Jakarta, Itech- Pandemi Covid-19 telah memberikan efek domino multisektoral (kesehatan, sosial, ekonomi, keuangan). Namun dengan meningkatnya kebutuhan internet, pandemi telah mengubah gaya hidup, kebutuhan, hingga mengakselerasi adopsi digital masyarakat.
Salah satu bisnis yang saat ini semakin berkembang adalah wearable device. Secara global, IDC memperkirakan perangkat yang dapat dikenakan di seluruh jenis perangkat popular, akan tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 15% per tahun untuk mencapai 637 juta unit pada 2024. IDC menyebutkan selain smartwatch, perangkat yang dikenakan di telinga menjadi pendorong utama penjualan.
Tak heran dengan potensi pasar yang besar, banyak vendor mencoba peruntungan di Indonesia. Persaingan dipastikan akan ketat, karena selain brand-brand yang mengkhususkan diri di segmen ini, sejumlah vendor smartphone juga berupaya mencuri pasar dengan rangkaian produk wearable device, terutama jam pintar dan true wireless stereo atau earbuds yang semakin hits di kalangan muda.
Saat ini produsen wearable juga meletakkan dasar yang memungkinkan beberapa perangkat dapat terhubung satu sama lain. Harga yang semakin terjangkau juga akan semakin meningkatkan popularitas produk-produk wearable device.
Selain wearable device, bisnis yang bersinar di era internet cepat adalah IoT (Internet of Things). IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lainnya yang ditanam perangkat elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas.
Kajian Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), menunjukkan potensi IoT di tanah air sebesar 400 juta perangkat dengan nilai bisnis sebesar Rp 444 triliun pada 2022. Nilai tersebut disumbang dari konten dan aplikasi sebesar Rp 192,1 triliun, disusul platform Rp 156,8 triliun, perangkat IoT Rp 56 triliun, serta network dan gateway Rp 39,1 triliun.
Permasalahan
Meski saat ini masih menjadi produk pelengkap, namun dengan keterhubungan dengan perangkat lain, dibarengi harga yang semakin terjangkau, dapat dipastikan beragam produk wearable device akan semakin popular, sehingga mendorong lebih banyak penjualan di pasar domestik.
Begitu pun dengan perangkat-perangkat IoT. Penyedia solusi IoT lokal di Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan pemain global. Mereka bahkan diunggulkan karena lebih memahami situasi yang ada dan kebutuhan industri di Indonesia sehingga dapat menyediakan solusi yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Persoalannya potensi bisnis IoT tidak akan tercapai tanpa dukungan ekosistem yang kuat dengan melibatkan seluruh stakeholder. Itu sebabnya, peran pemerintah saat ini tidak cukup jika hanya menjadi policy makers dan regulator, namun perlu menjadi fasilitator agar Indonesia bisa menangkap peluang digitalisasi dengan maksimal. Dan hal itu dimulai dengan pengembangan SDM yang terampil di bidang IoT.
Persoalan lain menyangkut device khusus untuk IoT saat ini belum clear dari sisi regulasinya. Maksudnya adalah apakah perangkat ini akan diregulasi seperti perangkat smartphone, hal itu belum diketahui jelas.
Sebagaimana diketahui, untuk smartphone, pemerintah menerapkan aturan whitelist IMEI untuk mengendalikan ponsel-ponsel yang illegal. Skema white list ini adalah upaya proses pengendalian IMEI secara preventif agar masyarakat mengetahui terlebih dahulu legalitas perangkat yang akan dibelinya. Perangkat IoT saat ini belum clear. Apakah device khusus untuk IoT harus juga melalui proses register atau konsumen bisa langsung beli dari luar.
Melalui forum Digital Telco Outlook 2021, melalui sesi 6 yang mengangkat tema pembahasan ‘Menakar Prospek Bisnis Wearable Device dan IoT Di Indonesia’ ini, diharapkan dapat mendorong industri ICT semakin kuat dalam menghadapi tantangan di era disrupsi teknologi. (sumber: selular.id)
Comments are closed.