Jakarta, Itech– Jaminan terhadap keamanan siber makin menjadi faktor fundamental dalam membangun kepercayaan seluruh ekosistem di era yang semakin digital dan terkoneksi. Di Indonesia, tuntutan tersebut juga makin menguat seiring dengan dimulainya komersialisasi teknologi 5G.
Berkaca pada perkembangan ini, para pemangku kepentingan diserukan untuk bekerja sama guna memastikan risiko keamanan 5G dapat terkendali dan para pelaku industri penyedia layanan mobile diserukan untuk senantiasa memenuhi dan lolos uji verifikasi keamanan perangkat jaringan berstandar tinggi yang berlaku global seperti Network Equipment Security Assurance Scheme atau NESAS dari GSMA yang mengacu pada spesifikasi jaminan keamanan atau Security Assurance Specification (SCAS) dari the 3rd Generation Partnership (3GPP).
Head of Technology APAC GSMA David Turkington dalam sambutannya mengemukakan, “NESAS merupakan standar tata cara penilaian keamanan siber yang ditetapkan oleh GSMA dan 3GPP bersama dengan para operator global terkemuka, vendor, mitra industri dan regulator, serta telah diterima secara luas di dunia industri. NESAS menyediakan kerangka kerja jaminan keamanan bagi dunia industri untuk memfasilitasi peningkatan tingkat keamanan pada seluruh industri seluler. Dengan lolos evaluasi NESAS dari GSMA, dipastikan bahwa peralatan yang digunakan oleh pelaku usaha telah memenuhi ketentuan keamanan dan keandalan jaringan 5G. Penilaian ini juga menjadi referensi penting bagi para pemangku kepentingan, seperti operator, vendor peralatan, regulator atau pemerintah, serta penyedia layanan aplikasi.”
Terkait dengan pentingnya uji verifikasi yang menjamin keamanan dan keandalan perangkat jaringan 5G, Sekjen Indonesia Cyber Security Forum Ir. Satriyo Wibowo mengatakan, “Keamanan produk dan layanan digital seyogyanya tidak hanya berdasarkan klaim sepihak, namun juga berdasarkan penilaian yang terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Di sinilah pentingnya keberadaan NESAS sebagai sebuah standar keamanan yang diinisiasi oleh GSMA untuk dapat memberikan jaminan keamanan yang terukur bagi masyarakat sekaligus meningkatkan nilai kepercayaan (trust) bagi industri. Namun demikian, standar ini perlu dikomunikasikan dengan standar SNI ISO 15408 Common Criteria sebagai standar pengukuran keamanan produk di Indonesia”
Sementara itu, SVP Head of Corporate Information Security PT Indosat Ooredoo, Rusdi Rachim memaparkan, “Dalam penyelenggaraan 5G, aspek keamanan termasuk hal yang krusial dan perlu dipersiapkan matang dengan pendekatan menyeluruh meliputi aspek individu, proses dan teknologi. Praktik terbaik (best practice) dari tiap-tiap industri perlu dipelajari dan diterapkan untuk mewujudkan sistem yang stabil dan berkelanjutan. Termasuk diantaranya penggunaan standard-standard yang telah diakui global. NESAS sebagai standar keamanan di lingkup pemenuhan kebutuhan keamanan perangkat jaringan 5G yang diinisiasi oleh GSMA bisa diadopsi oleh regulator sebagai salah satu bagian dari standar keamanan dalam penyelenggaraan 5G di Indonesia.”
Dukungan terhadap adanya standar jaminan keamanan dan keandalan perangkat jaringan 5G yang dapat menjadi rujukan industri maupun regulator juga disampaikan oleh Regulatory Digital Innovation PT XL Axiata, R. Yudi Rachmanu. Ia mengatakan, “Dalam ekosistem ICT, keamanan dan kepercayaan menjadi salah satu perhatian utama kedepan. Keseimbangan antara jaminan keamanan bagi masyarakat serta objektivitas sistem penilaian bagi industri diharapkan bisa terpenuhi dengan adanya standar keamanan yang memadai. Untuk itu kami mendorong pemerintah maupun asosiasi industri dan professional untuk lebih menyosialisasikan serta mengadopsi standar keamanan global seperti NESAS, yang telah memiliki sistem penilaian yang matang, dalam regulasi maupun praktik industri di Indonesia” (red)
Comments are closed.