Soal Transformasi Digital, Soegiharto Santoso: Berubah atau Mati!
itechmagz.id – Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi & Komunikasi Nasional (Aptiknas) menilai pandemi Covid-19 tidak bisa dijadikan alasan perusahaan untuk tidak melakukan transformasi digital.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi & Komunikasi Nasional (Aptiknas), Soegiharto Santoso saat berbicang dengan Majalah Itech, Jumat (11/02/2022).
“Pandemi Covid-19 saat ini justru mendorong transformasi digital, sehingga perusahaan seperti BUMN, BUMD, maupun swasta bisa lebih accountable, transparan, profesional,” ujar pria yang biasa disapa Hoky ini.
Menurut Hoky, ada 8 kunci sukses perusahaan dalam menerapkan transformasi digital.
“Perusahaan harus memiliki 8 poin untuk menerapkan transformasi digital, yaitu 1) Kepemimpinan / leadership yang sangat mengerti digital dan teknologi; 2) SDM yang siap diupgrade (upskilling) dan dilatih ulang (reskilling); 3) SDM wajib openmind terhadap disurpsi teknologi; 4) Inovasi sebagai kekuatan dari dalam; 5) Budaya perusahaan yang harus disesuaikan; 6) Manajemen perubahan (change management) yang tepat; 7) Pengalaman yang harus didapat dari banyak pihak yang telah berhasil; 8) Bersinergi dan berkolaborasi baik internal maupun external,” tuturnya.
Selain itu, menurut Hoky, pengalaman berharga dalam mengadakan APTIKNAS Innovation Award 2019 mendapatkan banyak perusahaan memiliki ide dan inovasi yang kreatif, untuk meningkatkan kemampuan dan daya saingnya, dan sebagian telah memasukkan pengunaan teknologi digital menjadi strategi inovasi mereka.
“Kembali ke 8 hal diatas, bila kepemimpinannya sangat mendukung, maka mereka menjadi sangat baik. Mereka harus lincah, dan merubah banyak hal yang lambat terutama urusan birokrasi di BUMD dan BUMN,” tambahnya.
Hoky menegaskan, meskipun Covid-19 masih terjadi hingga saat ini, semua perusahaan bisa tetap sukses meskipun harus dipaksa untuk beradaptasi dengan cepat dan optimal.
“Bahwa jika kita telah menerapkan 8 hal tersebut diatas, maka meskipun ada Pandemi Covid 19 kita bisa tetap sukses, hal tersebut telah menjadi bukti sukses ‘memaksa’ semua industri untuk beradaptasi secara cepat dan optimal, karena pilihannya adalah berubah atau mati,” tegas Hoky.
Menurut Hoky, transformasi digital yang menjadi salah satu pilar G20 yang akan berjalan tahun ini harus memperhitungkan digital risk dan digital governance.
“Digital transformasi sebagai bagian dari 3 pilar G20 yang akan kita jalani tahun ini memang harus memperhitungankan digital risks serta digital governance. Tanpa memperhatikan digital risks, maka kita akan mengalami banyak kendala. Kesuksesan digitalisasi perlu dipahami bersama, banyak resistansi yang ada, tapi pandemi membuat semua orang menerima digital-way. Sekarang semua bisa dan mulai terbiasa bekerja secara digital. Akan tetapi sering mereka lengah karena rendahnya kesadaran terkait keamanan data, keamanan siber dan lain-lain,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Hoky, maka governance menjadi kunci, kalau di perusahaan finansial, mereka sangat ketat terkait dengan compliance dan governance. Maka penting bagi semua perusahaan untuk memiliki kesadaran. Standarisasi baik di level dunia ataupun nasional telah banyak, tapi upaya untuk menerapkannya secara konsisten masih menjadi tantangan.
Untuk mendukung G20, Hoky mengatakan, Aptiknas sejak berdiri memiliki program jelas terkait dengan Smart City dan Industry 4.0, yang bicara transformasi digital di sektor pemerintahan dimana anggota Aptiknas memiliki akses, serta industry 4.0 sejak 2018 dimana banyak pengusaha yang memiliki akses ke industri terkait industry 4.0.
“Kemudian kami juga punya program digital talent, maka sejak kami ada, puluhan hingga ratusan seminar atau saat ini webinar telah kami lakukan hingga saat ini. Aptiknas dengan kemampuan mandiri serta akses di 29 DPD dari Aceh hingga Papua akan berusaha memberikan dukungan terbaik untuk sinergi dengan banyak pihak untuk transformasi digital, terutama di sektor industri dimana kami ada selama ini, seperti pemerintahan, edukasi, manufaktur, dan enterprise,” tambahnya.
Hoky juga menyebutkan bahwa peluang dan tantangan transformasi digital kedepannya berawal dari diri sendiri.
“Apakah kita mau mengembangkan diri dan siap untuk melakukan perubahan, itu kembali lagi ke diri kita masing-masing, jadi seperti yang tadi saya ungkapkan, berubah atau mati,” ungkapnya.
Hoky berharap, ke depannya banyak perusahaan yang membuka mata untuk melakukan transformasi digital ini.
“Bila leadershipnya sudah mengerti digital, maka digital gap dan digital risk dapat dimitigasi dengan baik, bila sumber daya manusianya juga sudah siap, maka digital risk akan bisa ditekan sehingga digital governance bisa berjalan dengan baik.” ujar Hoky.
Hoky juga berharap, semakin besar kesempatan yang terbuka untuk pelaku TIK, khususnya dalam menggarap pasar yang justru menjadi lebih terbuka dengan adanya Covid 19 ini. Aspek kreatifitas dalam mencari solusi terbaik dari aspek teknologi perlu terus ditingkatkan.
“Cybersecurity tetap akan menjadi pilar yang harus kita perhatikan, di tengah transformasi digital, selain strategi teknologi lainnya. Penerapan big data, AI, IoT, VR, AR, metaverse dan semua ini pasti perlu secure, dan perlu strategi cyber security yang kuat dan diperlukan pula peran pemerintah tentang kebijakan mengimplementasi berbagai teknologi tersebut dalam berbagai bidang antara lain industri manufaktur, kesehatan, pangan, energi, pemerintahan, perbankan, keamanan dan pertahanan.” kata Hoky. (AFZ)
Comments are closed.