Pabrik Vivo Mobile Indonesia yang berada di Kawasan Industri dan Pergudangan Cikupa Mas, Tangerang terus menambah kapasitas produksi dan kapabilitasnya dalam menyediakan beragam produk ponsel pintar untuk memenuhi pasar Indonesia.
Vivo tidak hanya mengejar target untuk memproduksi smartphone sesuai dengan permintaan pasar, namun memastikan setiap ponsel yang keluar dari pabrik telah memenuhi standar keamanan dan penggunaan untuk rangkaian smartphone-nya di Indonesia seperti Vivo V11 Pro, Vivo V11; maupun rangkaian seri Y seperti Y91 dan Y95.
“Proses produksi smartphone Vivo di pabrik Cikupa dari hulu hingga hilir dilakukan melalui quality control yang ketat dengan line produksi yang terus beroperasi dengan prima demi menjaga kuantitas dan kualitas yang memenuhi standar mutu Vivo Global,” kata Edy Kusuma, General Manager for Brand and Activation PT Vivo Mobile Indonesia.
Pada area produksi vivo di Cikupa, terdapat dua bagian untuk setiap line yakni perakitan (assemblying) dan pengujian (testing). Bagian perakitan dilakukan secara cepat dengan standar waktu tertentu untuk menyelesaikan bagian pekerjaannya masing-masing.
Setiap komponen yang dirakit selanjutnya diuji dengan mesin pengujian super canggih yang terintegrasi dengan jaringan intranet sehingga semua hasil pengujian dapat dilacak secara online.
Sistem ini juga memastikan bahwa hanya produk yang lolos dari pos pengujian sebelumnya yang dapat melanjutkan proses ke pos pengujian berikutnya.
Pada tahap pengujian, terdapat uji drop test untuk semua smartphone vivo yang telah dirakit dalam setiap line produksi. Mesin uji drop testakan menjatuhkan smartphone sebanyak tiga kali untuk menguji kekompakan dan keutuhan komponen-komponen yang terpasang di dalamnya.
Pengujian lainnya berupa uji konsumsi arus, audio, MMI (SIM card/ infra merah/ sensitivitas/ tombol/ sensor gravitasi/kompas), dilanjutkan dengan pengujian kamera, pengujian radio komunikasi atau jaringan (3G/4G) serta pengujian GPS dan Wi-Fi.
Area pengujian lainnya dikhususkan untuk pengujian reliabilitas/keandalan smartphone (Aging). Pada ruangan tersebut terdapat lima rak dengan ratusan slot yang dilengkapi Charging Line untuk menguji setiap smartphne yang dihasilkan dari rangkaian line produksi.
Setelah itu, smartphone vivo menjalani uji fitur diantaranya untuk menguji kamera depan dan belakang, menguji Screen Touch ID, dan fitur-fitur lain yang disematkan di smartphone Vivo. Uji fitur ini merupakan tahap akhir dari serangkaian pengujian sebelum ponsel Vivo masuk dalam tahap packaging.
Untuk pengemasan atau packaging, setiap smartphone vivo akan diperiksa kembali untuk penambahan manual book, pencetakan label IMEI, pemindaian nomor IMEI, penyertaan silicon case, penimbangan, penyegelan, dan ditutup dengan penyegelan akhir.
Bagi vivo, tahapan packaging juga merupakan bagian esensial dalam proses produksi smartphone. Packaging yang rapi dan material yang bagus membuktikan cara Vivo dalam menghargai sebuah inovasi produk berteknologi tinggi, yang telah dibuat melalui serangkaian proses kompleks dalam pabrik.
Untuk uji produk lebih intensif dan spesifik, vivo juga menambahkan laboratorium pengujian khusus (QC Lab).
Sampel ponsel dari masing-masing line produksi diambil untuk melewati serangkaian pengujian lanjut, antara lain pengecekan daya saat performa berat (saat beberapa aplikasi dibuka bersamaan), pengujian ketahanan suhu panas (50-75O Celcius) dan suhu dingin (hingga -20o Celcius), serta pengujian smartphone saat terekspos air.
Selanjutnya, masih di area QC Lab, smartphone vivo juga menjalani drop test dengan menggunakan mesin rolling yang berputar setinggi 1 meter. Mesin ini akan diputar hingga ratusan kali untuk menguji ketahanan bodi ponsel.
Drop test dalam tahap ini bersifat free fall atau tanpa diatur posisi dan letak jatuhnya. Setiap melewati beberapa puluh kali pengujian drop test, ponsel selanjutnya dicek terlebih dahulu kondisinya, lalu dilanjutkan lagi untuk putaran berikutnya hingga selesai.
Sementara itu, tipe mesin drop test berbeda juga akan menguji ketahanan setiap sisi smartphone, yang dijatuhkan sebanyak puluhan ribu kali untuk setiap sisi smartphone.
Edy menambahkan proses produksi di pabrik independen Vivo di Cikupa dilakukan dengan sangat teliti dan ketat yang tentunya merupakan upaya Vivo untuk dapat dipercaya konsumen di Indonesia sebagai produk yang selalu mempertahankan kualitas.
Dalam waktu dua tahun sejak berdiri pada 2016, pabrik independen Vivo telah melampaui standar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan pemerintah sebesar 30%.
“Pengembangan pabrik bukan hanya untuk menambah kapasitas produksi untuk permintaan domestik, lebih lanjut kami juga memproyeksikan kontribusi TKDN dapat terus ditingkatkan seiring dengan eksistensi kami di pasar smartphone tanah air,” pungkas Edy.
Comments are closed.