Jakarta, Itech– Banjir besar yang terjadi di Jadetabek pada 20 Februari 2021 dipicu oleh hujan ekstrem dengan curah hujan 266 mm. Hujan ekstrem yang turun secara persisten pada dinihari sekitar 4-5 jam itu telah diprediksi oleh Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TReAK), Pusat Sains dan Teknologi Antariksa (PSTA) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada Kamis (18/2).
Di hari berikutnya, 21 Februari dinihari kembali terjadi hujan di sekitar Jakarta namun intensitas telah jauh berkurang dan aktivitas konveksi bersifat lokal serta cepat terurai (1-2 jam). Sepanjang hari itu kawasan di Jawa bagian barat termasuk di Selat Sunda minim awan dan hujan.
Peneliti PSTA LAPAN Erma Yulihastin, mengatakan pelemahan konveksi di bagian barat Indonesia tersebut dipengaruhi oleh aktivitas vorteks Borneo. Kondisi ini berlangsung hingga 22 Februari, dan menjadi penyebab cuaca yang cenderung cerah selama dua hari wilayah di Jawa bagian barat pada 21-22 Februari, tambahnya.
Pada 23 Februari terbentuk siklon tropis (TC 98S) di Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara yang menarik udara sehingga terjadi peningkatan angin baratan yang signifikan di Jawa bagian tengah dan timur. Pergerakan angin kencang ini membuat proses pembentukan awan dan hujan tidak terjadi di Jawa bagian barat.
Pada 24-25 Februari, seiring dengan pergerakan TC 98S ke arah barat, angin dari utara yang berasosiasi dengan aktivitas Cross Equatorial Northerly Surge (CENS) mulai terbentuk kembali dan mencapai kekuatan maksimal pada 26 Februari, sehingga kembali menyebabkan hujan dinihari dengan intensitas sedang di Jakarta dan sekitarnya.
Sekalipun terjadi hujan dengan intensitas sedang, pada dinihari tanggal 26 Februari tidak terjadi hujan ekstrem persisten yang bisa menimbulkan banjir karena angin yang berasal dari utara ditarik oleh TC 98S. Angin dari utara Jakarta mengalami pergerakan cepat melalui daratan Jakarta sehingga menggagalkan konvergensi.
Angin kencang inilah yang sempat terasa di daerah Cilincing, Jakarta Utara pada Jumat lalu (26/2/2021). Pergerakan angin kencang ini sampai ke Selatan Jawa. Kejadian angin kencang di Cilincing, Jakarta utara ini sebelumnya sudah diprediksi dengan baik oleh Decision Support System (DSS), Satellite based Disaster Early Warning System (SADEWA) milik LAPAN.
SADEWA merupakan produk litbang LAPAN berupa aplikasi sistem peringatan dini atmosfer ekstrem berbasis satelit dan model atmosfer yang dikembangkan untuk mendukung riset atmosfer maupun aplikasinya oleh badan operasional terkait. Informasi resmi mengenai cuaca dapat diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Comments are closed.