Transformasi Digital Sektor IKFT Dibeberkan di Forum Bisnis Expo 2020 Dubai

28

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech– Sejumlah sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) di tanah air telah bertransformasi ke arah digitalisasi dalam proses produksinya. Penerapan teknologi industri 4.0 di kelompok sektor manufaktur tersebut, diyakini mampu mendongkrak kinerja dan daya saingnya.

“Kami terus mendorong sektor IKFT di Indonesia agar bisa memanfaatkan teknologi industri 4.0 untuk mendukung proses produksinya sehingga bisa menghasilkan berbagai produk yang berkualitas secara lebih efisien,” kata Direktur Jenderal IKFT Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam di Jakarta, Minggu (31/10).

Pada acara Business Forum Expo 2020 Dubai, Dirjen IKFT menyebutkan, beberapa perusahaan di sektor IKFT telah mengimplementasikan digitalisasi berupa internet of thingsartificial intelligencecloud technologynano technologyblockchain technology, dan telemedicine.

“Kami akan mengarahkan sektor IKFT untuk segera mengadopsi teknologi industri 4.0 tanpa mengurangi tenaga kerja. Artinya, penggunaan teknologi yang akan didorong adalah yang dapat memecahkan bottleneck dalam proses produksi,” paparnya.

Menurut Khayam, kemampuan sektor IKFT dalam implementasi industri 4.0 tidak perlu diragukan lagi. Hal ini tercemin dari semakin banyaknya sektor IKFT yang berpartisipasi pada assessment program Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0). Kegiatan yang diinisiasi oleh Kemenperin ini untuk mengukur kesiapan perusahaan manufaktur di Indonesia dalam menerapkan teknologi industri 4.0.

Pada tahun 2020, sebanyak delapan perusahaan sektor IKFT meraih penghargaan dari hasil assessment INDI 4.0, dengan memperoleh indeks di atas nilai 3. Pada penilaian INDI 4.0, skor 1-2 menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0. Kemudian rentang skor 2-3 menunjukkan kesiapan sedang, dan skor 4 adalah mereka yang sudah menerapkan industri 4.0.

Adsense

Dari delapan perusahaan tersebut, mereka yang berasal dari sektor industri kimia adalah PT. Kaltim Parna Industri, PT. Biggy Cemerlang, dan PT. Schott Igar Glass. Kemudian untuk sektor industri farmasi, yakni PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia. Berikutnya, sektor industri tekstil meliputi PT. Globalindo Intimates, PT. TI Matsuoka Winner Industry, dan PT. Asia Pasific Rayon. Sementara itu, mewakili sektor IKFT, perusahaan yang menyabet kategori National Lighthouse Industry 4.0 adalah PT. Pupuk Kalimantan Timur selaku industri kimia.

Khayam menegaskan, pihaknya terus memacu sektor IKFT untuk siap memasuki revolusi industri 4.0. “Sesuai target kinerja yang telah ditetapkan oleh Kemenperin berdasarkan RPJMN tahun 2020-2024, salah satu sasarannya adalah jumlah perusahaan sektor IKFT dengan nilai INDI 4.0 lebih dari 3, bisa mencapai 16 perusahaan pada tahun 2021, dan sebanyak 21 perusahaan di tahun 2024,” ungkapnya.

Dirjen IKFT mengaku optimistis terhadap sektor IKFT dalam mengakselerasi ke arah industri 4.0. Apalagi, di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, awalnya telah menetapkan perwakilan sektor IKFT yang menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, yakni industri kimia serta industri tekstil dan pakaian. Kemudian, di tengah pandemi ini, Kemenperin juga sudah memasukkan industri farmasi dan industri alat kesehatan juga medapat prioritas pengembangan industri 4.0.

“Keberadaan sektor IKFT tidak bisa dikesampingkan dalam mendukung program Making Indonesia 4.0, di mana sektor IKFT termasuk sektor unggulan dalam peta jalan terebut,” tegas Khayam. Hal ini berkat kontribusi sektor IKFT dalam memacu pemulihan ekonomi nasional.

Pada tahun 2020, sektor IKFT memberikan sumbangsihnya sebesar 4,48% terhadap PDB ekonomi nasional. Hal ini didorong oleh peran industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang mampu tumbuh di tengah hadangan pandemi Covid-19 sebesar 9,39%.

Di samping itu, pada tahun 2020, ekspor sektor IKFT mencapai USD33,99 miliar. Realisasi investasinya pada periode tersebut sebesar Rp61,97 triliun, didominasi oleh industri kimia dan bahan kimia. Sektor tersebut juga menyerap tenaga kerja hingga 6,24 juta orang. (DAF/rilis)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More