Kenali Ciri-ciri Akun Bot di X
Jakarta, itechmagz.id – Platform media sosial X (sebelumnya Twitter) dengan akun bot ternyata masih menjamur dan mendapat sorotan di masa Pemilu 2024. Bagaimana untuk mendeteksi akun jenis ini?
Seperti dilansir CNN Indonesia, Yoel Roth, mantan Kepala Integritas Situs untuk Twitter mengatakan ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan bot dan akun asli.
Dalam sebuah tulisan blog di situs resmi X pada 2021, Roth mengungkap pihaknya banyak menemukan bot yang umumnya adalah akun palsu yang sengaja dibuat untuk mendistorsi informasi atau memanipulasi orang di platform tersebut.
Berikut beberapa tanda akun bot di X atau Twitter:
- Nama akun aneh, pakai nomor acak
- Salah satu cara pertama untuk mengidentifikasi bot adalah akun dengan deretan huruf dan angka acak.
Ini adalah singkatan yang diterima secara umum untuk mengenali akun palsu, kemungkinan karena membuat banyak akun secara otomatis lebih mudah dengan pengaturan otomatis.
Biasanya, algoritma pembuat nama Twitter membuat nama pengguna dengan nama depan serangkaian angka. Roth mengatakan memiliki auto-handles membuat orang langsung masuk ke Twitter, tanpa meminta mereka membuat nama yang unik.
Namun, itu berarti beberapa orang baru di Twitter bisa jadi terlihat seperti bot.
Hal ini menjadi semakin rumit ketika Anda memperhitungkan fakta bahwa Twitter adalah platform global, tetapi algoritme pembuat nama pengguna yang ada saat ini hanya dapat membuat nama dengan karakter dan angka Romawi.
Seseorang yang mendaftar ke Twitter untuk pertama kalinya mungkin mencoba memberikan nama unik dalam bahasa Mandarin, Arab, atau Ibrani, tetapi nama tersebut secara otomatis diterjemahkan ke dalam alfanumerik.
Banyak ngetweet dalam sehari
Beberapa orang ngetweet dalam jumlah yang sangat banyak, misalnya ratusan tweet dalam sehari, namun bukan berarti mereka adalah bot.
Tanda lain dari perilaku bot adalah nge-tweeet dan me-Retweet secara produktif, dalam jumlah puluhan atau ratusan Tweet per jam.
Roth dan tim telah meneliti akun-akun yang menyukai ratusan Tweet setiap hari, hanya untuk menemukan orang-orang nyata yang menjelaskan bahwa mereka membaca banyak Tweet dan ingin menunjukkan apresiasi mereka dengan menyukai setiap Tweet.
Lalu ada juga orang-orang yang memiliki volume aktivitas tinggi di Twitter karena mereka tinggal di rumah, pekerjaan mereka berfokus pada media sosial, atau mereka sangat bersemangat dengan minat mereka.
Tidak ada cara yang normal untuk menggunakan Twitter, kata Roth. Terutama karena norma-norma budaya tentang cara menggunakan platform seperti Twitter berubah tergantung pada individu, komunitas, dan kebangsaan.
“Sering kali ketika kita melihat orang saling menuduh satu sama lain sebagai bot, yang sebenarnya kita lihat adalah orang-orang nyata yang hanya menggunakan platform ini dengan cara yang berbeda,” kata Roth.
Saling silang pendapat
Akun asli non-bot umumnya memiliki pendapat yang berbeda dari Anda, tapi itu bukan berarti mereka adalah bagian dari skema manipulasi besar.
Setelah pemilu 2016, kombinasi dari peningkatan konten berita dan kecerdasan konsumen secara umum menyebabkan tumbuhnya kesadaran bahwa media sosial dapat digunakan untuk memecah belah masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya literasi tentang manipulasi media sosial, Roth melihat tren lain: Peningkatan jumlah orang yang menuduh satu sama lain sebagai bot ketika mereka tidak setuju dengan pesan mereka.
Dalam konteks ini, bot adalah bagian dari masalah yang lebih besar yaitu interaksi yang toxic dan bermusuhan di X.
Roth berpendapat lebih berbahaya untuk percaya seseorang yang mengekspresikan pendapat berbeda secara otomatis menjadi bagian dari kampanye misinformasi karena hal tersebut merendahkan martabat manusia.
“Anda akan menemukan hal-hal yang tidak Anda sukai atau tidak Anda setujui. Dan seharusnya ada cara bagi Anda untuk mengendalikan hal itu dan menjadi aman saat online,” kata Roth.
“Namun sebagian dari itu adalah dengan menyadari bahwa orang yang tidak Anda setujui tetaplah manusia, dan Anda tidak bisa begitu saja mengabaikan sisi kemanusiaan mereka dengan menyebutnya sebagai bot.”
Manipulasi percakapan
Roth mengatakan akun asli yang mungkin terlihat seperti bot di Twitter, dan kemudian ada bot di Twitter. Pertanyaan sebenarnya adalah, seberapa besar bot tersebut mempengaruhi atau memanipulasi percakapan kita?
“Kebenaran inti dari semua wacana tentang manipulasi platform dan bot adalah, fakta bahwa bot itu ada tidak selalu berarti bahwa bot itu mempengaruhi percakapan,” katanya.
Sulit untuk mengukur bagaimana sesuatu yang ada di dunia maya memengaruhi perilaku orang di kehidupan nyata.
Jika sebuah Tweet bersifat menghina atau melanggar peraturan, tim berusaha menghapusnya secepat mungkin sehingga Tweet tersebut menerima lebih sedikit tayangan. Terkadang, mereka menangguhkan seluruh akun.
Namun lebih sering, mengingat skala spam, mereka dapat mengurangi visibilitas Tweet dengan melarangnya diamplifikasi ke orang-orang yang tidak mengikuti akun tersebut atau Tweet tersebut tidak muncul di hasil pencarian, tren, atau percakapan.
“Jadi salah satu cara kami berpikir tentang dampak adalah berapa banyak orang yang melihat hal tersebut.”
“Jika Anda mempelajari hal ini dengan seksama, Anda akan mengatakan, benar, orang-orang melihatnya, tetapi apakah itu penting? Apakah hal tersebut mempengaruhi mereka atau membuat mereka berubah pikiran?” Kata Roth.
Comments are closed.