BMKG Gelar Sekolah Lapang Geofisika di Yogyakarta

29

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech– Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Geofisika (SLG) di Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai upaya mewujudkan masyarakat siaga bencana, salah satunya terhadap ancaman gempabumi dan tsunami. Kegiatan tersebut penting dilaksanakan mengingat kondisi wilayah DI Yogyakarta berada di selatan Jawa yang rawan tsunami karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dan Zona Megathrust.

“Kita berkumpul disini untuk menyiapkan diri dan berlatih agar bisa menyelamatkan diri, keluarga dan masyarakat sehingga diharapkan tidak ada korban jiwa jika sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka kegiatan Sekolah Lapang Gempa di Balai Desa Glagah Kabupaten Kulon Progo DI Yogyakarta, Selasa (16/3).

“Gempabumi tidak bisa dicegah karena ini salah satu bencana alam yang menjadi bagian dari kehidupan kita, namun yang dapat dicegah adalah jatuhnya korban jiwa ataupun kerugian sosial ekonomi. Hal inilah yang menjadi goal Sekolah Lapang Geofisika (SLG), khususnya untuk mitigasi Gempabumi dan Tsunami,” lanjut Dwikorita. SLG bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempabumi dan tsunami yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi.

Selain membangun sikap dan budaya tangguh terhadap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah yang berada di wilayah rawan gempabumi dan tsunami, SLG juga bertujuan untuk menguatkan koordinasi antara Stasiun Geofisika BMKG di daerah sebagai perpanjangan tangan BMKG Pusat dengan berbagai pihak terkait di daerah, serta menguatkan peran BPBD sebagai simpul utama rantai komunikasi di daerah dalam memberikan informasi dan arahan yang benar kepada masyarakat dan SKPD terkait peringatan dini tsunami. “Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh komponen masyarakat paham dan mampu melakukan penyelamatan diri terhadap bencana gempabumi dan tsunami, sehingga minim risiko korban jiwa maupun korban materiil,” ujar Dwikorita.

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, latihan evakuasi mandiri juga perlu rutin dan lebih sering dilakukan agar masyarakat lebih cekatan dan sigap dalam menyelamatkan diri, dan pemerintah menyiapkan sarana dan prasarananya. Maka perlu kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, dimana masyarakat perlu menyiapkan peta jalur evakuasi tingkat desa, rencana kontijensi dan penguatan tim siaga bencana di desa setempat yang rawan tsunami.

Adsense

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, konsekuensi berada di wilayah rawan bencana adalah harus lebih waspada dengan menyiapkan pengurangan risiko bencana. “Gempa juga dapat berdampak pada bencana ikutan lainnya seperti tsunami, tanah longsor, kebakaran dan kecelakaan industri,” ujar Lilik.

Lilik menjelaskan, sebelum bencana terjadi ada upaya-upaya yang bisa dilakukan yaitu kesiapsiagaan dan mitigasi dengan memahami risiko sekitar. “Latihan-latihan, simulasi dan sosialisasi harus terus dilakukan sehingga masyarakat sudah memahami jika terjadi tsunami apa yang harus dilakukan, termasuk menyiapkan rencana evakuasi di level desa dan kelurahan yang rawan tsunami,” katanya.

Pencegahan untuk jangka panjang dilakukan dengan mitigasi bencana baik secara struktural maupun kultural, memperkuat desa-desa di daerah rawan tsunami dengan menjadi desa tangguh bencana. Masyarakat diajak terlibat langsung memetakan daerah rawan tsunami, letak titik kumpul dan diharapkan setiap rumah punya rencana evakuasi masing-masing yang diselaraskan dengan rencana kontijensi.

Sementara itu Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang S. Prayitno menyampaikan untuk Penguatan Sistem Informasi dan Peringatan Dini Tsunami di Kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dan sekitarnya, telah ditambahkan beberapa peralatan yang terdiri dari Intensitymeter untuk mengukur tingkat guncangan di Terminal Bandara akibat gempabumi. Accelerometer untuk mengukur Percepatan Tanah di Area Bandara, dan Warning Receiver System New Generation (WRS – NG) untuk menyebarluaskan informasi Gempabumi dan Tsunami dari BMKG Pusat ke Lingkungan DIY, Kabupaten Kulon Progo, dan Lingkungan Bandara dalam waktu 2 sampai 4 menit setelah kejadian gempabumi. Selain itu juga sedang disiapkan Radar Tsunami yang merupakan hibah dari Jepang dan Sistem Pendeteksi Dini Tsunami yang merupakan bantuan dari Cina.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG di Daerah Istimewa Yogyakarta, Ikhsan menjelaskan bahwa kegiatan SLG di Yogyakarta dilaksanakan selama dua hari pada 16-17 Maret 2021 secara daring maupun luring. Kegiatan SLG secara luring dilaksanakan di dua lokasi, yakni di Balai Desa Glagah dan Balai Desa Kemadang. SLG diisi dengan kegiatan penguatan pemahaman oleh narasumber dari BNPB, PUPR, BPBD DIY dan BMKG, serta dilengkapi dengan Kegiatan Simulasi Tanggap Darurat Gempabumi dan Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Simulasi tersebut dilakukan baik berada di dalam ruangan melalui Table Top Exercise ( TTX ) dan juga di lapangan. (red)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More