BPPT gelar webinar Berkarya Melalui Inovasi Teknologi

32

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech– Masih dalam rangkaian Seri Webinar Sosialisasi Seleksi Calon ASN BRIN 2021, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyelenggarakan webinar dengan mengangkat tema “Berkarya dan Berkontribusi Melalui Inovasi Teknologi”.

Sekretaris Utama (Sestama)  BPPT Dadan Moh Nurjaman mengatakan, saat ini Indonesia sangat membutuhkan peran dan pemikiran periset handal untuk menjadi bagian milestone sejarah riset di Indonesia. Oleh karena itu beliau mengajak peneliti bergelar doktor yang saat ini berkarir di berbagai lembaga riset luar dan dalam negeri untuk menjadi ASN di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sestama Dadan mengatakan, menurut laporan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) pada 2017 jumlah penyandang gelar doktor di Indonesia mencapai 75.000 orang. Namun dari jumlah tersebut yang berprofesi sebagai ASN hanya mencapai 32 persen saja, atau sekitar 24.000 orang.

“Indonesia memerlukan para periset yang handal yang sudah memiliki jam terbang dan pengalaman global, sudah siap untuk menjadi periset mandiri untuk bekerja di laboratorium-laboratorium di Indonesia. Hal ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis riset dan inovasi di Indonesia,“ jelas Sekretaris Utama BPPT Dadan Moh Nurjaman saat menjadi Keynote Speaker mewakili Kepala BPPT Hammam Riza, dikutip dalam rilis BRIN di Jakarta, Sabtu (17/7/2021).

Sestama Dadan juga menyampaikan, saat ini BPPT terus melaksanakan program pengkajian dan penerapan untuk perkuat ekosistem inovasi nasional yang berdampak pada sektor ekonomi, yakni melalui delapan bidang fokus teknologi BPPT, diantaranya bidang teknologi kebencanaan, bidang kemaritiman, bidang kesehatan dan pangan, bidang pertahanan dan keamanan, bidang rekayasa keteknikan, bidang transportasi, bidang energi, serta bidang teknologi informasi dan komunikasi (transformasi digital).

Perekayasa Ahli Utama Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT Mulyo Harris Pradono mengatakan, dalam melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi reduksi risiko bencana, Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT mengutamakan inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa.

Ia berharap sumber daya manusia yang dimiliki BPPT saat ini atau di masa mendatang memiliki kemampuan adaptasi dan transdisiplin dalam berkolaborasi di masa datang.

“Transformasi digital merupakan suatu keniscayaan dalam penerapan industri 4.0 dalam upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana. Oleh karena itu teknik pengolahan data makin beragam, didukung oleh big analysis, cloud computing, dan artificial intelligence. Maka untuk masa yang akan datang diperlukan peneliti-peneliti yang unggul dan mampu beradaptasi,” jelasnya.

Kepala Balai Bioteknologi BPPT Anis Herliyati Mahsunah mengatakan Balai Bioteknologi BPPT mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengkajian, penerapan dan layanan bioteknologi. Ia mengatakan Balai Bioteknologi BPPT mengupayakan alih teknologi menghasilkan produk dengan nilai ekonomi tinggi dan melakukan teknologi rekayasa genetika untuk mendorong pertumbuhan industri yang memanfaatkan bioteknologi, khususnya selama pandemi COVID-19 dengan menerapkan bioteknologi tepat guna bagi pemecahan permasalahan nasional.

Anis menjeleaskan, sejak awal pandemi COVID-19 merebak di Indonesia pada maret 2020 lalu, BPPT mendapat mandat dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN) sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri, guna mengatasi wabah COVID-19. BPPT bersama Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan COVID-19 (TFRIC-19) telah menorehkan beberapa capaian selama kurun waktu Maret sampai September 2020 menghasilkan produk yang siap untuk dikomersialisasi.

Adsense

BPPT terus bersinergi dengan TFRIC19 menjadi wadah dalam menghasilkan produk inovasi yang strategis dengan 5 rencana aksi cepat TFRIC19, yaitu :

1. Melakukan percepatan pengembangan Non-PCR Rapid Diagnostic Test untuk memperkuat penanganan pandemi COVID-19;

2. Melakukan percepatan pengembangan PCR Diagnostic Test serta memperkuat laboratorium uji dalam analisis PCR dan sequencing untuk memperkuat penanganan pandemi COVID-19;

3. Mengembangkan pemanfaatan teknologi informasi dan Artificial Intelligence (AI) untuk mendukung deteksi dan penanganan pandemi COVID-19;

4. Melakukan analisis dan penyusunan data whole genome COVID-19 origin orang Indonesia yang terinfeksi (untuk dapat digunakan antara lain dalam pengembangan vaksin obat, diagnosis dan epidemiologi); dan

5. Melakukan koordinasi untuk memperkuat penyiapan sarana prasarana deteksi dan penyediaan logistic kesehatan untuk penguatan kemampuan menangani pandemi COVID-19.

Selanjutnya Kepala Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ratih Retno Wulandari mengatakan, melalui pembentukan BRIN, pemerintah ingin BRIN melaksanakan perbaikan manajemen talenta riset nasional dengan cara melakukan penataan organisasi secara total dan perubahan proses bisnis melalui rekayasa birokrasi.

“Fokus pemerintah adalah bagaimana merekrut sebanyak mungkin talenta unggul yang kita miliki, baik di dalam maupun di luar negeri untuk memberikan karya yang baik untuk Indonesia, salah satunya adalah inovasi. Negara ingin memberikan ruang untuk peneliti diaspora atau lulusan S3 terbaik di Indonesia untuk berkreasi sesuai bidangnya,” jelasnya.

Turut hadir dalam webinar yang digelar Jumat (16/7) tersebut, Kepala Biro SDM BRIN Ari Hendarto dan bertindak sebagai moderator Perekayasa Ahli Muda Pusat Manajemen Informasi BPPT Dini Fronitasari .

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More