Jakarta, Itech- Berkembangnya digitalisasi membuat perusahaan di Indonesia, terutama lembaga-lembaga keuangan, menghadapi minimnya talenta digital. Berdasarkan survei Couchbase, terdapat 83 persen pemimpin TI dari lembaga keuangan menyadari tantangan dalam pengembangan aplikasi mereka yaitu siklus pengembangan yang terlalu tinggi, tuntutan kecepatan yang terkadang tidak masuk akal, dan tenggat waktu yang ketat.
Minimnya talenta digital menjadi tantangan global yang tidak hanya terjadi di Indonesia. Mckinsey menyebutkan bahwa banyak perusahaan secara global sama sekali tidak siap untuk mengatasi kesenjangan dalam keterampilan digital, tetapi konglomerat dengan reputasi terkenal akan menjadi yang paling tidak terganggu dalam pencarian bakat digital.
Indonesia yang memiliki basis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang besar akan menghadapi tantangan lebih berat. Menurut Forum Ekonomi Dunia, UMKM Indonesia kurang memiliki keterampilan dan kemampuan untuk berinovasi secara digital selama pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan 80 hingga 90 persen dari mereka ini kehilangan aliran pendapatan dalam beberapa tahun terakhir. Bhima Yudhistira, Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS) menyebutkan berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia kekurangan 9 juta tenaga kerja di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kekurangan tenaga kerja TIK ini disebabkan tingginya kesenjangan keterampilan.
Di era seakrang di mana startup yang lincahlah yang mampu mengubah pasar secara signifikan, dalam hal penyedia layanan keuangan yang dituntut mempercepat transformasi digital untuk memberikan pengalaman pelanggan yang lebih tinggi. Seringkali pengembang yang sama tersebut juga bertanggung jawab atas keamanan data bisnis dan pribadi yang sensitif, sehingga menambah beban kerja dan tanggung jawab yang ada. Lembaga-lembaga keuangan harus mengkaji ulang tumpukan teknologi yang dimiliki agar dapat bersaing di pasar yang berkembang pesat ini, sebab jika tidak maka mereka berisiko tertinggal dari tekfin yang lebih gesit dan inovatif.
Guna menjembatani kesenjangan tersebut, pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program Talenta Digital Nasional untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan generasi mendatang, dengan tujuan mewujudkan ekonomi digital senilai US$315,5 juta pada tahun 2030. Sementara program ini bertujuan memasok 600 ribu talenta digital baru ke pasar setiap tahunnya, perusahaan masih perlu memberdayakan tim pengembangan untuk transformasi digital. Kepala Biro Humas Kominfo Ferdinandus Setu mengatakan, ke depan Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia. Seperti dikutip, “Oleh karena itu sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan antara lain oleh kualitas sumber daya manusia bangsa tersebut.”
Bakat yang tepat tanpa alat yang tepat juga tidak akan berarti. Para pemimpin TI perlu mempertimbangkan bagaimana tumpukan teknologi yang ada dapat membantu pengembang menyelesaikan pekerjaan dan membantu perusahaan menjadi unggul. Perusahaan dengan teknologi yang tepat di saku mereka akan memastikan pengembang mereka bekerja lebih efisien dan cepat untuk memberikan solusi yang tepat ke pasar. Untuk lembaga keuangan, ini juga berarti memodernisasi basis data warisan monolitik Anda menjadi basis data yang waktu nyata, berpotensi untuk dikembangkan, dan gesit.
Melihat fenomena tersebut, ada beberapa upaya dan langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi kelangkaan sumber daya manusia di bidang IT. Yang pertama adalah sebuah bisnis perlu mempertimbangkan sebuah langkah investasi dalam teknologi yang tepat yang akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan di masa depan serta mencegah kejenuhan pengembang.
Kedua, mengadopsi standar basis data cloud NoSQL akan meringankan beban kerja pengembang, dan memungkinkan produktivitas perusahaan yang lebih tinggi. Basis data dengan cara lama membutuhkan pemeliharaan yang mahal dan lisensi yang memberatkan, hal ini mempersulit tim TI untuk mengelola dan mengembangkannya dalam jangka panjang. Standar basis data NoSQL memberikan manfaat serba guna yang luar biasa, serta memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar untuk aplikasi komputasi on-premise, mobile, hibrid, dan edge. Basis data NoSQL juga memberikan mampu mendukung kinerja tim pengembangan untuk memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa sesuai permintaan, langsung, responsif, dan dibuat personal.
Menurut Stuart Fisher, Wakil Presiden Regional Asia Pasifik dan Jepang, modernisasi arsitektur bisnis dan solusi cloud yang inovatif memungkinkan terciptanya respons yang cepat dalam menjawab kebutuhan transformasi digital. Menurutnya tujuan sebuah perusahaan dalam bertransformasi ke digital adalah untuk membantu perusahaan memodernisasi diri menjadi lebih responsif dan gesit di pasar mereka. Selain itu, dengan melakukan ini maka perusahaan memiliki banyak cara untuk mengurangi biaya sambil meningkatkan efisiensi.
“solusi cloud akan membuat perusahaan memiliki ketangkasan yang jauh lebih besar dan memungkinkannya beralih ke penawaran khusus melalui strategi penetrasi pasar yang lebih cepat juga. Dengan banyaknya perusahaan, terutama lembaga keuangan yang bergerak dalam siklus triwulanan, yang menyesuaikan kemampuan digital mereka untuk memenuhi permintaan pasar maka strategi itu menjadi sangat menantang. Teknologi cloud menempatkan kendali dan biaya di tangan perusahaan. “ Terang Stuart. Ia juga menambahkan melalui pemanfaatan teknologi cloud seperti basis data NoSQL, perusahaan siap menghadirkan aplikasi yang membawa perubahan besar sekaligus pengalaman pelanggan yang terbaik tanpa diikuti oleh kendala teknologi sebelumnya.
Comments are closed.