Jakarta, Itech-Menristek/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro dan Menkes Budi Gunadi Sadikin melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Surveilans Genom Virus SARS CoV-2, Jumat (8/1).
Nota Kesepahaman ini, dimaksudkan sebagai acuan dan landasan kerja sama kedua kementerian untuk menyelenggarakan surveilans genom virus SARS CoV-2 guna mengetahui epidemiologi molekuler, karakteristik, dampak pada kesehatan, dan pelacakan kasus untuk manajemen, pencegahan dan penanggulangan COVID-19, serta untuk koordinasi di tingkat nasional dan global.
Kerja sama ini, diharapkan dapat mendorong terwujudnya percepatan penyelenggaraan surveilans genom virus SARS CoV-2, melalui kemitraan yang sinergis, kolaboratif, suportif dan berkesinambungan.
Adapun ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi penyelenggaraan surveilans genom virus SARS CoV-2 yang paling sedikit terdiri atas: (1). Pemeriksaan dan analisis sekuen genom virus SARS CoV-2; (2). Verifikasi hasil sekuensing; (3). Monitoring dan evaluasi; (4). Pengelolaan dan pemanfaatan big data; (5). Peningkatan kapasitas sumber daya manusia; (6). Pemanfaatan bersama sumber daya; (7). Pelaporan hasil; dan (8). Rekomendasi kebijakan.
“Sebagai pelaksana kegiatan surveilans genom virus SARS CoV-2, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristek/BRIN) menugaskan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang nantinya juga akan melibatkan laboratorium yang ada di Perguruan Tinggi maupun LPNK di bawah koordinasi Kemristek/BRIN,” ujar Menristek.
Ia menyampaikan, kegiatan surveilans ini dapat segera dilaksanakan. “Melalui kegiatan ini Indonesia tidak hanya sekedar mengumpulkan informasi lebih banyak, namun juga segera dapat mengetahui lebih cepat potensi terjadi mutasi seperti halnya yang terjadi di Inggris. Serta mutasi yang terjadi tidak menghambat efikasi dari vaksin yang ada,” terang Menristek.
“Hasil Surveilans Genom SARS CoV-2 yang diperoleh secara atau mendekati real time akan memungkinkan Indonesia melakukan prediksi, dan mengambil tindakan pencegahan, penanganan, serta pelaporan yang cepat dan tepat, yang sangat diperlukan dalam upaya pengendalian pandemi ini,” sambung Menristek.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan tiga hal penting, yaitu: (1). Harus segera dijalin jejaring semua laboratorium di Indonesia yang mempunyai kemampuan melakukan genom sekuensing; (2). Pertukaran informasi dan sumberdaya (alat/SDM) harus ‘cair’ (tidak terlalu birokratis); (3). Para ahli di bidang genom sekuensing harus aktif berkontribusi dan memberikan informasi kepada dunia agar perspektif Indonesia dalam bidang ini dapat diperhatikan dunia.
“Saya ingin mulai bulan depan hasil dari kegiatan surveilans ini sudah dapat dilaporkan kepada saya dan Menristek,” ujar Menkes.
Menkes mengapresiasi Menristek/Kepala BRIN dengan mengatakan, “Dunia menghadapi musuh yang tidak kasat mata (virus), jadi sistem pertahanan Indonesia melalui surveilans genom sangat perlu untuk diperkuat. Indonesia harus tampil di level internasional,” ungkap Menkes. (red)
Comments are closed.