Riset dan Inovasi Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi

68

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech– Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa riset dan inovasi berperan penting dalam mendorong pergerakan roda perekonomian dalam negeri, khususnya di masa pandemi ini.

”Perlu kita berikan apresiasi kepada para peneliti dan juga industri yang telah bekerjasama dengan baik untuk melakukan riset dan inovasi sehingga menghasilkan karya yang dapat dinikmati dan bermanfaat untuk masyarakat luas,” kata Menristek saat membuka talkshow bertajuk ’Success Story Produk Karya Anak Negeri: Riset dan Inovasi sebagai Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi’ yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Selasa (30/3).

Menteri Bambang berharap acara dapat menjadi ajang untuk saling berdiskusi, khususnya antara LIPI, Kemenristek/BRIN, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan, dan industri dalam upaya peningkatan kegiatan riset dan inovasi dalam negeri. “Kemenristek/BRIN terus memberikan dukungan penuh kepada lembaga litbang maupun universitas dalam upaya-upaya merespon secara cepat atas kebutuhan teknologi industri. Dukungan tersebut diberikan agar produk-produk hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat ataupun industri, melalui percepatan proses hilirisasi atau alih teknologi,” tuturnya.

Bambang menambahkan, pemerintah terus berupaya untuk mendorong partisipasi sektor swasta dalam kegiatan riset dan inovasi serta melakukan percepatan alih teknologi. Salah satunya melalui program insentif pengurangan pajak super (supertax deduction) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 153/2020. “Insentif ini diberikan pada wajib pajak dalam negeri yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan tertentu di Indonesia,” lanjutnya.

Di akhir paparan, Bambang memberikan apresiasi secara simbolis kepada empat perwakilan inventor yang telah berkontribusi dalam menghasilkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lisensi/royalti terbesar ke LIPI untuk periode Januari hingg Maret 2021. Keempat inventor tersebut adalah Hendri Maja Saputra untuk ‘Produk Alat Terapi Oksigen Beraliran Tinggi/ GLP HFNC 01’ (S00202004636) dengan nilai PNBP sebesar Rp. 993.192.424; Novik Nur Hidayat untuk ‘Komposisi Pembenah Tanah dan Penggunaanya’ (IDP000040604) sebesar Rp 94.766.941; Sarjiya Antonius untuk ‘Pupuk Organik Cair Hayati (POH) dan Proses Pembuatannya’ (IDP000064813) sebesar Rp. 76.269.993; serta Asep Nur Hikmat untuk ‘Karakterisasi Bahan Makanan Heterogen Dalam Kemasan’ (P00201708914) sebesar Rp. 45.000.000.

Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko menyampaikan bahwa LIPI sebagai salah satu lembaga penelitian di Indonesia telah banyak melakukan riset penelitian yang dilakukan oleh 31 unit penelitian di seluruh Indonesia. Berbagai hasil penelitian tersebut tidak semua menjadi produk, karena sifatnya penelitian ilmu dasar dan sebagian lagi memiliki potensi untuk dikomersialisasikan.

“LIPI terus mengembangkan infrastruktur baik fisik (laboratorium) dan merekrut sumber daya manusia (SDM) unggul. Semua infrastruktur ini kami buka dan mitra industri turut memanfaatkan bersama-sama dengan LIPI melakukan product development, sehingga ekosistem dan inovasi dapat semakin baik ke depannya. Hal ini berpotensi mendorong potensi serta kreativitas dari peneliti kami dan industri lain untuk memunculkan potensi produk baru yang kreatif yang bisa dikomersialisasikan,” paparnya.

Menurut Handoko, keberadaan mitra industri sangat membantu dalam proses penyempurnaan dan meningkatkan fungsi dan fitur dari berbagai produk yang sedang dikembangkan. “Mitra industri berperan sebagai reviewer dan memiliki tuntutan yang luar biasa dalam berbagai kasus belum terpikirkan oleh peneliti kami,” ungkapnya.

Pada talkshow tersebut, Yan Rianto selaku Kepala Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek (PPII) LIPI menambahkan saat ini model inovasi sudah berubah lebih dinamis, menjadi model inovasi yang terbuka baik bagi sebuah perusahaan maupun bagi stakeholder lainnya. Inovasi tidak hanya dilakukan di dalam satu perusahaan saja tetapi perusahaan bisa menghasilkan teknologi sendiri atau mengakuisisi teknologi dari luar. “Ada dua pendekatan untuk penelitian yang berpotensi komersial yaitu tecnology push dan customer’s needs yang dapat menciptakan inovasi, seperti kondisi pandemi saat ini menciptakan kebutuhan dari sisi konsumen dan menghasilkan inovasi,” rincinya.

Salah satu inventor dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik, Hendri Maja Saputra, ikut berbagi success story atas invensi ‘Produk Alat Terapi Oksigen Beraliran Tinggi’ (GLP HFNC 01). Produk ini merupakan hasil kerjasamanya dengan mitra industri PT. Gerlink yang telah menghasilkan royalti hampir mencapai Rp 1 miliar kepada LIPI.

Mereka berbagi mulai dari proses awal penelitian, hambatan, tantangan, dan akhirnya berhasil melakukan penjualan yang signifikan di kondisi pandemi ini. ”Harapan industri adalah dukungan pemerintah dari sisi regulasi dan kebijakan, yaitu membatasi ruang gerak produk asing supaya produk karya anak bangsa dapat unggul,” terangnya. (red)

Adsense
Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More