Soal Tarif Listrik, PLN Tunggu Arahan Pemerintah

60

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- PT PLN (Persero) tengah menunggu arahan pemerintah untuk menyesuaikan tarif listrik nonsubsidi atau tariff adjustment. Pasalnya, telah terjadi perubahan pada faktor yang memengaruhi biaya pokok penyediaan listrik.

Kini, per 8 Maret 2022 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sudah di level Rp14.394 per USD (Jisdor Bank Indonesia). Sementara harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) Februari sudah menyentuh USD95,72 per barel dan mengacu data Badan Pusat Statistik indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi 0,02 persen pada Februari 2022.

“Penyesuaian tarif listrik merupakan kewenangan dari pemerintah,” kata Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Agung Murdifi dilansir dari Medcom, Rabu, 9 Maret 2022.

Agung memastikan sebagai perusahaan pelat merah sektor kelistrikan PLN akan memastikan kesediaan pasokan listrik untuk pelanggan.

“PLN sebagai operator dan penyelenggara kelistrikan negara memiliki kewajiban untuk menyediakan pasokan listrik yang andal bagi pelanggan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tarif listrik untuk golongan non subsidi naik pada tahun ini. Sejak 2017 tarif listrik tersebut tidak berubah karena berbagai alasan.

“Kami sudah sepakat di 2022 diterapkan maksimum enam bulan, artinya selebihnya tidak (diterapkan),” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM Rida Mulyana saat konferensi pers virtual, Januari lalu.

Rida melanjutkan penyesuaian tarif ini bersifat kondisional dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Namun, penyesuaian tarif listrik tidak berlaku dalam waktu dekat alias bukan di triwulan I atau II-2022.

Hal ini disebabkan harga pangan yang tengah melambung. Dikhawatirkan menimbulkan inflasi yang parah bila harga listrik ikut naik dalam waktu yang sama.

“Kalau saya sih perkirakan dengan ada Omicron triwulan II pun enggak naik. Triwulan III mungkin IV ke sanalah yang mungkin bisa dipertimbangkan. Alasannya ya kondisi ini, mudah-mudahan semakin membaik komoditas lain, seperti LPG, minyak goreng anteng dulu. Jangan semua naik, inflasi bisa nggak terkontrol nanti,” ungkapnya.

Adsense

(TN)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More