Jakarta, ITECH- Teknologi deteksi gempa dan tsunami menggunakan platform buoy atau pelampung yang tertanam dengan semacam jangkar di dasar laut agar posisinya terjaga, dikenal dengan sistem deteksi tsunami berbasis buoy.
Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Prawara, di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun BRIN, Bandung, Senin (6/2/2023) lalu menyampaikan, seperangkat sensor untuk mendeteksi perubahan tekanan air laut di bawah yang disebut Ocean Bottom Unit (OBU) itu juga terpasang di dasar laut.
Dia menjelaskan, buoy yang dikembangkan periset BRIN dan terpasang sejak 2021 saat ini berjumlah tujuh buah, yang terpasang di perairan Indonesia. “Untuk mentransmisikan data dari sensor, buoy ini ditenagai oleh baterai yang tentunya memiliki umur atau waktu. Saat ini umur pakainya telah berjalan kurang lebih selama dua tahun – sama dengan perkiraan umur baterai,” kata Budi Prawara, seperti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/2/2023).
Budi menambahkan, satu buoy sudah ditarik, sisanya sudah diusulkan penarikannya untuk dapat dilakukan pengambilan data dan pengamatan lebih lanjut setelah masa pakai kurang lebih dua tahun.
Status buoy yang terpasang saat ini, ungkap Budi, adalah masih dalam kegiatan riset, artinya belum operasional, dan masih memerlukan riset lanjutan untuk penyempurnaan. Dalam pelaksanaan riset ini juga perlu dukungan berbagai pihak untuk dapat melakukan verifikasi keakuratan sistem deteksi berbasis buoy yang sedang dikembangkan ini.
“Bila nanti sudah dalam kondisi operasional, kewenangan untuk pengoperasian bukan di BRIN, diperlukan mitra baik swasta atau kementerian terkait untuk menjamin ketersediaan data dan pemeliharaan lebih lanjut,” imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, dari riset yang sudah dilakukan selama ini, perlu ada evaluasi, antara lain terkait keakuratan dan keandalan dalam mendeteksi gempa dan tsunami, dan proses bisnis penyediaan data serta pemeliharaannya. Untuk itu, riset lanjutan masih diperlukan, bekerja sama dengan mitra.
Teknologi Alternatif
Saat ini BRIN melalui OREI juga mengembangkan beberapa teknologi alternatif untuk mendeteksi gempa dan tsunami, seperti teknologi berbasis kabel optik (cable based tsunameter), yang juga dapat digunakan untuk monitoring lingkungan bawah laut. Demikian juga teknologi berbasis radar atau kamera, yang diharapkan lebih murah dari sisi operasional seperti yang diharapkan oleh BMKG, untuk dapat melakukan riset dan inovasi perangkat deteksi tsunami yang lebih “murah” dalam operasional dan perawatan, dengan tetap memperhatikan keakuratan dan keandalannya.
“Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan dan kelemahannya, untuk itu perlu ada saling men-support satu sama lain untuk meningkatkan keakuratan dan keandalannya,” pungkasnya.
Kepala Pusat Riset Elektronika BRIN, Yusuf Nur Wijayanto menambahkan, kegiatan riset terkait pendeteksi tsunami masih terus dilakukan saat ini, baik yang berbasis kabel fiber optik maupun buoy. “Seperti kita ketahui, kabel fiber optik telah banyak terpasang di wilayah laut Indonesia yang digunakan untuk transfer data internet antar pulau/negara/benua oleh provider telekomunikasi,” tuturnya.
Pihaknya saat ini sedang melakukan riset pemanfaatan kabel fiber tersebut, untuk transfer data internet dan data pendeteksian gempa/pergeseran/gerak/getaran dalam satu core kabel fiber optik. “Diharapkan tidak terjadi saling mengganggu satu sama lain baik transfer data internet maupun data sensor,” jelasnya.
Lebih rinci Yusuf membeberkan, telah dilakukan tahapan simulasi dari ide yang diusulkan. “Hasilnya cukup baik, kami akan coba lakukan optimasi dan pengujian skala laboratorium serta memastikan keandalan sistem atau teknologi yang kami kembangkan ini,” ucapnya.
Untuk teknologi buoy, pihaknya bekerja sama dengan mitra untuk pemanfaatan yang lebih luas, salah satunya dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dalam pengembangan teknologi sarana bantu kenavigasian, dengan memanfaatkan pelampung suar yang ada, ditambahkan fitur tambahan untuk pendeteksian lingkungan, termasuk sensor gempa dan pasang surut air laut.
Comments are closed.