Jakarta, Itech- Pusat kebudayaan Jerman, Goethe-Institut meluncurkan proyek digital Sound of X, sebuah inisiatif yang menyajikan video bunyi lingkungan (soundscape) yang diciptakan musisi dan seniman dari Asia Tenggara, termasuk dari Medan, Indonesia.
Melansir siaran pers, Rabu (24/6), disebutkan, dengan menggunakan bunyi, kebisingan, dan akustik sebagai dasar untuk melakukan penafsiran ulang terhadap kota, para musisi dan seniman mengeksplorasi lingkungan sonik masing-masing guna mengusulkan cara unik terhubung kembali dengan kota dan ruang yang kita diami, khususnya setelah ada pandemi COVID-19, yang telah memaksa orang-orang di seluruh dunia untuk mengisolasi diri.
Sejumlah seniman dari berbagai kota di Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru menyajikan karya-karya yang meninjau latar bebunyian kota yang terabaikan dan bagaimana musikalitas kehidupan sehari-hari membeberkan kekhasan rajutan sosialnya. Di tengah masa isolasi, pembatasan sosial, dan restriksi perjalanan yang ketat, Sound of X menawarkan cara yang unik untuk menjelajahi tempat-tempat berbeda.
Musisi dan artis dari Medan, Singapura, Kuala Lumpur, Sydney, Manila dan kota-kota lain mengeksplorasi tentang apa itu kebisingan, bunyi, dan bagaimana orang dapat mendengarkan dengan cara berbeda. Perspektif tidak lazim yang diusung oleh para seniman dan musisi ini kontras dengan hal-hal yang lazim diangkat dalam promosi pariwisata di media sosial.
“Budaya digital dan media sosial telah menimbulkan pergeseran ke ranah visual. Sering kali kita tidak dapat membangun hubungan yang sungguh-sungguh dengan apa yang ditampilkan. Pada saat budaya layar semakin menggerus kepekaan, para seniman Sound of X menyajikan pendekatan alternatif terhadap persepsi visual dan akustik. Dalam konteks lingkungan urban kita, bebunyian bisa timbul dari kebisingan sekitar yang, meskipun tidak kasat mata, menjadi penyatu untuk banyak hal: musikalitas kehidupan sehari-hari dan latar bebunyian sebuah kota yang sering diabaikan namun menyingkap atau pun mencerminkan rajutan sosialnya yang khas,” kata Han-Song Hiltmann, pimpinan proyek Sound of X sekaligus Kepala Goethe-Institut Singapura. (red)
Comments are closed.