Jakarta, Itech – Buoy BPPT yang berada di Perairan Sebelah Selatan Selat Sunda, Provinsi Banten (Buoy SUN), tetap siaga memantau kondisi pasca gempa bumi yang terjadi di Pulau Enggano, Bengkulu.
Seperti dilansir oleh BMKG bahwa telah terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5.2 Skala Richter (SR) pada tanggal 22 Mei 2021 Jam 13:36:46 WIB dengan pusat gempa berada di Barat Laut, Enggano, Bengkulu pada kedalaman 10 km dan gempa bumi susulan terjadi pada Jam 15:25:49 WIB dengan kekuatan 5.1 SR dengan pusat gempa 71 km Barat Daya Enggano dengan kedalaman gempa 17 km. Berikutnya, pada tanggal 23 Mei 2021 pada jam 10:48:15 dan jam 10:50:51 WIB juga terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5.0 SR dan 5.4 SR dengan kedalaman gempa 10 km dengan pusat gempa sekitar 17-18 km di Barat Laut Sumur-Banten. Serial gempa bumi tersebut di atas tidak berpotensi tsunami.
Dari data InaTOC (Tsunami Observation Centre), menunjukkan bahwa gempa bumi Enggano berjarak sekitar 260 km dari posisi InaBUOY SUN dan gempa bumi ini telah memicu ‘mode alert’ InaBUOY SUN pada jam 13.37 WIB (Gambar 1 dan Gambar 2).
‘Mode Alert’ InaBUOY SUN dipicu oleh gelombang seismik gempa bumi yang memerlukan waktu sekitar 1 menit merambat dari pusatnya dan terdeteksi di OBU InaBUOY SUN.
Kepala BPPT Hammam Riza menyatakan bahwa, buoy tsunami menjadi bagian dari program penguatan peringatan dini tsunami yang telah diagendakan BPPT sejak tahun 2020 – 2024 yang akan datang.
BPPT ungkapnya, mendapat mandat untuk melakukan pengkajian dan penerapan teknologi deteksi dini tsunami yang juga mendukung pemodelan BMKG.“Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) merupakan upaya kaji terap BPPT dalam menciptakan sistem peringatan dini bencana tsunami yang terintegrasi dengan berbasis buoy, kabel bawah laut, dan tomografi. BPPT juga mengembangkan kecerdasan buatan pemodelan tsunami untuk melengkapi sistem deteksi dini yang ada,” urai Hammam.
Menambahkan pernyataan Hammam Direktur Pusat Reduksi Resiko Bencana (PTRRB), Muhammad Ilyas mengatakan dengan adanya mode alert yang terdeteksi InaBUOY membuktikan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh BPPT tersebut sudah proven. “Hal ini juga menunjukkan bahwa InaBUOY SUN berfungsi dengan baik seperti halnya InaBUOY Malang yang memberikan respon Ketika terjadi gempa di Malang,” jelasnya.
Ke depan, Ilyas mengatakan bahwa BPPT akan terus berupaya meningkatkan kerjasama, bukan hanya dengan stakeholder lembaga pemerintah namun juga dengan asosiasi seperti perhimpunan nelayan Indonesia dan juga masyarakat yang aktivitasnya di laut untuk dapat membantu melindungi InaBUOY ini. “Karena meskipun sudah proven, namun jika masyarakat tidak menganggap itu bagian dari lingkungan yang harus dilindungi, alat deteksi tsunami tidak akan berfungsi dengan baik,” terang Ilyas.
Langkah selanjutnya, Ilyas mengatakan bahwa BPPT terus melakukan sosialisasi kepada Pemda, Kementerian/Lembaga terkait dan masyarakat yang melakukan kegiatan di laut. Sosialisasi akan dilakuan secara nasional, karena InaBUOY akan dipasang di seluruh Indonesia. BPPT bekerjasama dengan Jamstec Jepang mengembangkan teknologi deteksi tsunami dengan kabel bawah laut (cable based tsunameter/CBT). Dengan kabel bawah laut, diungkapkan Ilyas akan mempercepat distribusi data ke InaTOC, sehingga membuat peringatan lebih cepat sampai ke darat. “InaCBT akan dipasang di Rokatenda dan Labuan Bajo pada tahun 2021 ini” jelasnya.
Untuk menyebarkan informasi InaTEWS kepada masyarakat, BPPT telah membangun pusat observasi tsunami Indonesia (InaTOC) melalui website http://www.inatoc.id/, selain itu BPPT juga telah mengembangkan sistem integrasi informasi kebencanaan dengan nama INDI (Indonesian Network for Detection Information).Di dalam sistem INDI telah terintegrasi berbagai data kebencanaan dan data pendukung lainnya. Masyarakat dapat langsung mengakses informasi yang ada di sistem INDI melalui website dan ikut memantau kondisi kebencanaan di Indonesia. Website INDI dapat diakses di http://indi.bppt.go.id
Comments are closed.