Bendung Lonjakan Harga, PT Berdikari Impor Ribuan Ton Daging Kerbau & Sapi
Jakarta, Itech- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan, PT Berdikari (Persero) siap mengimpor 40 ribu ton daging kerbau dan 20 ribu ton daging sapi sepanjang tahun 2022. Impor tersebut guna membendung lonjakan harga sapi bakalan Australia dari US$3,77 per kg di bulan September 2021 menjadi US$4,6 per kg di Januari -Februari 2022.
Pasalnya, Australia juga akan membatasi kuota ekspor 70 ribu ekor per tahun. Selain itu, China yang sebelumnya menutup impor dari Brasil, memutuskan kembali membuka pintu masuk untuk daging sapi Brasil. Langkah China itu mendongkrak permintaan daging ke Australia.
“Terjadi penurunan impor sapi dari Australia sehingga harga sapi impor siap potong diprediksi bakal naik. Dari saat ini Rp53-54 ribu per kg akan mencapai Rp60 ribu per kg saat hari besar keagamaan nasional (HBKN). Dan, akan berimbas pada kenaikan harga daging dari Rp130 ribu per kg menjadi Rp170 ribu per kg,” ungkap Direktur Utama PT Berdikari Harry Warganegara, Jumat (25/2).
Dengan demikian, Berdikari harus menyiapkan segera sapi bakalan 976 ekor dari Sulawesi Selatan untuk pemenuhan kebutuhan Sulawesi dan DKI Jakarta.
“Dan, mempercepat proses importasi 40 ribu ton daging kerbau India dan 20 ribu ton daging sapi Brasil. Rencananya, di Maret dan April akan masuk 5.000 dan 15.000 ton daging kerbau. Lalu, 1.500 ton daging sapi di April,” ucap Harry.
Di samping itu, Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan Juan Permata Adoe mengatakan, lonjakan harga daging sapi dipicu karena gangguan rantai pasok. Sementara, hingga saat ini Indonesia masih bergantung pada pasokan sapi potong dari Australia.
“Harganya tinggi dan volume ekspor Australia untuk sapi potong menurun karena populasinya juga turun. Total tahunan ekspor Australia ke Indonesia selama tahun 2021 adalah 409.040 ekor, yakni 406.781 ekor sapi bakalan dan 2.259 ekor indukan. Jumlah ini menunjukkan penurunan 13% dari 12 bulan sebelumnya,” ungkap Juan , Jumat (25/2).
Juan berpendapat, momen Ramadan – Lebaran tahun 2022 diprediksi tidak akan memberi peluang besar bagi importir sapi dan pedagang daging sapi untuk meraup untung.
Meski biasanya, permintaan pada periode ini tertinggi sepanjang tahun dan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan signifikan untuk dapat menyokong arus modal.
“Namun, dengan keadaan umum ekonomi saat pandemi Covid-19, ini tampaknya merupakan pertaruhan yang sulit,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan Juan Permata Adoe, Jumat (25/2).
Dengan demikian, menaikkan populasi sapi bakalan dan kerbau menjadi satu-satunya langkah strategis untuk menjaga kestabilan harga di dalam negeri.
“Kemungkinan besar importir yang mampu bertahan saat ini akan berusaha meningkatkan proporsi kerbau bakalan dalam pengiriman mereka. Informasi di pasar menunjukkan bahwa akan segera terjadi impor daging kerbau beku India dengan jumlah signifikan tiba di pelabuhan Indonesia,”jelas Juan.
Sementara itu, lanjut Juan, bisa mempertimbangkan pasokan impor sapi potong dari sumber yang lebih murah, yakni Brasil dan Sudan.
Ekonom Senior Indef Bustanul Arifin juga mengatakan, Indonesia memang sudah seharusnya membuka pintu impor untuk sumber pasokan daging selain Australia.
“Perlu mencari sumber sapi dan daging dari negara lain bebas PMK, mengurangi ketergantungan pada pasokan sapi dan daging dari
Australia,” ungkap Bustanul Indonesia, Selasa (22/2).
(TN)
Comments are closed.