itechmagz.id – Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop untuk proyek kerja sama teknis INT 2024 bertajuk “Interregional Workshop on Self-Evaluation on Infrastructure Development for New Nuclear Power Programmes” di Gedung B.J. Habibie BRIN, Jakarta pada Senin (23/9/2024).
Pertemuan ini memfasilitasi pembahasan berbagai aspek kaji diri kesiapan infrastruktur energi nuklir nasional dan mendukung negara anggota Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) yang merencanakan pengembangan program energi nuklir.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengatakan, penyelenggaraan workshop ini sangat tepat waktu bagi Indonesia. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan pelaksanaan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang baru direvisi, yang menargetkan konstruksi dan pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama pada 2032.
“Kami memahami pentingnya mengembangkan infrastruktur nuklir yang kuat, untuk memastikan program PLTN berjalan lancar sebagaimana ditargetkan oleh KEN,” kata Mego.
Indonesia, lanjut Mego, menjadi tuan rumah Misi Integrated Nuclear Infrastructure Review (INIR) IAEA pada 2009, dan selanjutnya melakukan kaji diri terhadap infrastruktur energi nuklir pada 2021.
“Misi INIR dan kaji diri sangat penting bagi program nuklir nasional, terutama dalam mengevaluasi status saat ini dalam pengembangan aspek hukum, kelembagaan, dan sumber daya manusia untuk memenuhi persyaratan program energi nuklir nasional di masa mendatang,” tutur Mego.
Karena itu, ucapnya, workshop ini penting bagi 21 negara anggota IAEA yang berpartisipasi, dalam meningkatkan kemampuan kaji diri, untuk memastikan pembangunan infrastruktur energi nuklir dapat terus diperkuat. Serta, memastikan pelaksanaan program nuklir baru ataupun perluasan program yang ada di beberapa negara dapat dilaksanakan secara optimal.
“BRIN merasa terhormat menjadi tuan rumah workshop ini. Hal ini memungkinkan berbagi pengalaman terbaik dan pengetahuan, berdasarkan pendekatan milestone yang dikembangkan oleh IAEA, yang selanjutnya akan membawa manfaat bagi semua negara anggota yang berpartisipasi,” tegas Mego.
IAEA Expert Mehmet Ceyhan mengungkapkan, pihaknya mendukung negara-negara anggota dalam mengevaluasi status pengembangan infrastruktur energi nuklir, melalui Misi INIR. Dia menyebut, kaji diri adalah dasar basis dari misi tersebut.
“Kaji diri adalah tools yang berguna bagi negara anggota, tetapi juga merupakan tools untuk melakukan Misi INIR,” terangnya.
Workshop ini menjadi bagian dari proyek interregional IAEA yang bertujuan mendukung negara-negara anggota dalam upaya mengembangkan infrastruktur energi nuklir.
“Proyek ini dirancang untuk memberikan pelatihan di beberapa bidang infrastruktur energi nuklir. Beberapa di antaranya sangat teknis, tetapi beberapa di antaranya bersifat umum,” kata Mehmet.
Pertemuan ini, terang Mehmet, akan mendiskusikan bagaimana negara anggota mengevaluasi, mengkaji, dan apa yang perlu dilakukan untuk membuat kemajuan dalam penerapan program energi nuklir.
“Hal ini jauh lebih penting karena merupakan proses yang sangat rumit untuk memulai dan menerapkan program energi nuklir di suatu negara. Terdapat banyak sekali aktivitas yang beberapa di antaranya merupakan aktivitas progresif, sehingga saling terkait. Itulah sebabnya hal ini perlu direncanakan dan juga dipantau dengan cermat,” ujar dia.
IAEA telah mengembangkan beberapa tools untuk mendukung proses ini.
Adapun workshop yang diselenggarakan hingga Jumat (27/9) ini akan berbagi pengalaman baik dari negara yang belum, sedang, dan telah mengembangkan program energi nuklir, dengan ahli IAEA dari Inggris dan Kenya.
Workshop ini melibatkan partisipasi 30 peserta dari 21 negara representatif anggota IAEA, yakni Armenia, Bangladesh, Egypt, El Salvador, Ethiopia, Ghana, Jordan, Kazakhstan, Kenya, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nigeria, Saudi Arabia, Senegal, Sri Lanka, Thailand, Uganda, Viet Nam, Zambia, dan Indonesia.
Sumber: www.brin.go.id
Comments are closed.