk mengatasi kesenjangan keahlian. Laporan regional tersebut mengungkapkan bahwa 97% pimpinan perusahaan meyakini bahwa sertifikasi yang berfokus pada teknologi memberikan dampak positif terhadap peran dan tim mereka, sementara 86% pimpinan perusahaan cenderung mempekerjakan tenaga ahli bersertifikat. Selain itu, 89% responden mengaku bersedia membayar agar karyawan mereka memperoleh sertifikasi keamanan siber. Semakin tingginya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya keamanan siber menjadi salah satu alasan utama sertifikasi sangat dihargai.

Selain menganggap bahwa sertifikasi itu penting, 93% perusahaan telah menerapkan program pelatihan untuk meningkatkan kesadaran siber. Namun, 51% pimpinan perusahaan meyakini bahwa wawasan karyawan mereka belum mumpuni, sehingga timbul keraguan terhadap efektivitas program kesadaran keamanan yang diterapkan saat ini.

Bagi perusahaan yang membutuhkan pelatihan kesadaran keamanan, Fortinet menawarkan layanan Security Awareness Training melalui Fortinet Training Institute yang telah memenangkan penghargaan. Layanan ini meningkatkan perlindungan terhadap aset digital penting perusahaan dari ancaman siber (cyber threat) dengan membangun kesadaran karyawan akan keamanan siber. Layanan ini selalu diperbarui oleh inteligensi ancaman FortiGuard Labs dari Fortinet sehingga karyawan dapat mempelajari sekaligus mengikuti perkembangan metode serangan siber (cyber attack) terkini untuk mencegah timbulnya risiko serta terjadinya pelanggaran di perusahaan.

Advertisements

1 Comment
  1. web site

    web site

    Survey Fortinet :72% Pelanggaran cybersecurity di Asia Berasal dari Kesenjangan Keahlian – ITech Magazine

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More