Jakarta, Itech- Indonesia mendapatkan apresiasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan Presiden Majelis Umum PBB, Abdulla Shahid pada pembukaan The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), pada Rabu (25/05/2022).
Pada salah satu sesi, GPDRR menggelar ulasan tengah-masa (midterm review) dari komitmen global yang dirangkum dalam Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015. Kepala Badan Riset dan inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko hadir sebagai Co-Chair Midterm Review ketiga sesi di SFDRR, pada Jumat (27/5/2022).
Kepala BRIN menjelaskan, GPDRR merupakan perhelatan global terbesar untuk pengurangan risiko bencana, dengan fokus untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi untuk mereduksi dampak bencana.
Pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir telah memberikan pelajaran bagi hampir seluruh negara di dunia dalam memerangi Covid-19 serta memulihkan kondisi negara yang memerlukan kerjasama dengan negara lainnya.
“Karena semua bencana tidak mengenal batas negara, termasuk bencana pandemi seperti Covid-19 di dua tahun terakhir. Pandemi Covid-19 semakin menyadarkan berbagai negara di dunia akan pentingnya kerja bersama untuk mempercepat penanganannya,” ujar Handoko.
Handoko mencontohkan, ketika pandemi melanda belahan dunia ini, negara-negara mempunyai kesadaran untuk berbagi data genom dari varian SARS-CoV 2 melalui GISAID, akhirnya dunia mampu mempercepat pengembangan dan ketersediaan vaksin bagi seluruh umat manusia untuk menanggulangi pandemi.
Dikatakan Handoko, kolaborasi antar negara dalam penanganan bencana hendaknya tidak hanya dalam kasus pandemi Covid-19, melainkan juga bencana lainnya seperti tsunami.
“Demikian juga halnya dengan upaya bersama untuk bencana tsunami yang tentu tidak mengenal batas negara. Misalnya, kemampuan mitigasi hanya bisa dilakukan dengan berbagi data dari berbagai wilayah perairan berbagai negara,” lanjut Handoko.
Mengenai SFDRR, Handoko menjelaskan bahwa forum diskusi tersebut khusus diperuntukkan bagi seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non pemerintah.
“SFDRR membahas implementasi, perkembangan, dan hambatan yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan SFDRR dan pembangunan berkelanjutan,” tuturnya.
Mitigasi dan reduksi bencana menurut Handoko, selalu berkaitan dan berbasis pada bukti dan data ilmiah. Untuk itu ia menekankan, diperlukan berbagai riset, seperti riset dasar untuk memahami mekanisme terjadinya beragam jenis bencana.
Ia menyebutkan, riset aplikatif pengembangan teknologi deteksi dini sesuai jenis dan karakter bencana, juga kajian sosial budaya dan kearifan lokal, menjadi landasan utama kemampuan mereduksi bencana.
“BRIN sebagai lembaga riset nasional menjadi yang terdepan dalam melakukan berbagai riset kebencanaan, dan telah menghasilkan banyak inovasi yang berpotensi menjadi solusinya,” tuturnya. Setidaknya 7 ilmuwan dan perekayasa dari BRIN turut berpartisipasi aktif dalam GPDRR ini.
Salah satunya peneliti kebencanaan BRIN, Dr. Nuraini Rahma Hanifa yang menjadi salah satu anggota dewan juri dari Lifetime Achievement Sasakawa Award.
GPDRR melibatkan periset dan pakar BRIN yang berperan aktif mewakili Indonesia untuk membedah dan mendorong kesepakatan multilateral reduksi kebencanaan.
Andi Eka Sakya, Perekayasa senior BRIN menyampaikan intervensinya pada pleno mengenai pentingnya bekerjasama mewujudkan masyarakat dan laut yang aman (Safe Ocean) melalui penguatan sains, teknologi dan inovasi, sejalan dengan UN Decade of Ocean Science.
Secara khusus, Kepala BRIN turut memimpin sebagai Co-Chair di sesi pleno ke-3 reviu jangka menengah yang bertema Rethinking Sustainable Development: investing with strategic foresight to build resilience yang diselenggarakan pada 27 Mei 2022 di Nusa Dua, Bali. Sesi pleno ini akan memfinalkan satu dari 3 rekomendasi akhir yang akan dirilis pada penutupan GPDRR 2022. (Sumber: brin.go.id)
Comments are closed.