Jakarta, Itech– Tiga produsen masker kain binaan Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (KLT BSN) Jawa Barat berhasil mendapatkan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) 8914:2020. KLT BSN Jawa Barat melakukan pendampingan penerapan SNI kepada pelaku usaha tersebut untuk meningkatkan daya saing, nilai tambah produk, serta memperluas pasar.
Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI 8914:2020 diserahkan oleh Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN, Zakiyah kepada pemilik UMKM Babyfynnsass, PT. Sansan Saudaratex Jaya dan PT. Tatuis Cahya Internasional di Bandung, Selasa (4/5). Penyerahan sertifikat disaksikan Asisten III Administrasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dudi Sudrajat Abdurachim.
UMKM Babyfynsass Bandung sudah memproduksi lebih dari 5 juta masker kain dan memberdayakan masyarakat yang terkena PHK efek pandemi sebanyak 120 orang dari Bandung dan sekitarnya. Sementara, masker kain produksi PT. Sansan Saudaratex Jaya Cimahi dikenal dengan merek JsM. PT. Tatuis Cahya Internasional memproduksi masker kain merek Tatuis.
“Keberhasilan ini patut diapresiasi mengingat upaya penerapan standar sampai mendapatkan sertifikat pastinya melalui proses yang tidak mudah, melalui tahapan pemahaman dan kesadaran, kebijakan pimpinan yang kuat, komitmen seluruh personel dari semua level, penyiapan sistem dan prosedur yang relevan sesuai dengan kebutuhan, serta implementasi standar yang konsisten,” terang Zakiyah.
Penerapan SNI 8914:2020, menurut Zakiyah sangat penting pada saat sekarang sebagai salah satu upaya pemerintah untuk pencegahan virus Covid-19. Sesuai SNI 8914:2020 persyaratan mutu masker yang terbuat dari kain tenun dan/atau kain rajut dari berbagai jenis serat, minimal terdiri dari dua lapis kain dan dapat dicuci beberapa kali (washable).
Pemilihan bahan untuk masker kain juga perlu diperhatikan, karena filtrasi dan kemampuan bernafas bervariasi tergantung pada jenis bahan. Efisiensi filtrasi tergantung pada kerapatan kain, jenis serat dan anyaman. Filtrasi pada masker dari kain berdasarkan penelitian adalah antara 0,7% sampai dengan 60%. Semakin banyak lapisan maka akan semakin tinggi efisiensi filtrasi.
SNI ini memang tidak berlaku untuk masker dari kain nonwoven (nirtenun) dan masker untuk bayi. Selain itu, standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi semua masalah yang terkait dengan keselamatan, kesehatan dan kelestarian lingkungan dalam penggunaannya.
Penerapan SNI masker kain, diharapkan dapat mengurangi penyebaran virus Covid-19 jika diikuti dengan tindakan tetap mengikuti protokol kesehatan, yakni menjaga jarak dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir. “Masker kain dapat berfungsi dengan efektif jika digunakan dengan benar, antara lain untuk mencegah percikan saluran nafas (droplet) mengenai orang lain,” ujarnya.
Zakiyah berharap, capaian ketiga pelaku usaha di Bandung tersebut bisa memberikan teladan dan inspirasi bagi pelaku usaha masker kain yang lain untuk menerapkan SNI 8914:2020 dapat berhasil dengan baik. Tercatat, hingga Mei 2021, pelaku usaha yang telah mendapatkan sertifikat SPPT SNI 8914:2020 sebanyak empat pelaku usaha. (red)
Comments are closed.