Jakarta, Itech- Pemerintah terus melakukan Testing, Tracing, Treatment (3T) sebagai upaya dalam penanganan dan penanggulangan pandemi COVID- 19 yang terjadi khususnya di Indonesia. Secara ideal persoalan pandemi COVID-19 seharusnya dapat diselesaikan dari hulu melalui testing dan tracing, sehingga mampu mencegah penularan yang lebih besar.
Namun tentunya jika hanya upaya testing dan tracing saja tidaklah cukup. Terapi Mesenchymal Stem Cell (MSC) dan Exosome menjadi salah satu alternatif dalam upaya treatment penanganan dan penanggulangan pandemi COVID-19. Demikian dikatakan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro, seperti dikutip dalam rilis Kemenristek/BRIN di Jakarta, Minggu (7/2).
“Kita berharap Indonesia mempunyai keunggulan dalam terapi stem cell, tidak hanya untuk penanganan COVID-19 tetapi secara menyeluruh yang diharapkan bisa meningkatkan kesehatan manusia Indonesia dan bertindak sebagai subtitusi impor. Pandemi COVID-19 ini juga menjadi kesempatan untuk bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas dari riset stem cell yang ada agar nantinya Indonesia bisa menjadi tuan rumah (terapi stem cell) di negara sendiri,” katanya.
Stem Cell (sel punca) merupakan induk dari semua sel yang ada di tubuh manusia. Untuk menggantikan sel yang mati, stem cell akan membelah diri untuk menghasilkan sel baru guna meneruskan tugas sel yang sudah mati. Berdasarkan hasil pengujian, pasien COVID-19 dengan kategori infeksi berat dan kritis yang mendapatkan terapi Mesenchymal Stem Cell (MSC) tersebut 2,5 kali survive dibanding pasien yang tidak diterapi MSC. Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek/BRIN telah mengalokasikan dana dan memfasilitisasi penelitian stem cell untuk terapi COVID- 19 di beberapa perguruan tinggi dan rumah sakit.
“Untuk menunjang inovasi tersebut Kemenristek/BRIN terus mendorong kolaborasi dalam kegiatan penelitian. Pendekatan triple helix menjadi sangat penting saat ini dalam penangan pandemi COVID-19. Semua pihak harus mengesampingkan ego sektoral, penanganan pandemi COVID-19 ini membutuhkan keahlian dan senergi lintas bidang ilmu. Ilmu pengetahuan akan menjadi lengkap jika berbagai bidang ilmu dapat berkolaborasi dan berinteraksi untuk menghasilkan solusi, itulah esensi dari ilmu pengetahuan,” ungkap Menteri Bambang.
Menristek/Kepala BRIN mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dan berperan aktif dalam penanganan dan penanggulangan pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia. “Kementerian Ristek/BRIN akan selalu berpartisipasi dan mendukung para peneliti dari manapun baik perguruan tinggi, rumah sakit, maupun pihak swasta yang memiliki solusi dan mau berkontribusi dalam penanganan dan penanggulangan pandemi COVID19,” pungkas Menristek. (red)
Comments are closed.