Jakarta, Itech – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko hadir secara daring, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IPTEK ke-2 Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mengusung tema ‘Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi: Membuka Cakrawala Baru’, Rabu (16/6).
Pada kesempatan tersebut Kepala BRIN berbagi tiga pandangan Indonesia tentang bagaimana mendorong lebih banyak kerja sama antar Negara OKI, serta mensosialisasikan kebijakan nasional tentang perkembangan kebijakan dan capaian Sains, Teknologi, Inovasi (STI) di Indonesia.
“Pertama, negara-negara anggota OKI perlu (i) memperkuat pembangunan STI nasionalnya, (ii) memaksimalkan upaya untuk mensinergikan program STI nasionalnya untuk mendukung Agenda STI OKI 2026, Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, serta (iii) mengoptimalkan upaya nasional untuk menghadapi pandemi COVID-19,” terang Kepala BRIN.
Handoko menambahkan Indonesia baru saja membentuk BRIN pada 28 April 2021, sebagai Badan super untuk mengintegrasikan semua program ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di berbagai lembaga penelitian pemerintah di Indonesia.
“Selain itu, Indonesia telah menetapkan roadmap penelitian nasional 2017 – 2045. Pada tahap saat ini, semua bidang prioritas STI Indonesia terintegrasi untuk mendukung kebijakan dan program terkait digital-blue-green-economy,” ujar Handoko.
Terkait dengan upaya Indonesia dalam memerangi Covid-19, sejak awal Maret 2020, para peneliti (ilmuwan) dan inovator Indonesia, baik dari Pemerintah maupun swasta telah melakukan berbagai penelitian dan inovasi pengembangan penelitian dan inovasi bidang kesehatan. ”Beberapa di antaranya adalah alat skrining dan diagnostik; surveilans menggunakan seluruh urutan genom virus SARS-CoV2, dan juga pengembangan vaksin kami sendiri,” tambah Handoko.
Kedua, Handoko mengajak negara-negara anggota OKI meningkatkan kolaborasi di antara para ilmuwan dan peneliti atau Kolaborasi untuk Berinovasi. Handoko mengungkapkan Indonesia melalui BRIN akan memiliki kapasitas lebih untuk mendukung penelitian dan inovasi di banyak fokus area penelitian yang sejalan dengan Agenda OKI STI 2026.
“Melalui kolaborasi global dan regional, kita dapat memperkuat ikatan melalui STI, interaksi di tingkat akar rumput yakni ilmuwan dan peneliti. Guna mendukung lebih banyak kolaborasi, kami juga dengan senang hati mengadakan program mobilitas ilmuwan dan peneliti,” terang Handoko.
Ketiga, Pendidikan untuk Inovasi dan Kebebasan Pendidikan (Merdeka Belajar). Handoko menjelaskan saat ini Indonesia sedang mengembangkan transformasi filosofis baru dalam sistem pendidikannya, yang dikenal dengan Merdeka Belajar. Merdeka Belajar merupakan upaya untuk menciptakan suasana pendidikan baru yang kondusif, sekaligus memperkuat peran seluruh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan.
“Merdeka Belajar dirancang untuk menghilangkan semua hambatan yang tidak perlu, memberikan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, dan membuka cakrawala baru bagi siswa. Suatu upaya untuk menjadikan siswa lebih baik dan kompetitif,” ungkap Handoko. (red)
Comments are closed.