Kaspersky: Pengakuan Orang Tua Sebut Anak-anak Lebih Pemarah Akibat Game Online

39

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta, Itech- Kaspersky sebagai salah satu perusahaan keamanan siber global melakukan sebuah penelitian. Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa empat dari 10 orang tua yang berasal dari Asia Tenggara mempercayai bahwa, anak-anak mereka menjadi “lebih pemarah ” setelah mereka bermain game.


Stephan Neumeier selaku Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky menyebutkan nya dalam siaran pers di Jakarta Senin (12/10/20), para orang tua saat ini membesarkan anak-anak digital natives, yaitu, anak-anak yang terlahir di tengah-tengah perangkat digital, serta internet.


“Kesenjangan generasi tersebut sering menyebabkan miskomunikasi dan skenario ini umum terjadi ketika seorang anak mengetahui lebih banyak tren dan trik online daripada sang ibu atau ayah,” ucap Stephan.

Dikutip dari antaranews.com pada (12/10/20), studinya yang berjudul “More Connected Than Ever Before: How We Build Our Digital Comfort Zones”, survei terbaru dengan 760 responden tepatnya di Asia Pasifik mengonfirmasi bahwa anak-anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu online pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang.


Stephan menambahkan bahwa ketakutan dari orang tua terhadap kebiasaan anak-anak bermain game online cukup objektif namun sedikit berlebihan.


Melarang anak bermain game menurut Kapersky bukanlah suatu keputusan tepat karena anak-anak akan merasa tidak adil.


“Seperti banyak situasi lainnya, pelarangan bukanlah suatu pilihan. Orang tua tidak boleh melarang aktivitas anak dalam video game, tetapi secara efektif mengontrolnya, menggunakan perangkat lunak khusus dan pengaturan perangkat, serta berkomunikasi dengan anak dalam menjelaskan aturannya,” ujar Stephan.

Adsense

Orang tua dapat melarang kegiatan sang anak main game online jika anak mempunyai kecenderungan yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan, misalnya ada gangguan penglihatan dan mengganggu postur tubuh. Karena perilaku agresif yang dimiliki anak-anak bukan hanya dari game online.


“Misalkan Anda tidak menunjukkan video game pada Anak sama sekali, tapi mereka akan tetap berkompetisi kung fu dengan teman-temannya, menembak musuh yang tak terlihat dengan busur, pistol, peluncur granat atau peledak. Baik anak laki-laki maupun perempuan melakukan ini, meskipun diyakini bahwa bermain peperangan adalah hak prerogatif anak laki-laki,” katanya.


Kemudian, Kapersky memberikan saran supaya para orang tua menggunakan peringkat usia dalam video games.


“Ingatlah bahwa peringkat usia bahkan mengalami penyimpangan kecil, jika cukup yakin bahwa game dengan peringkat 12+ itu bagus, mengapa tidak menginstalnya untuk putra Anda yang berusia sepuluh tahun?” Kata Stephan.


Perangkat lunak dapat digunakan untuk membatasi kemampuan peluncuran game atau konten apa pun yang didasarkan pada peringkat usia. Sehingga anak-anak akan bermain game sesuai batas usia mereka.


“Hal terpenting adalah selalu ingat bahwa setiap kali mencoba membatasi akses anak ke permainan, pertama-tama Anda perlu berbicara dengan mereka dan menjelaskan mengapa tindakan tersebut penting dilakukan,” ucapnya. (DAF)

Advertisements

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More