LIPI Kukuhkan Empat Peneliti sebagai Profesor Riset

42

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech– Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset secara daring pada Selasa (27/7). Empat peneliti tersebut yaitu Rudi Subagja (Pusat Penelitian Metalurgi dan Material), Sensus Wijonarko (Pusat Penelitian Fisika), Danny Hilman Natawidjaja (Pusat Penelitian Geoteknologi), dan Efendi (Pusat Penelitian Metalurgi dan Material). Mereka secara berurutan merupakan Profesor Riset ke-151, 152, 153, dan 154 di lingkungan LIPI.

Pada naskah orasinya yang berjudul “Pengembangan Teknologi Proses Ekstraksi Titanium, Nikel, dan Tembaga untuk Kemandirian Industri Nasional”, Rudi Subagja menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai sumber daya mineral di beberapa daerah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini nampak dari mata rantai industri nasional yang belum lengkap dan masih adanya ketergantungan Indonesia pada impor bahan logam.

“Sehingga permasalahan nasional yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana menciptakan teknologi untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral Indonesia menjadi komoditas logam yang diperlukan oleh bangsa Indonesia,” ujar Rudi.

Melalui kegiatan penelitian proses metalurgi ekstraksi yang ia lakukan, telah dikembangkan teknologi proses pengolahan ilmenit menjadi TiO2, proses pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah menjadi konsentrat nikel dan logam nikel serta proses pengolahan bijih tembaga malasit menjadi logam tembaga.

Sensus Wijonarko dalam naskah orasi Profesor Risetnya berjudul “Instrumentasi Neraca Air dalam Sistem Pengamat Hidrometeorologi Terpadu untuk Upaya Mewujudkan Ketahanan Air” menyampaikan bahwa ketahanan air suatu kawasan dapat diperkirakan dari neraca air (keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air) yang didapat melalui metode perhitungan tentang pergerakan air.

Perhitungan ini mampu mendapatkan neraca air dalam lingkup luas, tetapi perlu data yang lama dan ahli yang dapat melakukannya. Hasil rata-rata tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya tidak dapat dipakai untuk melihat kondisi sesaat.

“Kesulitan tersebut dapat diatasi atau dikurangi dengan metode pengukuran neraca air memakai instrumentasi neraca air yang diharapkan dapat menjadi salah satu bagian dari sistem pengamat hidrometeorologi terpadu pada masa mendatang,” jelas Sensus.

Peneliti yang mendalami bidang Teknologi Instrumentasi tersebut menjelaskan bahwa instrumentasi neraca air ini juga dapat berfungsi sebagai kalibrator perhitungan neraca air dan bisa menjadi pembanding dengan instrumentasi neraca air di tempat-tempat lain yang menerapkannya terutama bila sudah terintegrasi dalam sistem pengamat hidrometeorologi global.

Adsense

Sementara, peneliti ilmu kebumian, Danny Hilman Natawidjaja yang menyampaikan orasi berjudul “Riset Sesar Aktif Indonesia dan Peranannya dalam Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami” mengungkapkan bahwa Rangkaian gempa besar yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2000 adalah bukti nyata bahwa Indonesia adalah wilayah dengan potensi bencana gempa yang sangat tinggi.

“Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang sesar aktif dan potensi gempa di seluruh wilayah Indonesia,” lanjutnya.

Danny menjelaskan bahwa pemetaan sesar aktif di darat tidak cukup hanya dengan metode konvensional yang mengandalkan analisis lanskap tektonik aktif dari bentang alam karena untuk wilayah tropis Indonesia jejak sesarnya banyak yang hilang akibat erosi atau tertimbun oleh proses sedimentasi. “Kami sudah mengembangkan teknik pemetaan sesar aktif dengan bantuan foto udara drone, pemindaian geofisika dangkal bawah permukaan dengan teknologi georadar dan geolistrik, dan uji paritan paleoseismologi disertai uji radiometric dating,” rinci Danny.

Sedangkan Effendi, melalui naskah orasi berjudul “Desain Paduan Logam untuk Komponen Turbin Pembangkit Listrik” menjelaskan bahwa pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil, turbin merupakan bagian yang paling penting. Turbin berfungsi mengubah energi kinetik gas panas atau uap air menjadi energi mekanik yang memutar generator untuk menghasilkan listrik.

Turbin gas dan turbin uap beroperasi pada kondisi yang ekstrem dengan beban mekanik tinggi dan lingkungan suhu tinggi yang korosif, sehingga kegagalan pada sistem turbin seringkali terjadi terutama pada komponen sudu turbin. Mekanisme kegagalan atau kerusakan sudu turbin gas adalah deformasi creep, fatik (fatigue), korosi panas (hot corrosion), dan pemanasan berlebih (overheating).

Dalam pengembangan paduan logam untuk sudu turbin gas, Effendi telah mendesain komposisi kimia dan struktur mikro untuk paduan-super berbasis nikel kristal tunggal generasi baru berdasarkan interaksi unsur-unsur paduan pada suhu tinggi. “Paduan-super generasi baru ini dicirikan oleh kandungan unsur refraktori yang tinggi untuk meningkatkan kekuatan creep dan kandungan unsur yang menekan presipitasi fasa yang merusak pada suhu tinggi,” jelas peneliti yang mendalami bidang metalurgi dan material tersebut.

Sedangkan untuk paduan logam untuk sudu turbin uap, Effendi melakukan desain baja tahan karat martensitik dan baja tahan karat austenitik, baik dari sisi komposisi kimia maupun perlakuan panasnya. “Desain menghasilkan baja tahan karat martensitik dengan komposisi modifikasi yang memiliki kekuatan mekanik, ketahanan abrasi, dan ketahanan korosi sumuran yang lebih baik dari baja tahan karat martensitik standar 410,” ungkap Effendi. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More