Itechmagz.id – Tahun 2026 diperkirakan menjadi periode penuh tantangan bagi investor di tengah meningkatnya tekanan pada perekonomian global dan pasar keuangan. Sejumlah indikator menunjukkan potensi koreksi di berbagai instrumen investasi akibat perubahan kebijakan moneter global, ketidakpastian geopolitik, serta melemahnya likuiditas dunia.
“Kondisi makro global yang memburuk akan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional. Pelemahan nilai tukar rupiah, tekanan terhadap daya beli masyarakat, serta semakin ketatnya arus kas akan menjadi tantangan utama, terutama bagi dunia usaha dan UMKM,” ujar pengamat ekonomi dan pasar keuangan Reiner Rahardja di Hotel Neo+ Kebayoran, Jakarta, pada Selasa (16/12/25).
Menurut Reiner, dalam 10 hingga 12 bulan ke depan terdapat sejumlah faktor global yang berpotensi meningkatkan volatilitas pasar. Faktor-faktor tersebut antara lain dinamika politik global seperti mid-term election Amerika Serikat, penyelenggaraan Piala Dunia 2026, arah kebijakan moneter The Federal Reserve, serta potensi kenaikan suku bunga Jepang yang dapat mengakhiri era Yen Carry Trade.
“Kenaikan suku bunga Jepang berpotensi menarik kembali likuiditas global ke negara asalnya. Jika arus likuiditas menyusut, aset-aset berisiko seperti saham, kripto, dan komoditas spekulatif akan berada di bawah tekanan,” jelasnya.
Selain faktor moneter, Reiner juga menyoroti kembali kebijakan Tiongkok yang memperketat aktivitas aset kripto, khususnya stablecoin, karena dinilai berisiko terhadap stabilitas sistem keuangan. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap potensi AI bubble juga mulai menguat, seiring belum terbuktinya model bisnis kecerdasan buatan dalam menghasilkan arus kas berkelanjutan di tengah tingginya biaya pengembangan.
Reiner menilai kombinasi berbagai faktor tersebut berpotensi mendorong banyak aset investasi memasuki fase koreksi. Emas dan logam mulia lainnya diperkirakan akan mengalami penyesuaian harga, sementara pelemahan indeks saham global dapat memicu tekanan lebih besar pada aset spekulatif seperti Bitcoin yang pergerakannya sangat bergantung pada sentimen pasar.
“Jika terjadi aksi jual institusional di tengah pasar yang melemah, risiko penurunan lanjutan akan sulit dihindari,” katanya.
Dalam situasi tersebut, Reiner mengimbau investor untuk mengedepankan kehati-hatian dan menghindari pendekatan spekulatif. Ia menyarankan agar investor tidak terburu-buru mengambil posisi investasi baru dan menunggu hingga harga aset mencapai level koreksi yang lebih rasional.
Meski tekanan ekonomi diperkirakan meningkat, Reiner menegaskan peluang tetap terbuka pada sektor bisnis tertentu. Beberapa sektor yang dinilai masih memiliki prospek pada 2026 antara lain industri kecantikan dan kebugaran, layanan kesehatan usia lanjut, pendidikan anak dan remaja, serta sektor yang berbasis pada perilaku konsumsi masyarakat.
Reiner menegaskan bahwa tahun 2026 bukan sekadar tahun yang sulit, melainkan periode seleksi alam bagi investor dan pelaku usaha. Mereka yang mampu beradaptasi, menjaga arus kas, serta membangun fundamental pendapatan yang kuat dinilai memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan tumbuh di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.