Jakarta, Itech- Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) merespon cepat penetapan pandemi Covid-19 pada awal Maret 2020 melalui pembentukan Konsorsium Riset dan Inovasi untuk percepatan penanggulangan pandemi Covid-19. Dalam waktu tiga bulan, konsorsium ini menghasilkan 57 produk inovatif penanggulangan Covid-19 yang diluncurkan pada Hari Kebangkitan Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo.
Pembentukan Konsorsium Covid-19 bertujuan mensinergikan riset dan inovasi berbagai lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) seperti Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), perguruan tinggi, perusahaan swasta dan BUMN sebagai langkah percepatan dan penanggulangan Covid-19.
Para inovator Indonesia dalam Konsorsium Covid-19 terus mengembangkan berbagai alat-alat kesehatan (Alkes), obat dan terapi, sampai vaksin Covid-19. Sampai 15 Agustus 2020, lima jenis ventilator yang dikembangkan anggota Konsorsium Covid-19 berhasil mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setelah lulus uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes.
Setelah mengantongi izin edar, kelima ventilator tersebut segera memasuki tahap produksi massal. Bahkan beberapa ventilator sudah menghasilkan ratusan produk yang dimanfaatkan oleh rumah sakit dalam membantu menyelamatkan pasien Covid-19.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, Ali Ghufron berharap ekosistem yang kondusif dalam Konsorsium Covid-19 ini bisa dilanggengkan untuk pola kerja penelitian ke depan. Kerjasama triple helix yang tercipta harus terus dibangun agar menghasilkan inovasi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
“Sebelumnya para peneliti umumnya punya agenda sendiri-sendiri dan sulit untuk memiliki visi bersama ke depan. Dengan lingkungan yang sangat memaksa kita bisa bersama dan sangat kondusif kerjasama triple helix antara para peneliti, inovator, pemerintah, dan industri,” kata Ali Gufron dalam acara Sosialisasi 5 Ventilator Inovasi Indonesia secara daring, Sabtu (15/8). Kelima ventilator ini dikenalkan kepada komunitas dokter-dokter, rumah sakit, dan pemangku kepentingan lain.
Lima ventilator tersebut adalah BPPT3S-LEN, GERLIP HFNC-01, Vent-I Origin, COVENT-20, dan DHARCOV-23S. BPPT3S-LEN merupakan ventilator berbasis Ambu Bag dan Cam yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT LEN. BPPT3S-LEN telah mengantongi Nomor Izin Edar Alkes Kemenkes RI ADK 20403020870. Saat ini PT LEN telah memproduksi 100 unit ventilator BPPT3S-LEN.
Ventilator GERLIP HFNC-01 dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan PT Gerlink Utama Mandiri. Ventilator jenis HFNC (High Flow Nasal Cannula) ini bisa mencegah pasien tidak sampai gagal nafas dan tidak harus diintubasi menggunakan ventilator invasif dengan cara memberikan terapi oksigen beraliran tinggi. Ventilator yang sudah diproduksi 5 unit ini mengantongi Nomor Izin Edar Alkes Kemenkes RI ADK 20403020951.
Vent-I Origin merupakan model ventilator Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dikembangkan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Vent-I telah mengantong Nomor Izin Edar Alkes Kemenkes RI ADK 20403020696. Sebanyak 790-unit Vent-I produksi pertama telah didistribusikan kepada beberapa Rumah Sakit.
Covent-20 merupakan ventilator hasil kolaborasi dari para peneliti di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) dan Fakultas Kedokteran UI (FK UI), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUP Persahabatan Jakarta, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik. Covent-20 mudah dibawa dan dapat digunakan dalam keadaan darurat. Covent-20 memiliki dua mode operasi yaitu mode CPAP dan CMV (Continuous Mandatory Ventilation).
Mode ventilasi CPAP dioperasikan ketika kondisi pasien masih sadar untuk membantu oksigenasi ke paru-paru pasien. Sementara mode CMV dioperasikan ketika pasien tidak sadar atau mengalami kesulitan mengatur pernafasannya untuk mengambil alih fungsi pernafasan pasien. Kedua mode tersebut dapat digunakan pada saat pasien berada di rumah maupun di mobil ambulans, namun tidak digunakan di ruang isolas imandiri.
Covent-20 telah mengantongi Nomor Izin Edar Alkes Kemenkes AKD 20403021003 dan telah diproduksi sekitar 300-unit oleh produsen alat kesehatan diantaranya PT Enesers Mitra Berkah, PT Graha Teknomedika, dan PT Pindad dan dikalibrasi oleh perusahaan kalibrasi Alkes. Saat ini 300 Covent-20 telah didistribusikan.
Ventilator Emergency CMV dan CPAP berbasis pneumatic DHARCOV 23S dikembangkan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Dharma Precission Tools. Ventilator ini mengantongi Nomor Izin Edar Alkes Kemenkes RI AKD 20403020892. Dharcov-23S telah memasuki fase produksi masal. Total unit batch pertama yang akan diproduksi sebanyak 200 unit. Sampai 19 Juni 2020 telah selesai diproduksi dan terkalibrasi sebanyak 100 unit.
Acara sosialisasi 5 ventilator ini merupakan kerjasama Kemenristek/BRIN dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) dan Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia (PERDICI).-red
Comments are closed.